Dua Puluh Tujuh

5 2 0
                                    

Sejujurnya setelah pengakuan Adi kemarin aku merasa sedikit takut. Aku terbiasa Laras menjadi temanku. Jika dia benar-benar mendiami ku seperti yang Adi takutkan, maka aku benar-benar merasa seperti orang bodoh yang menghabiskan waktu selama SMP tanpa seorang teman.

Namun sesampainya Laras di kelas, dia sama sekali tidak seperti yang aku takutkan. Laras masih sama seperti sebelumnya, baik dan menganggap ku sebagai temannya.

"Laras," panggilku.

"Hm.." Dia bergumam sambil menyalin pr.

"Kamu gak mau musuhin aku?" tanyaku hati-hati.

Bisa ku lihat Laras menghentikan pergerakan di tangannya. Menatapku dengan raut bingung, seakan tak tahu maksud ucapanku.

"Lo kenapa nanya gitu? Ya gak bakalan lah, lo temen gue." Setelah berucap Laras melanjutkan aktivitasnya.

"Kamu kan abis putus sama Adi, kamu gak marah sama aku. Adi sama aku kan temenan, kamu pasti kesel juga kan sama aku."

Laras terkekeh, "Adi cerita ke lo?"

"Dia cerita katanya kalian putus. Dia langsung nyamperin aku takut aku bingung kalo tiba-tiba kamu diemin aku gara-gara kalian putus," jelasku.

"Punya pemikiran dari mana coba. Gue putusnya sama dia bukan sama lo jadi ngapain harus berimbas ke lo. Oh iya, ngomong-ngomong soal Raihan. Lo gimana bisa deket gitu?" tanya Laras.

"Rumah kita kan deket."

"Mulai dari kapan kalian deket?"

"Kelas dua, kenapa?"

"Lo tau, Veira yang sering deketin aja belum tentu pulang bareng sama dia. Eh tiba-tiba gue tau lo pulang bareng sama dia, gimana gue sama yang lain gak kaget coba."

"Jadi kalian diem kemaren gara-gara itu?" tanyaku.

"Salah gue juga sih kenapa gak merhatiin pergerakan kalian di kelas dua kemaren. Masa gue yang sekelas sama Raihan tahun kemaren gak tau apa-apa," protes Laras.

"Oh iya, terus gimana sama hubungan kalian?" tanya Laras lagi.

"Hubungan? Ya kita cuma temen gak lebih. Temen pulang bareng," jelasku.

"Yakin.." goda Laras.

"Yakinlah."

Laras mengangguk namun sesekali dia menggodaku. Selama Laras menggodaku, aku hanya diam tanpa membalas ucapannya. Laras tetap Laras, selalu menggodaku setiap kali aku ketahuan dekat cowok. Ingatkan saat kelas satu, hanya Laras yang tau aku suka dengan kak Rangga.

Ralat, bukan hanya Laras tapi juga Angga. Entah bagaimana cowok itu bisa mengetahuinya, mungkinkah gelagatku terbaca saat itu. Entahlah, aku tidak tahu.

Pandanganku teralih, begitu pun Laras. Tiba-tiba Veira datang ke kelas kami. Aku dan Laras saling tatap tanpa berucap. Melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

Di sana Veira mendatangi Raihan. Orang yang sedang menyalin tugas. Aku terkekeh pelan melihat itu. Agak aneh sebenarnya Raihan menyontek pr orang, padahal yang ku tau Raihan adalah orang disiplin mengenai tugas.

Aku tertegun, pemandangan pagi apa ini. Veira datang untuk memberi makanan pada Raihan. Sejujurnya ini adalah hal wajar, toh Veira memang sudah saling kenal dengan Raihan jauh lebih lama ketimbang diriku. Tapi kenapa tiba-tiba aku merasa kesal melihat pemandangan itu. Seketika aku berubah tidak mood, atau bahkan mood ku benar-benar hancur.

Aku tidak boleh seperti ini. Disini statusku dan Raihan hanya teman tidak lebih. Aku tidak boleh cemburu atau kesal pada Veira. Jika aku tetap melakukan hal itu, mungkin hubungan pertemanan ku bisa hancur.

My Teenage Years {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang