"Mau ngapain?"
Secara tiba-tiba Adi datang. Padahal sekarang sudah sore, lebih tepatnya hampir magrib. Ini adalah pertama kali Adi datang ke rumah setelah kejadian hari itu. Bahkan selama ini aku sudah jarang berkomunikasi padanya, makanya sedikit membingungkan tiba-tiba Adi datang.
"Gue mau ngajak lo jalan besok," ucap Adi.
"Aku gak mau, kamu ajak aja Laras," ujarku.
"Lo masih marah?"
"Enggak."
"Terus kenapa lo gak pernah jawab kalo di chat."
"Gak papah cuma males aja."
Adi terkekeh pelan, "gue serius Na, gue pengen jalan sama lo."
"Aku gak mau, kan bisa aja kamu jalan sama Laras kalo emang beneran mau jalan."
"Tapi gue maunya sama lo Yuna. Gue janji kali ini cuma kita berdua doang. Itung-itung sebagai permintaan maaf gue. Udah berapa bulan kita gak saling bicara mana chat gue gak lo bales lagi," ujar Adi.
"Ya namanya juga masih kesel. Kamu pulang gih udah mau magrib," ucapku.
"Tapi lo mau kan jalan bareng gue besok."
"Iya. Buruan pulang, keburu magrib."
"Iya iya, bawel banget sih. Dasar tukang ngusir."
"Adi!!" geramku.
Cowok itu tertawa keras, "nah gini kek kalo marah sama gue ngegas bukan cuma ngediemin orang, mana sampe berbulan-bulan lagi...."
"...gue pulang dulu, besok jangan lupa. Oh iya, kalo gue chat harus jawab."
"Iya Adi."
"Gue pulang dulu, assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam," jawabku.
Setelah Adi benar-benar hilang dari pandanganku, aku segera masuk ke dalam rumah. Sejujurnya ada perasaan senang ketika melihat Adi ke sini. Rasanya sudah lama sekali kita tidak saling bicara dan itu karena ulahku sendiri.
Aku terlalu sering mengacuhkan pesan pesan yang Adi kirim. Melihat Adi datang sedikit membuatku menyesal. Dia sangat baik padaku, bahkan di saat orang lain enggan dekat denganku, Adi justru secara terang-terangan mengaku kalau kami teman dekat. Sejak kecil Adi selalu memproritaskan aku tapi dengan bodohnya aku kadang marah padanya dengan alasan yang tidak masuk akal.
Laras
Laras, Adi ngajak aku jalan|
|Iya, dia udah izin sama gue. Lo harus mau, jangan sampe nolak. Tenang aja kali ini gue gak ikut.
Emang gak papah?|
|gak papah. Lo sama Adi itu temenan sebelum gue kenal sama Adi. Gue gak mau hubungan kalian ancur gara-gara gue.
|Pokoknya lo harus terima ajakan Adi.
Iya|
Aku menghela nafas, setidaknya dengan aku konfirmasi dengan Laras keadaan tidak kembali runyam. Aku beruntung karena Laras yang menjadi pacar Adi, dia tidak pernah melarang atau membatasi kegiatan Adi. Aku tidak bisa membayangkan jika Adi berpacaran dengan orang yang begitu posesif, bisa jadi sekarang aku tidak bisa dekat dengan Adi setelah melihat perlakuannya padaku selama ini, baik dan perhatian.
***
Setelah menunggu semalaman akhirnya hari dimana aku dan Adi main datang. Hari ini kami berdua sepakat untuk pergi ke komplek sekitar. Awalnya Adi mengajak ku pergi ke mall dengan tujuan bisa berkunjung ke timezone, tapi bukannya menerima aku justru menolaknya. Aku merasa kurang nyaman di tempat ramai apalagi hari ini hari minggu, sudah pasti ramainya melebihi hari-hari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teenage Years {END}
Teen FictionAkan banyak peristiwa yang terjadi di saat masa remaja. Susah, senang maupun urusan hati. Konflik yang mungkin akan terus bermunculan sehingga karakter pendewasaan terbentuk. Beberapa hal manis mungkin juga bisa terjadi di masa ini, seperti percint...