36' always think about feelings

27 3 0
                                    

Kalo suka langsung Follow dan Vote buat dukung authornya ya.

Bacanya sambil dengerin multimedia biar readers lebih mantep baca kisah Yora dan Vano yang gemesin ini.

♪ My Boo - Usher ft. Alicia Keys ♪

*

Kali ini Vano tidak menolak untuk mengalihkan wajahnya ke pandangan lain. Wajah itu sempurna di mata Vano sekarang. Wajah yang selalu membuat Vano bingung dengan Hatinya dan selalu membuat Vano memikirkan perasaan nya.

Vano menatap intens kedua mata Yora dengan sendunya. Yora pun seakan sulit mengalihkan pandangannya dari wajah Vano yang sedekat ini. Tatapan Vano itu sangat dalam, lalu turun turun menatap bibir tipis pink Yora disana.

Ingin sekali Vano meraup wajah Yora dan menciumnya saat ini. Tetapi hal itu tidak terjadi karena suara Dipa memanggilnya untuk kembali berlatih Basket.

Padahal, Yora udah merem seolah udah tau perbuatan yang akan dilakukan Vano sekarang. Yora sebel, lalu malu sendiri. Ada perasaan yang tidak bisa diutarakan dalam hatinya saat ini.

"Ayok kak! Cium aku, nanti aja latihannya," Yora nampak serius dengan ucapannya. Vano tertegun sesaat. Darimana Yora tahu akan hal ini?

"Kak Dipa! Kenapa sih ganggu banget! Kapan lagi bisa tatap-tatapan sama Teddy Bear gue!" Sebelnya sembari menghentakkan kedua kakinya.

Vano terkekeh sejenak. Dipa dan Yora melotot seakan tak Percaya akan Vano yang sedang geli sendiri.

Mengetahui akan hal aneh yang dibuatnya sendiri, Vano berdehem lalu kembali dengan Wajah dinginnya, "kenapa? Ayok latihan."

Dipa mengangguk. Yora menutup mulutnya tak percaya, "Kak Vano?!"

"Kenapa?"

"Tumben! Huaaa!" Teriakan Yora tertahan karena mulutnya masih ditutup rapat oleh kedua tangannya sendiri.

"Lebay." Dingin Vano. Lalu Yora kembali mendekatkan wajahnya kepada Vano, "Aku izinin kok kalo kak Vano tiba-tiba mau cium aku. Seenggaknya Kak Vano ga ragu lagi buat ciuman sama aku."

"Mau banget, Hm?" Vano malah mendekatkan wajahnya kepada Yora yang sudah duluan melakukan hal itu. Yora mengangguk semangat.

Hidung mereka bersentuhan, Degupan hati mereka seakan menyeruak memberi kehangatan diantara keduanya. Dipa yang melihat itu tak percaya. Seorang Vano?!

"Bisa jadi skandal Woy! Udah deh, nanti aja Dirumah kek, ga modal banget ciuman di lapangan sekolah." Sindirnya.

Alhasil, Vano menjauhkan Wajahnya. Hati Yora dua kali lipat berbunga bunga dari sebelumnya. Senyum sumringah yang cantik itu ia keluarkan untuk Vano, Pujaan hatinya, "Jadi, Kapan?"

Langkah Vano terhenti saat tangan Yora menggenggam tangannya. Vano berbalik, Lalu menaikkan satu alisnya, "Belum sekarang."

Lalu Vano melepaskan genggaman itu, berlari menuju Teamnya di tengah lapangan yang sudah lama menunggu kehadiran seorang Most Wanted DMA Saturnus untuk latihan Basket.

"Semangat!!! Sayang ku pasti bisaa!!!" Teriakan Yora seakan memenuhi SMA ini. Vano malah menghiraukannya dan fokus berlatih. Tapi, senyum yang mengambang di bibir Vano tidak bisa berbohong.

Sudah satu jam lewat tiga puluh menit mereka latihan untuk besok. Rencananya, mau nambah lima belas menit buat latihan, tapi hari udah mulai gelap Diatas sana. Awan hitam seakan tidak sabar ingin menurunkan hujan yang lebat.

"Yora udah pulang. Tumben banget ga maksa Lo buat barengan sama dia," ujar Dipa sebelum menandas habis sebotol air mineral. Haus gauys.

"Ga tau."

"Jangan cuek cuek dong, Van. Kasian Yora. Dia tuh suka banget sama Lo. Lo ga ada niatan buat pacaran sama dia?"

"Eng- ga tau." Vano ragu melontarkan jawabannya itu.

"Percaya sama hati, Karena cewe itu butuh kepastian, bukan hanya dipermainkan, Van." Dipa menepuk-nepuk pundak Vano memberikan sedikit pencerahan pada cowo cool beut ini.

"Semoga."

"Apanya?" bingung Dipa.

"Semoga Lo dapet jodoh. Udah, gue duluan. Bye!" Dipa pergi gitu aja, dengan tas kecil berisi handuk kecil yang ia tenteng di tangan kirinya.

"Vano Vano," Dipa hanya geleng-geleng kepala. Sudah berapa kali ia mengatakan hal ini kepada Vano. Tapi, masih aja Hati Vano susah ditebak.

Fyi, Yora udah pulang duluan. Katanya mau kerja kelompok. Niat Vano sih buat nganterin Yora pulang lagi, dan mau ngajak makan bentar gitu. Soalnya Vano mau mantepin hati dulu buat Yora. Apes ya, giliran mau kayak gitu, Malah alam ga ngerestuin. Sabar ya, Van...

Vano membuka Pintu rumahnya lalu mengucapkan salam. Ia melihat adiknya tengah santai duduk di Sofa sambil ngemil keripik kaca.

Saat hendak menaiki tangga, Adiknya menghampiri nya dengan memberikan Sebungkus keripik Kaca yang ia belikan juga buat Vano, "Nih."

"Ga suka." Tolak Vano.

"Pulang bareng Yora lagi ya?" Tanya Riska.

"Ga ada pertanyaan lain?" Vano bosan dengan pertanyaan itu. Setiap kali Vano pulang, Pasti adiknya selalu menanyakan hal yang sama.

"Ya mangkanya kak Vano tuh jadian sama Yora!" Sentak Riska.

"Eh kok marah?" Bingung Vano.

"Capek tau dituduh terus sama Yora kalo aku tuh pacaran sama kak Vano." cemberut Riska.

"Hah? Kenapa lagi?" Tanya Vano frustasi.

"Ga perlu tau. Pokoknya harus pacaran sama Yora. Mama juga suka kok sama Yora. Apalagi waktu kak Vano bawa Yora kerumah ini."

"Terus?"

"Ih! Nyebelin banget setan!"

"Mulutnya!" Tatapan Vano mengintimidasi. Riska tertunduk, "abisnya nyebelin sih!"

Vano capek. Ia lanjut melangkah menaiki anak tangga satu persatu menuju kamarnya. Pikiran Vano sedang kacau. Ditambah dengan cewe yang selalu menghantui kepalanya itu.

Riska pasrah. Emang Vano tuh ga bisa dipaksa. Tapi, kenapa kalo paksaan dari Yora Vano selalu nurut ya? Walaupun sih sikapnya tetep Galak kayak biasanya.

Riska nampak berpikir, ada baiknya juga sih Vano ga jadian sama Vano, "Biar kak Vano tuh sadar kalo Hati diri sendiri tuh perlu dimengerti dan kalo bisa dipaksa buat ngebahagiain diri sendiri."

-
TBC...

甜 : IRISH COFFEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang