Satu

27 4 0
                                    

Hai namaku Elisa Yuna, biasa di panggil Yuna. Aku tidak cantik juga tidak rapih seperti teman-temanku. Bukannya tidak bisa mengurus diri, tapi aku tipikal orang yang malas untuk menyibukkan diri dalam hal seperti itu. Dalam duniaku hanya ada kata main dan main. Teman adalah tempat pulang paling asik setelah setengah hari bergulat dengan pelajaran di sekolah. Semuanya terlihat mengasikan meskipun pertemanan tidak selalu mulus. Beberapa kali aku berdebat dengan teman-temanku karena kami beda pendapat. Namun itu bukan masalah besar bagiku, selama masih bisa bersenang-senang dan saling memaafkan kenapa tidak di jalankan saja.

Suara hujan terdengar deras, membuat atap kelas terdengar berisik. Sebagian teman kelasku tidak lagi berada di bangkunya, mereka memilih keluar disaat hujan begini, menghabiskan waktunya di bawah air hujan. Bagaimana denganku? Ah tidak, aku kurang menyukai air hujan. Tubuhku yang lemah tidak bisa membiarkan air hujan mengenainya atau jika aku menerjang maka demam tinggi akan menyerang.

Sekolah berakhir setengah jam yang lalu namun karena hujan, sebagian murid memutuskan untuk menunggu sampai reda. Ya meski ada beberapa yang memutuskan untuk main.

Aktivitas ku terhenti, pulpen di tanganku seketika terlepas. Seseorang duduk di sebelahku, merebut pulpen yang sedang ku pakai untuk menulis tanpa bersalah. Aku berdecak kesal, ini bukan pertama atau kedua kali orang itu begitu padaku. Dia punya sendiri mengapa masih merebut yang ada di tanganku, menjengkelkan.

"Matanya biasa aja, aku cuma pinjem gak bakal di hilangin apalagi dimakan."

"Cepat sedikit aku lagi pakai tadi."

"bawel banget tibang pulpen."

"Ya kalau tibang pake pulpen sendiri!" Pekik ku sedikit keras.

Hujannya begitu kencang sehingga suaraku pun harus ikut kencang agar orang itu mendengarnya. Tapi sayang, teriakan ku barusan seakan di anggap lucu olehnya sehingga orang itu terkekeh.

Ari unanda, teman yang belum lama dekat denganku. Awalnya kami tidak dekat apalagi sampai berbicara tapi berkat temanku Adi akhirnya kami saling kenal.

Adi sering kali mengganggu ku, awalnya hanya dia dan entah kenapa Adi jadi mengajak Ari untuk ikut menggangguku. Tapi tenang, mengganggu di sini bukan artian bully tapi mengganggu layaknya teman. Ah, ngomong-ngomong tentang Adi apa kabar anak itu, beberapa hari ini dia tidak sekolah karena sakit.

"Lagian kamu ngapain di kelas yang lain aja di luar. Emang gak takut sama hantu?"

"Hantunya gak akan takut karena ada orang yang lebih nakutin. Lagian kamu sendiri juga ngapain tiba-tiba di kelas tadi di luar juga." Aku kembali menulis setelah Ari mengembalikan pulpennya. Jujur aku sangat suka menulis hal-hal random saat sendirian.

"Kamu gak ada di luar jadi gak ada yang bisa di gangguin."

"Jadi kamu kesini cuma mau ganggu aku!!?"

"Iyalah apalagi emang." Aku menghela nafas, bicara dengan Ari hanya akan menyulut emosi. Lebih baik sekarang aku pulang, toh hujannya sudah kecil tidak sederas tadi.

Aku meraih tas, bangkit dari tempat duduk dan siap untuk menerobos hujan. Sampai suara teriakan terdengar, saat itu juga langkahku terhenti. Cobaan apa lagi ini, ya Allah kuatkan hamba mu ini.

"Hari ini kamu piket!!"

***

Rintik-rintik hujan masih sayup terdengar, rasa dinginnya bukan main. Setelah Ari memberitahu hari ini hari piketku, aku memutuskan untuk tinggal lebih lama di sekolah. Murid yang lain sudah tidak ada di sekolah karena hujan telah reda mereka memutuskan untuk pulang. Tanpa sadar ulah temen-temennya, kelas semakin kotor dan becek. Tapi bukan itu yang membuatku kesal, melainkan mereka yang piket di hari ini pun ikut pulang, meninggalkan aku dengan kelas yang kotor. Jika begini mau tak mau harus aku yang mengerjakannya. Ari yang piket hari ini pun ikut pulang padahal sebelumnya cowok itu yang mengingatkan ku, dasar menyebalkan.

My Teenage Years {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang