Sejak hari itu aku mulai bersikap seperti biasa, seakan tidak terjadi apapun, bahkan aku mulai mengacuhkan dan menganggap biasa tatapan sinis dari orang-orang.
Laras, Tanti, kak Rangga, Naya, Alya, Sania, Adi dan Dika sudah tau kalau guru sudah menemukan buktinya. Namun yang membuat mereka kesal adalah keinginan ku yang tidak ingin di ungkap ke publik.
Sejujurnya aku masih penasaran dengan orang yang mengambil rekaman vidio itu tapi sayangnya Dika selalu menolak untuk memberitahu padaku.
"Hp lo siniin bentar."
"Mau ngapain?" tanyaku.
Untuk kesekian kalinya aku dan Raihan pulang bareng. Sebenarnya aku tidak enak dengan Raihan, takut namanya ikut jelek jika berdekatan denganku tapi sayangnya cowok itu seakan tidak peduli.
Setiap hari aku harus mempertegas teman-teman ku yang ada di sekolah agar mereka tidak berdekatan denganku. Namun ucapanku seakan di anggap angin lalu oleh mereka, nyatanya setiap hari selalu saja ada yang menghampiriku di kelas, baik itu Laras, Tanti atau Naya sekalipun. Mereka sama seperti Raihan, tidak terlalu mempedulikan kata orang.
Dika, Alya dan Sania pun sama. Mereka tidak segan memperlihatkan kedekatannya denganku saat di kelas. Padahal setiap hari aku sudah melarang mereka.
"Ini," Aku menyerahkan ponselku pada Raihan. Entah apa yang dia lakukan tapi cowok itu seperti mengetik sesuatu di sana.
"Nomer gue udah ada di sini, begitu juga sebaliknya. Inget, setiap pulang lo harus kasih tau gue biar gue gak nunggu lo kayak waktu itu dan gue juga bakal ngasih kabar ke lo kalo gue telat atau gak bisa bareng." Raihan mengembalikan ponselnya padaku.
Aku mengangguk faham. Mungkin keadaan sudah mulai membaik tapi aku berusaha untuk tidak terlalu dekat dengan siapapun. Aku juga sadar semakin kesini semakin aku mendengar kata-kata yang kurang mengenakan karena dekat dengan Raihan.
Sejujurnya aku tidak tau siapa Raihan dan posisi apa yang melekat di dirinya sehingga orang menganggap ku orang yang tidak pantas berdekatan dengan Raihan.
Aku dan Raihan sama-sama saling menjauh, mengingat kelas kami yang berbeda. Sebelum aku pergi ke kelas, aku memutuskan untuk pergi ke kamar mandi dahulu, hanya sekedar mencuci tangan. Entah kenapa aku merasa tanganku sedikit lengket.
Awalnya semua berjalan baik sampai aku merasa ada orang yang ingin datang ke sini. Tidak ingin sesuatu buruk terjadi, aku memutuskan untuk masuk ke dalam salah satu kamar mandi. Biasanya dalam drama di situasi seperti ini akan ada aksi bullying di kamar mandi dan aku tidak ingin merasakan itu. Entah ini karena aku yang kebanyakan menonton drama atau memang aku benar-benar ketakutan sehingga benar-benar spontan masuk kedalam kamar mandi.
"Gue juga bingung sama tuh cewek gimana bisa deket sama Raihan."
"Emang sih Raihan bilang alasan mereka suka bareng karena rumahnya deket. Tapi kan gue yang kenal dari lama aja gak bisa pulang bareng dia."
"Lo tau kan padahal kasus Yuna gimana, kok Raihan masih aja sih mau deketan."
"Iya juga ya. Yuna udah kena skandal tapi Raihan bersih dari yang namanya skandal. Gue heran sama Raihan, dia gak takut apa ya nama nya jadi jelek."
"Jangan salahin Raihan, salahin sekolah. Udah tau ada murid pembully malah tetep di pertahanin."
"Aaa gimana ini, gue semakin susah deketin Raihan kalo gini. Kenapa harus ada orang yang namanya Yuna."
"Namanya juga bumi, nama Yuna pasti banyak."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teenage Years {END}
أدب المراهقينAkan banyak peristiwa yang terjadi di saat masa remaja. Susah, senang maupun urusan hati. Konflik yang mungkin akan terus bermunculan sehingga karakter pendewasaan terbentuk. Beberapa hal manis mungkin juga bisa terjadi di masa ini, seperti percint...