Epilog

2 0 0
                                    

"Yuna bisa bicara sebentar."

Aku menoleh, Angga berdiri di sebelahku. Aku mengangguk sebagai jawaban. Diam-diam aku pergi dari mereka, mengikuti Angga kemana dia pergi.

Angga mengajakku ke Rooftop lab komputer. Mungkin hanya tempat ini yang aman untuk membicarakan hal pribadi. Selain tempatnya yang jauh dari kelas, orang juga akan jarang kemari.

Angin berhembus mengenai wajahku dan Angga. Keheningan mendominasi. Angga masih bungkam sementara aku memilih menikmati semilir angin yang menerpa wajahku sambil menunggu Angga buka suara.

"Maaf."

Satu kata yang dulu ingin aku dengar dari Angga.

"Maaf karena gue gak percaya sama lo. Raihan sama Dika udah cerita semuanya. Maaf kalo gue nyakitin lo saat itu, baik sikap maupun ucapan gue."

"Udah aku maafin."

"Serius?" tanya Angga.

"Iya, Raihan juga udah cerita. Udahkan, ayo balik lagi ke lapangan takut ada yang sadar kita pergi."

Aku jalan lebih dulu, meninggalkan Angga yang masih diam di tempat. Maaf aku tidak bisa berlama-lama dengannya, mungkin aku sudah memaafkannya tapi aku belum melupakannya. Aku tidak ingin berdekatan dengan orang yang membuatku sakit meskipun orang itu pernah menjadi bagian dari kisah remajaku.

Langkahku terhenti saat ponselku bergetar. Aku tersenyum menatap benda pipih itu. Cowok itu menetapi ucapannya dengan mengirimkan foto-foto ku dengannya hari itu. Bahkan foto-foto diriku yang entah kapan dia ambil dan yang pasti bukan di hari pemotretan kelulusan.

Raihan

|Happy guardian my friend🎉🎉
Tuh fotonya udah gue kirim. Bahkan lebih banyak...

|Hasil fotonya baguskan, iyalah gue yang fotoin.

|Jaga diri lo hati-hati, gue udah gak deket lo lagi sekarang.

|Maaf kalo sifat gue banyak nyebelinnya selama lo kenal gue.

|gue mau bikin pengakuan.

|Gue suka sama lo jauh dari sebelum kita kenal. Gimana ceritanya, panjang gak bisa gue spill. Intinya sebelum lo ketemu gue, gue udah tau banyak tentang lo dari Angga. Gue emang kesannya nikung Angga padahal gue tau dia lagi suka sama lo, tapi selama itu gue selalu mendem apa yang gue rasa dan gak pernah cerita ke siapapun bahkan sama Angga atau Dika sekalipun. Gue seneng bisa kenal lo sejauh Ini. Gue harap suatu saat nanti gue bisa ketemu sama lo dalam versi yang berbeda. Versi dewasa, bukan lagi anak remaja yang kenal cinta monyet.

Aku tersenyum di sela pesan yang sedang ku baca. Aku juga suka sama kamu tapi kenapa kamu gak bilang dari dulu. Semuanya emang udah terlambat tapi aku tidak menyesalinya sama sekali. Seandainya waktu bisa di ulang maka aku tidak akan pernah minta kamu untuk menjauh seperti kataku saat itu. Aku ingin menghabiskan waktu lebih lama sebelum akhirnya kamu pindah.

|Ayo kita ketemu di masa yang akan datang dalam versi dewasa bukan lagi anak remaja yang labil akan perasaannya.|










END

My Teenage Years {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang