Orion - Last Goodbye, New Hello

1.5K 497 107
                                    

Aku masih menahan napasku saat perempuan di hadapanku membuka kain cadar yang diikatkan di wajahnya.

Wajah yang selalu teringat, meski namanya kulupakan sejak lama. Wajah yang jadi cambukku belajar keras akuntansi. Saat itu aku bertekad, sikapku tak boleh jadi sia-sia. Jangan sampai nilai akuntansi tetap jelek, apalagi aku sudah jadi anak nakal yang bahkan gak ditawari PMDK.

Hidup memang selucu itu. Aku yang dulu payah betul dalam akuntansi, kini menjadi periset sekaligua analis data: bertemu dan berurusan dengan angka setiap jam, setiap hari kerja. Ironisnya, aku juga termasuk orang yang cukup mahir dan diakui dalam bidangku.

Tapi menghadapi wajah di depanku, bersebelahan dengan orang yang jadi cinta pertamaku, rasanya...

Well. Lumayan mengejutkan.
Sebagian diriku kaget setengah mati. Sebagiannya lagi, entah kenapa...lega. Aku merasa punya jawaban dari keresahanku selama bertahun-tahun kehilangan Orion tanpa petunjuk.

"Kandi, ini...Umi Bella. Kamu masih ingat?" Orion buka suara, membuatku tersadar dari sibuknya pikiranku sendiri.

Aku mengangguk. Gak tahu mesti berkata apa. Ini absurd banget sih.

"Saya selalu ingat kamu." Ia berkata, dan suaranya membuatku bergidik. Traumatis, bukan cuma untuknya tiba-tiba dianiaya murid, tapi untukku juga. Aku beberapa tahun gak yakin sama diriku sendiri, merasa bodoh dan gak berharga hanya karena pernah dihardik di depan kelas.

"Saya gak pernah sempat minta maaf." Ia melanjutkan, "UPI mendengar soal ini, dan saya ditarik kembali ke kampus, Akta 4 saya dibatalkan. Saya gak lulus sesuai rencana. Tapi saya memang bersalah sama kamu."
Entah kenapa suaranya justru gak ada nada menuduh atau menyalahkan. Trus...ini barusan dia minta maaf? Atau apa?

"Saya juga gak permah sempat berterimakasih." Umi Bella melempar pandangan pada Orion, yang menatapnya penuh sayang, "Karena kamu, saya bisa ketemu dengan jodoh saya selama 17 tahun terakhir."

Duh. Pengen duduk karena kakiku mendadak lemas, tapi kok ya...ga ada bangku di sini?
"Ummm... Oke?"
Ini awkward banget. Lebih aneh daripada rencana awalku untuk minta keduanya gak datang ke nikahanku Sabtu besok.

"Kamu mau ke rumah? Minum dulu sebentar sebelum ikut tour?" Umi Bella menawarkan, mungkin dia sadar aku udah nampak oleng kali yak.

Aku mengangguk walaupun gak yakin, dan...tiba-tiba dia menggandeng tanganku! Orion melambaikan tangan saat kami berjalan menjauh. Reina di latar belakang, masih sibuk sendiri foto-foto labu, gak sadar kalau aku digeret pergi.

***

Aku mendengarkan cerita cinta paling absurd sambil minum teh telang...dari mulut guru terburuk dalam hidupku, yang menikahi mantan pacar pertamaku. Zonk dan chaotic.

"Siang itu, saya baru saja menerima berita kalau orangtua saya di kampung akan bercerai. Saya sedih, bingung, kalut... Saat itu, saya masih seorang gadis manja berumur 21 tahun, yang sok mandiri, lalu mendadak kehilangan dunianya. Saya gak bisa mengontrol diri, dan saat mengajar kamu..." Umi Bella menghela napas, "Saya melakukan hal terburuk yang bisa dilakukan guru pada muridnya."

Kata-kata penyesalan dari sosok yang menghantuiku tiap kali aku melakukan perhitungan di Excel, membuatku refleks menggenggam tangannya. Kita memang gak pernah betul-betul tahu apa yang terjadi pada orang lain.

"Saya minta maaf, Kandi. Saya memang pantas untuk diberhentikan saat itu juga. Saya menyesal kamu harus bermasalah dengan sekolah, karena sikap impulsif yang saya lakukan saat itu." Ia berkata sungguh-sungguh sambil memandangku. Air mata turun perlahan di pipinya.

"Beberapa hari setelah kejadian itu, tiba-tiba Orion datang ke kost-an. Saya gak tahu dia siapa, karena saya guru akuntansi, dan dia anak IPA. Dia juga gak kenal sama saya. Tapi, dia datang untuk mewakili kamu meminta maaf."

Orion...mungkin sih melakukan ini. Dia anaknya emang sebaik itu.

"Dia datang saat saya sedang sakit, gara-gara stress, dan...setelah minta maaf dia malah bantu merawat saya. Dia beliin makanan, dia antar ke puskesmas, dia temani saya saat dipanggil kampus untuk penundaan Akta 4. Sikapnya yang dewasa...luar biasa, apalagi saya selama ini cuma ketemu anak SMA yang gak peduli, beberapa bahkan menganggap saya guru yang bisa disepelekan.

Dia pertama datang karena dia sayang sama kamu. Saya merasa sangat bersalah, karena saya jadi punya perasaan untuknya. Dia lebih muda, belum lulus sekolah, sementara saya sudah mau kerja. Rasanya salah, jadi saya bilang, saya gak bisa pacaran, saya harus menikah. Tapi kemudian dia bilang, sudah gak ada lagi hubungan dengan kamu. Dan setelah dia lulus, dia melamar saya."

Wow.
That explains...everything. Pantas saja Orion menghilang dari muka bumi.

Umi Bella kini berurai air mata, "Setiap kali saya bahagia bersama suami, saya selalu merasa bersalah sama kamu. Saya pasti melukai kamu, dengan kata-kata saya waktu itu. Dan kemudian, saya juga jatuh cinta pada lelaki yang adalah pacarmu. Saya minta maaf, Kandi."

Aku menarik Umi Bella ke pelukanku. Bukan ini yang kubayangkan saat memutuskan datang ke sini. Tapi Tuhan sepertinya memberikan jalan penuh kejutan: perpisahan yang pantas untuk Orion si baik hati.

"Ibu, saya salah karena kasar sama Ibu saat itu. Ibu adalah motivasi saya untuk belajar lebih keras, karena saya mau buktikan kalau saya bisa." Aku berkata, menghembuskan napas, "Dan saya berhasil. Saya gak kehilangan Orion juga, kami sama-sama sudah menjauh saat itu. Ibu jangan lagi merasa bersalah. Murid Ibu yang bodoh, sekarang jadi Analis Data yang tiap hari ngurusin angka."

Kami tertawa dalam tangis bersama. Masih berangkulan.

"Jadi...kenapa kamu ke sini, Kandi?" Ia bertanya.

Oh. Iya. Tujuan awalku. Aku menceritakan yang terjadi, dan Umi Bella dengan sigap memanggil anak pertamanya, gadis 16 tahun yang tinggi, cantik dengan mata berkilat pintar. Ia nyengir mengakui perbuatannya, gak percaya kalau e-mail dariku itu betulan, bukan sekedar candaan.

"Mi, ya aku iyain aja lah. Orang undangannya udah sama hotel, sama pesawat, all-in. Mana ada orang ngundang model beginiii..." Ia beralasan, sambil menggerutu mengeluarkan ponselnya. "Kirain nipu. Lagian pake nama Gio N. Kan kayak halu banget."

"Tapi... Tante ini memang beneran mau nikah sama Gio N., lho. Gimana coba?"

Gadis itu membelalak, memandangku gak percaya, "Beneran? Jadi Abi tuh beneran diundang? Umi! Aku aja yang datang plissss... Aku nanti bisa datang sama Umi juga, kita kan belum pernah ke Bali. "

"Jangan dong, Nak. Tante sudah jauh-jauh ke sini untuk minta kamu batalkan..."

...erm, sebetulnya sepanjang bukan Orion yang datang sih...harusnya gapapa kan ya.
"Kalau Umi Bella mau datang sama anaknya, boleh kok."

Saat mereka bersorak ceria, aku tahu misiku gagal total.

Ex CeteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang