Empat Belas

1 3 0
                                    

"Gak bisa Yuna. Kamu gak bisa seenaknya minta dengan kakak mu kayak gitu."

Aku menunduk. Kedua orang tuaku marah saat tau keinginanku. Kak Noval sudah menceritakan pada mereka apa yang ku inginkan, bahkan kak Noval sampai pulang demi membahas hal ini.

Kemarin setelah aku bertemu Adi, aku mengirim pesan kepada kak Noval. Aku ingin mengabiskan waktu liburku di tempat tinggal kak Noval. Namun keinginanku sepertinya tidak bisa di lakukan. Bahkan Mama langsung marah saat tau itu. Jujur, aku kesal sekarang. Mama melarang aku ikut kak Noval tapi Mama sendiri tidak bisa meluangkan waktunya untuk ku saat aku liburan, bahkan Ayah pun sama.

"Memangnya kenapa tiba-tiba Yuna mau liburan di tempat kakak?" tanya Ayah.

"Yuna ngerasa kesepian pas liburan. Seenggaknya kalo di tempat kak Noval, Yuna gak akan kesepian. Kak Noval bisa langsung pulang ke rumah pas udah selesai kuliah. Sementara Mama dan Ayah pulang di saat Yuna udah tidur bahkan pas Yuna bangun kadang-kadang kalian juga udah berangkat kerja."

Aku memberanikan diri menatap ayah namun tidak lama, hanya beberapa detik sebelum akhirnya menunduk lagi. Tanganku memilin ujung baju yang sedang ku pakai. Aku tidak tau apakah mereka lihat atau tidak tapi aku rasa kak Noval menyadari perilaku ku.

"Nanti aku coba tanya ibu kos nya aja Ayah. Siapa tau ibu kos nya ngasih izin buat bawa Yuna beberapa hari."

Aku menatap ke arah kak Noval namun hanya sebentar. Helaan nafas terdengar dari ayah, "kamu denger Yuna, kalo dari ibu kos kak Noval enggak mengizinkan kamu di sana kamu harus nurut."

Aku mengangguk pelan, " Sekarang masuk kamar dan tidur sudah sangat larut sekarang. Noval juga istirahat, besok pagi kamu harus pergi awal," ucap Mama.

***

Seminggu setelah kejadian di mana aku menginginkan tinggal bersama kak Noval, akhirnya aku di perbolehkan ikut bersama kak Noval. Sejujurnya saat itu aku senang namun aku merasa semuanya sama saja, di situlah aku merasa menyesal.

Meskipun kak Noval pulang ke rumah cepat tapi tetap saja aku merasa bosan. Bagaimana tidak, setelah pulang kak Noval lanjut pergi entah pergi kemana. Tapi yang pasti setiap malam kak Noval baru kembali.

Aku curiga kak Noval kerja. Tapi apa mungkin? Memangnya ayah dan Mama tidak memberikan uang saku pada kak Noval, bahkan sesekali aku melihat raut wajah kak Noval kelelahan. Di situ aku berfikir, apakah kak Noval melakukan ini setiap hari?

Aku berjalan mengendap ke tempat kak Noval. Tempat kos ini tidak terlalu besar, hanya ada satu kamar tidur dan kamar mandi. Bahkan dapurnya saja berbarengan dengan ruang tamu. Untungnya kak Noval suka menata barang-barangnya, sehingga bisa terlihat rapih dan nyaman.

Di ruang tamu aku melihat kak Noval sedang membaringkan tubuhnya di sofa. Entah sofa itu milik kak Noval sendiri atau memang milik tempat kosan ini. Selama di tempat kak Noval aku tidur di kamar dan kak Noval di ruang tamu.

Awalnya aku meminta kak Noval agar dia yang tidur di kamar dan aku yang di ruang tamu, tapi kak Noval tidak setuju. Alhasil kak Noval lah yang tidur di sofa ruang tamu.

Biar ku tebak kak Noval pasti baru pulang. Awalnya aku ingin mengobrol dengan kak Noval tapi setelah melihat kak Noval sudah tidur aku jadi tidak tega kalau harus membangunkannya. Sudahlah besok saja aku bicaranya.

"Ada apa?"

Aku menghentikan langkahku secara spontan. Baru dua langkah aku jalan, kak Noval terbangun. Merubah posisinya menjadi duduk sambil menyuruhku untuk mendekat. Mata kak Noval merah, seperti menahan kantuk. Tidak salah sih mengingat sekarang sudah jam setengah dua belas dan anehnya aku malah belum mengantuk sama sekali.

My Teenage Years {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang