Tantra - Finding Out

5K 500 66
                                    

"How are you feeling?"

Setelah hampir sejam tanpa bicara, Tantra bertanya. Kami berputar-putar keliling Jakarta tanpa tujuan, sementara pagi berjalan dan kehidupan ibukota dimulai. Antrean mobil yang macet. Lampu lalu lintas yang padat. Angkutan umum yang penuh. Di luar mobil berpendingin dengan alunan violin, udara semakin hangat dan penuh kebisingan.

Persis seperti ini kehidupanku saat bersama Tantra dulu. Penuh kenyamanan, yang hanya sesaat. Suatu ketika aku akan harus keluar dan berhadapan dengan kenyataan. Pikiran ini saja sudah cukup untuk membuatku merasa tersiksa.

"How's your family?" Aku bertanya balik, dan Tantra mengangkat alisnya.

"You're thinking about MY family?" Ia gak percaya sampai aku mengangguk, dan akhirnya menjawab, "They're all fine."

"Fine, meskipun kamu bikin lagu yang judulnya Nilakandi?"

"She was long gone before that." Tantra menjawab dingin.

"As in? She died?" Aku bahkan gak pernah mengingat nama perempuan yang jadi istrinya Tantra, berusaha sekuat hati untuk menghapusnya dari ingatanku.

"She's happier now." Tantra menambahkan, "And so is our kid."

"Kamu udah gak sama istri kamu lagi? Kalian pisah? Kenapa? Kamu punya perempuan lain lagi setelah aku?" Pertanyaan yang kupendam dalam hati, mendadak keluar seperti air bah.

"Kamu mau aku jawab yang mana duluan, Nilakandi?" Ia menoleh, menatapku tajam, membuatku berhenti.

"Semuanya. Satu-satu."

"You're still greedy." Tantra tertawa kecil, sebelah tangannya mengusap rambutku, "Ayo sarapan dulu."

He's right. I'm a greedy woman when it comes to Tantra.

***

Menghindari area-area yang sering kukunjungi dengan Gio, dengan sangat random akhirnya kami makan di PasMod BSD. Makan nasi uduk Pak Jhon, yang menurut Tantra enaknya gak masuk akal.

"Aku sudah pisah sama mantan istriku. Anak kami ikut dia, tapi tiap weekend bareng aku. Dia sudah menikah lagi." Tantra berkata sambil minum teh tawar panas.

"Aku...gak bisa lagi sama dia. Sebetulnya sudah sejak lama. Kehadiran kamu waktu itu, membuat aku yakin kalau kami memang gak bisa dipertahankan. Jadi, bukan karena kamu." Ia melanjutkan.

"Pertanyaan terakhir, jawabannya tidak. Aku gak pernah punya hubungan lain setelah bercerai. Aku cuma mau sendirian.

Dan beberapa tahun ini, aku memang lebih nyaman sendiri. Aku masih bisa ketemu anakku, itu sudah sesuatu yang berharga. Aku masih bisa berhubungan baik dengan mantan istri yang buatku masih keluarga. Aku bahkan diundang jadi salah satu saksi nikah dia dan suami barunya, main musik di resepsi nikahannya kemarin pas pandemi.

Tapi kemudian aku dikirimi undangan dari perempuan yang coba kurelakan selama ini. Yang kuharapkan gak bakalan lagi muncul dalam hidup. Aku merasa sangat bersalah, aku gak berani bahkan untuk cari kamu. Dan kamu kirim invitation, aku klik accept, hanya untuk bisa ngeliat foto kamu lagi.

Tapi berhari-hari aku merasa sangat tersiksa. Aku gak bisa kerja, gak bisa mikir, gak bisa mikir apapun selain...I would've died if I see you, happy and married...with someone else."

Tantra adalah tipe lelaki yang bisa bicara apapun dimanapun dan membuatnya terasa spesial.

"So I decided I won't go." Tantra menambahkan, "And then you called. Isn't it destiny?"

Ah. Aku masih belum tahu harus bereaksi apa pada semua hal yang terjadi dalam hidupnya dia, jadi aku hanya mengangguk-angguk sok ngerti.

***

Ex CeteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang