32' Nite-nite

22 2 0
                                    

♪ CLOSER - The Chainsmokers ft. Halsey ♪
*

"Jangan bilang gue Mimpi lagi!!!" Ia menepuk pipinya pelan berulang kali. Alhasil ia merasakan sakit.

Kata orang kalo ga kebangun berarti ga mimpi dong?! Ya ga sih?

"Yora. Lo tenang. Lo pasti bisa." Ia menetralkan nafasnya yang memburu. Wajahnya memerah hampir sama dengan darah. Kupingnya panas. Jantung nya berdebar kencang seakan mau pecah.

"Teddy bear nyium gue?! Ga mungkin yaaaaaa!!!" Teriaknya kesenangan di dalam UKS.

Yora lompat-lompat tidak karuan saking gembiranya. Joget-joget ga jelas pertanda salting yang luar binasa. Felicia Yora Vernanda akhirnya tidak bermimpi di cium oleh Rivanno Leonard, seorang Most Wanted SMA Saturnus.

Vano tak benar-benar pergi dari UKS. Ia hanya berhenti disamping UKS, mendengar teriakan ga jelas dari Yora. Ia hanya tersenyum tipis lalu tak percaya dengan diri sendiri apa yang telah ia lakukan terhadap gadis cantik itu. Rivanno Leonard, Berhasil jatuh hati kepada Yora, walaupun tak sepenuhnya, ia percaya kalo mungkin hatinya telah terbuka lebar untuk menerima seorang Felicia Yora Vernanda.

Yora berlari ke kelas, mendapati seorang guru telah menunggu kehadirannya di kelas. Ia terlambat masuk jam pelajaran Kimia.

"Maaf Pak, dari Kamar mandi. Kebelet soalnya yang dikeluarin Batagor malam kemaren." Ia terkekeh ga jelas. Sontak semua murid tertawa mendengar ucapan Yora.

Yora menggaruk belakang kepalanya yang tentunya tidak gatal sama sekali.

"Yora, Yora. Yasudah. Kamu boleh duduk dengan syarat harus menyelesaikan tugas halaman 45-46, Nomor 1-25. Paham?!" Sedikit tegas guru itu berbicara, Yora hanya mengangguk paham dan cepat-cepat duduk disebelah Billa- menatapnya heran.

"Lo dari mana sih? Kita tungguin juga ga dateng-dateng." Billa menoleh kearah Yora.

"Lo tau ga, Bill. Tadi gue dici-"

"Kerjakan tugasnya Yora. Nanti saja menggosipnya. Habis jam pelajaran bapak, Pokoknya tugas sudah kamu sudah berada di tangan saya."

"Iya, Pak."

---

Bel pulang berbunyi dengan kencangnya. Baik siswa maupun siswi bergegas untuk pulang kerumahnya masing-masing. Begitupun dengan Yora dan se-gengnya.

"Lo dijemput ya, Bill?" Tanya Yora pada Billa yang tengah membereskan alat tulisnya.

"Iya, Yor. Tadinya Raja mau ngajakin kita pulang bareng. Tapi dia nya ada urusan. Ga tau tuh mau ngapain." Jawab Billa.

"Sok sibuk banget." Ketus Yora.

"Biasalah. Nungguin kuda bertelur." Sontak Yora tertawa mendengar ucapan Billa.

"Yaudah, yuk gue udah selesai nih. Lo pulang sama siapa?" Billa bertanya balik.

"Paling juga taksi online."

"Sama gue." Suara khas itu Yora sangat kenal. Tidak mungkin kan kalo yang barusan ngomong didepan pintu kelasnya Yora itu-

"Udah selesai belum?" Tanya nya lagi. Vano menatap lekat gadis yang mukanya nampak kaget itu.

Jangan lupakan Billa yang salting dengan dua orang ini. Ia senyum-senyum sendiri, ngebatin kapan ya gue kayak Yora

"Yor, gue udah dijemput. Duluan yah. Bye!" Billa buru-buru keluar meninggalkan mereka berdua di sini.

Bisa-bisanya ya Billa anak monyet lu batin Yora kesal.

"Udah belum?" Tanya Vano sekali lagi. Tapi suara nya pelan tak biasanya.

Yora mengangguk. Lalu menghampiri Vano. Ia tak menyangka, Vano seratus delapan puluh derajat sikapnya berubah pada Yora. Apa ini yang namanya kalo perjuangan tidak menghianati hasil?

Yora naik keatas motor Vano. Vano mengegas motornya menjauhi pekarangan Sekolah.

Kini mereka saling bertukar pandangan lewat kaca spion. Tak lama Vano berdehem, membuyarkan Lamunan Yora yang sedari tadi menatapnya.

Vano memberhentikan Motornya didepan rumah Yora. Yang Yora lakukan hanya senyum-senyum ga jelas. Terus salting ditatap sama Vano. Dan ga lama, Yora mengedipkan satu mata nya ke arah Vano, setelah turun dari Motor.

"Maaciii Teddy bear. Gini terus ya. Jangan galak-galak. Kalo gini kamu nambah ganteng terus guenya tambah suka sama Lo. Kak, jangan cape-cape ya buat tanding basketnya. Semangat juga, biar dapet juara."

Entah kenapa omongan Yora kali ini dapat Vano terima dengan baik. Tanpa sadar ia tersenyum kecil pada Yora, lalu mengangguk.

"Lo juga." Singkatnya. Lalu pergi gitu aja dari hadapan Yora.

Vano tuh aslinya ga galak kok. cuma dia itu males aja sama orang baru yang sok kenal sama dia. Vano kayak gini tuh udah terlanjur bersikap cuek terus dingin ke Yora. Dan sialnya, Vano juga ga tau harus ngapain kalo udah kaya gini. Ribet kan mereka berdua.

---

Cw bwel: yang tadi di UKS Yora beneran ga mimpi kan, Teddy?

Cw bwel: Bilang dong kalo mau cium. Yora kan bisa siap-siap dulu, ga kayak tadi. Yora nya kaget. Jelek tau muka Yora kalo kaget gitu.

Cw bwel: Yaudah. Selamat bobok ganteng Teddy bearnya Yora. Mimpiin Yora dong. Entar Yora Mimpiin balik deh. Abis itu kita ketemuan, terus jadian. Gimana?

Cw bwel: Yora ngantuk. Cape. Jangan lupa makan dulu. Kerjain tugasnya. Mandi don't forget baby.

Cw bwel: nite-nite. Pap ya hehe kalo mau bobok.

Cw bwel: Canda doang. Kalo mau pap beneran gapapa sih.

Cw bwel: Semangat buat tanding basketnya. Yora terus dukung Teddy bear kok. bye bye.

Notifikasi itu mengganggu Vano yang tengah fokus mengerjakan pekerjaan sekolah nya. Ditambah lagi otak nya udah mampet banget ga nemuin jawaban dari soal MATEMATIKA ini, Ia berdecih kesal, mengambil Ponsel yang tak jauh darinya dengan Kasar.

"Ganggu banget!" Ketusnya.

Ia mengecek notifikasi yang entah dari siapa. Ga mungkin Dipa. Ga mungkin juga Reza. Semua urusan sekolah disekolah udah selesai. Terus siapa?

Ia menyerngit, alisnya menyatu. Siapa sangka gadis yang ia cium di UKS tadi mengirimnya pesan.

"Lucu."

Vano ga sadar ngeluarin kata itu. Ekspresinya berubah. Jantung Vano berdebar dua kali lebih cepat. Terus, Tatapan matanya sendu melihat pesan dari Yora itu.

Otaknya yang mampet kini mencair gegara cewe absurd ini. Felicia Yora Vernanda sekarang mampu menaklukkan senyum seorang Cowo galak di SMA Saturnus.

Di balik sikapnya yang nampak jelas dilihat sama orang kalo Vano kini salting, Ia kepergok sama adiknya yang mengintip dari balik pintu.

Sial. Pintu kamar Vano terbuka sedikit, memudahkan siapa saja melihat ekspresi nya itu.

Riska- juga nampak tersenyum. Keliatan banget kalo Vano tuh udah jatuh hati pada Yora. Ini tuh momen yang ditunggu-tunggu sama Riska. Seenggaknya Riska ga dituduh terus-menerus pacaran sama Vano oleh Yora.

"Bagus deh. Makasih banget tuhan. Kakak gue sekarang suka sama tuh orang. Semoga jadian deh. Cape tau sama Yora, dituduh terus." ia menghela napas kasar, Lalu meninggalkan Vano yang otaknya sudah mencair didalam.

Vano mengerjakan soal dengan cepat sekarang. Tiba-tiba aja gitu. Kalo gini terus, Vano kan jadi mudah ngerjain tugas yang rumit.

Vano: Nite-nite too.

Ternyata Vano kalo udah jatuh cinta lucu ya guys. Semoga aja Yora ga salah merjuangin seorang Rivanno Leonard.

-
TBC...

甜 : IRISH COFFEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang