Lima Belas

3 3 0
                                    

Satu minggu setelah pembagian kelas akhirnya sedikit demi sedikit aku mengenal mereka. Tidak seperti kelas tujuh, tapi setidaknya aku bisa mengikuti kehidupan mereka.

Siswi-siswi yang ada di kelas ini lebih di penuhi dengan orang-orang yang mementingkan penampilan, lebih tertarik dengan dunia make-up dari pada belajar. Hampir seluruh siswi di kelas ini membawa alat make up berbagai macam.

Di kelas ini aku dekat dengan Yena, Meta dan Dania. Mereka bertiga berasal dari kelas yang sama sebelumnya dan hanya aku yang berbeda. Yena dekat denganku sejak perkenalan kami di lapangan.

Sejujurnya aku kurang nyaman di lingkup mereka. Karena apa, karena mereka sering kali membicarakan kejelekan atau kekurangan seseorang. Sikap mereka bertiga jauh berbeda denganku yang tidak suka membicarakan orang, bahkan selama satu minggu ini rasanya sudah sangat lama bagiku.

Yena yang kulihat di lapangan hari itu berbeda dengan yang ku kenal sekarang. Maksudku mereka orang yang sama, tapi sifatnya mereka yang berbeda. Kesan pertamaku pada Yena baik tapi setelah beberapa hari bersama sifat asli cewek itu mulai terlihat.

"Yuna lo mau ke kantin kan, gue nitip makanan dong," ujar Yena.

Aku menghela nafas, "mana uangnya."

"Nih. Gue nitip es kopi sama mie ayam."

Aku berjalan, mengikuti Dania dan Meta. Sepanjang jalan kami berbincang meski tak terlalu banyak. Meta dan Dania cukup ramah dan bawel tapi entah kenapa aku merasa kurang nyaman dengan itu.

Setelah sampai di kantin kami bertiga berpisah, mencari makanan sendiri-sendiri. Aku tidak begitu peduli jika mereka meninggalkan ku di sini. Di tengah keramaian mataku menangkap Laras, aku tersenyum kecil sambil berjalan kearahnya.

Di sana Laras dan Tanti asik berbincang, entah kenapa melihat itu aku berhenti. Membatalkan niat untuk menghampirinya. Di pojok kantin Tanti dan Laras asik tertawa dengan teman-teman barunya, membuatku sadar aku bukan lagi bagian dari mereka.

Tidak ingin lama-lama, aku pun mempercepat diri di kantin, bahkan aku tidak membeli jajanan untuk diriku sendiri, kecuali pesanan Yena tadi.

"Ini," Setelah menyerahkan jajanan Rena aku duduk di bangku ku. Memasang handset dan mendengarkan lagu.

"Lo gak jajan? Dania sama Meta mana, kok lo tinggal?"

"Mereka masih di kantin kali, aku duluan tadi."

Cewek itu hanya mengangguk. Mood ku hancur tanpa jelas. Tanpa mempedulikan Yena aku kembali bangkit, pergi dari kelas ini. Sudah lama sekali aku tidak pergi ke perpustakaan, siapa tau di sana aku menemukan ketenangan.

Aku mendengus pelan, bukannya ketenangan yang kudapat, justru aku malah menyaksikan kak Rangga sedang bercanda riang dengan Naya dan penjaga perpus.

Aku cukup kenal dengan penjaga perpustakaan, mengingat saat kelas satu aku hampir setiap hari kemari.

"Loh Yuna, tumben baru keliatan. Biasanya setiap hari kesini," ujar penjaga perpus.

"Iya baru sempet."

Aku tersenyum saat Naya tersenyum padaku. Tidak mau berlama-lama aku  langsung menuju ketempat biasa aku tempati. Namun lagi-lagi aku dibuat kesal dengan keadaan. Setibanya di sana aku melihat seseorang sudah menempati tempat itu, seseorang yang asik membaca buku. Seseorang yang juga aku kenal namun tidak pernah berbincang. Sudahlah, mau tidak mau aku harus cari tempat lain.

"Lo bisa duduk di sebelah gue kalo mau duduk di sini."

Orang itu berbicara saat aku akan pergi. Kalo di pikir-pikir bagaimana dia bisa tau aku ingin duduk di situ. Ah sudahlah lupakan itu yang penting sekarang aku bisa duduk di sana. Tempat yang membuatku tenang karena berada di pojok.

My Teenage Years {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang