"Istirahat lo kemana tadi?" tanya Laras.
"Perpus," jawabku sambil meminum es di tanganku.
Seharusnya kami berada di kelas sekarang, mengerjakan tugas yang di berikan pada guru. Tapi bukan Tanti namanya jika tidak melanggar. Cewek itu mengajak Laras dan aku pergi ke kantin, membeli es untuk di minum sambil mengerjakan tugas. Meski akhirnya kami bertiga justru malah asik berdiam diri di kantin.
"Tumben. Ada angin apa tiba-tiba ke sana?" tanya Tanti.
"Hari ini aku gak bawa bekel terus niatnya mau bareng ke kantinnya eh ternyata kalian malah udah berangkat duluan," jawab ku.
"Kan bisa nyusul," ucap Laras.
"Males pasti rame, mendingan aku ke perpus baca buku."
"Anak rajin mah emang beda."
Aku terkekeh, begitu juga dengan Laras dan Tanti. Rajin dari mana, selama di perpus tadi aku sama sekali tidak membaca. Ketimbang membaca aku malah fokus merhatiin kak Rangga.
"Kalian bertiga ngapain disini, guru ngasih soal bukannya ngerjain malah ke kantin."
Aku menoleh, "kamu sendiri ngapain di sini? Bukannya ngerjain juga."
Angga tertawa pelan, "lo kira lo doang yang haus, gw juga."
"Bilang aja lo mau bolos," celetuk Laras.
"Gak liat diri sendiri," celetuk Angga.
Aku menggeleng, perdebatan mereka tidak akan ada akhirnya lebih baik aku kembali ke kelas. Hitung-hitung ngajak Naya besok ke perpus, siapa tau dia mau.
"Mau kemana?" tanya Laras.
"Kelas, mau ikut?" tanya aku.
"Gak deh, lo sendiri aja. Kita masih mau di sini."
Aku mengangguk lalu beranjak dari sana. Sejujurnya aku merasa kurang nyaman berada di kantin saat jam pelajaran. Bukannya aku tidak senang dengan ajakan mereka, hanya saja kurang nyaman. Ingat itu.
Aku tersenyum, ternyata Naya masih di kelas mengerjakan tugas. Beruntung cewek itu tidak pergi kemana pun. Naya sepatutnya jadi contoh untukku. Cewek itu tidak pendiam namun pengamat yang handal. Selain itu, Naya pun sangat peka terhadap situasi. Banyak hal yang bisa aku ambil sebagai pembelajaran jika bersama Naya, wawasan cewek itu sangat banyak dan beragam, tidak heran kenapa dia hobi baca buku.
"Naya, besok kita ke perpus yuk pas lagi istirahat," ajak ku.
"Kenapa tiba-tiba ngajak ke perpus?" tanya Naya.
"Gak papah. Tadi aku ke sana terus seru, mangkanya aku ngajak kamu."
"Kamu ke perpus, kapan?"
"Istirahat."
"Emang lo gak jajan tadi?"
"Enggak."
"Dan besok lo gak mau jajan lagi?" tanya Naya.
"Gak tau, aku pengen buru-buru ke perpus besok," ujarku semangat.
Naya memincingkan matanya, menatapku curiga. "Semangat banget mau ke perpus, yakin mau baca doang?"
"Iya lah." Aku tersenyum.
Ah, lagi-lagi aku seperti orang gila saat mikirin kak Rangga. Kenapa aku terus senyum saat kebayang wajah kak Rangga. Apa bener sekarang aku mulai suka sama orang? Tapi wajarkan di umurku sekarang menyukai seseorang. Ya, aku rasa itu lumrah. Lagi pula aku ini kan remaja, sudah sewajarnya mulai menyukai seseorang.
***
"Loh belum pulang?"
Aku menoleh, seseorang berdiri di sebelahku. Aku tersenyum sambil mengangguk. Lagi-lagi aku merasa gugup. Entah bagaimana kak Rangga ada di sebelah ku, padahal seharusnya aku dengar suara langkah kakinya saat mendekat ke arahku.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Teenage Years {END}
Teen FictionAkan banyak peristiwa yang terjadi di saat masa remaja. Susah, senang maupun urusan hati. Konflik yang mungkin akan terus bermunculan sehingga karakter pendewasaan terbentuk. Beberapa hal manis mungkin juga bisa terjadi di masa ini, seperti percint...