31' More Attention

26 2 0
                                    

Dengerin multimedianya Yaa, biar feel nya nambah dapet waktu dibaca sama kalian...

♪ KIRE - Sun ft. Shi Shi ♪
*

Huff! Sekali lagi Vano harus mengantar Yora pulang. Yora tuh suka maksa, kalo engga dia tuh ga akan berenti buat maksa. Kalo pun ia berenti, bakal di inget-inget lagi. Pertanyaan yang sama lagi.

"Teddy bear yang ganteng, mau ya tampil di acara musik sekolah?" Yora memulai pembicaraan diantara keduanya setelah Lama diem-dieman.

Vano hanya menatap malas gadis itu dari spion motor nya. Vano males jawabnya. Dijawab engga sekalipun pertanyaan nya bakal ngulang lagi.

"Kok diem sih! Jawab dong!" Kesel Yora.

"Engga." Dingin Vano.

Seketika itu Yora memeluk Vano dengan erat. Tak perduli berapa banyak orang yang melihat mereka. Lampu merah lagi, mana rame-ramenya.

Wajah Vano merah seketika. Pengendara Motor yang berada disebelah mereka hanya bisa tersenyum. Yora menampakkan wajah cemberut nya.

"Lepas!" Sentak Vano. Dan Ya! Yora malah ngencengin pelukannya.

Tapi, Ada tapinya ini. Mulut Vano aja yang bilang lepas. Tapi badannya menolak lepas. Entah kenapa. Apa jangan-jangan Vano udah mulai seratus persen jatuh cinta sama Yora?

"Engga! Sebelum kak Vano mau Nerima tawaran Yora."

Selama dijalan, Yora emang ga ngelepas pelukannya. Lampu hijau menyala. Vano mengegas motornya kembali menuju rumah Cewe rese ini. Tak biasanya dia diemnya lama banget. Apalagi diatas motor kaya Gini. Saat Vano mengecek dari kaca Spion, Yora malah tidur.

Yora tertidur pulas di punggung Vano. Vano ngerasa Nyaman banget. Ga tau kenapa pelukan dari Yora saat ini buat hatinya ga karuan. Sesekali ia melirik cewe gemes ini dari kaca spion. Gemesin emang Yora. Tapi Vano ga boleh lemah. Tetep cool, galak, tapi emang ga bisa kalo sama Yora. Dikit-dikit senyum, dikit-dikit engga. Aneh emang Vano.

Vano memberhentikan Motornya tepat di halaman rumah Yora. Ia tak tega ngebangunin. Kayanya Yora emang cape banget.

"Turun." Pinta Vano dengan sangat berat hati. Yora melepas pelukannya mendongak kearah rumahnya.

"Udah nyampe ya ternyata." Yora mengucek-ngucek matanya yang masih setengah sadar. Vano ngangguk.

Yora malah meluk lagi sih Vano. Depp! Jantung Vano lagi-lagi ga terkontrol.

"Mau ya ikut tampil?" Rengek Yora.

Ya ampun. Vano tuh makin ga tahan sama Yora kalo gini terus. Vano berdecak, tak tau lagi harus gimana lagi.

"Y."

Yora turun dari motor. Goyang-goyangin lengan Vano yang masih megangin Helm.

"Serius?" Matanya berbinar-binar.

"Ya."

Setelah itu Vano memasang Helmnya dan pergi gitu aja. Mau gimana lagi, Vano males berurusan lebih lama sama Cewe ini perkara cuma mau tampil apa engga. Kalo dia maksa harus Iya pokoknya deh. Soalnya Vano udah tau.

"Byee Teddy Bear. Makasih Yaa! Semoga bertemu di Mimpikuuuuu~"

Yora masuk kedalam rumah kegirangan. "Akhirnya tampil bareng sama Teddy Bear! Yes!"

✏️

Siang ini Vano dan teman-temannya sedang latihan Basket buat perlombaan itu.

Lagi-lagi disana, ada Yora. Yora nampak menyemangati pujaan hatinya itu. Emang mau nempel terus ya kayanya Yora tuh sama Vano.

"Semangat Teddy Bear!!!" Teriaknya dari pinggir lapangan. Cewe-cewe yang berada didekatnya menampakkan muka yang judes.

"Hush Hush! Ga usah ganggu." Titah Yora. Ia risih diliatin Gitu.

"Jangan kegatelan dong jadi cewe."

"Diem Lo! Mending Lo pergi deh ngurusin kambing. Bau Lo bau Gajah soalnya." Ejek Yora sembari menutup Hidungnya. Yora emang aneh ya Readers. Malah bawa-bawa yang sedang baca nih cerita lagi.

"Sembarangan ya mulut Lo. Vano tuh punya gue. Ga pantes Lo sama dia. Yang pantes itu gue." Cewe itu ngeliat Yora ga seneng, lalu pergi gitu aja sama temen-temennya.

"Apaan sih ga jelas."

"Semangat Sayang." Lanjut Yora kembali Fokus sama Teddy Bearnya itu.

Beberapa Temen Vano hanya bisa cie-ciein mereka Berdua. Sebenarnya Vano tuh mau aja diliatin Yora. Tapi rada Salting, ga fokus kan jadinya.

"Oper dong bolanya, Van. Kalo gini kan kita ga gerak-gerak. Bola sepenuhnya ada di Lo." Ujar Dipa.

"Fokus! Gue tau Lo salting, 'kan?" Lanjut Dipa diiringi ketawa Usil.

"Iya Iya, sorry."

Saat Vano ingin mengoper tuh Bola sama Dika, Teman se-teamnya, tanpa disangka-sangka kaki Vano terkilir dan jatuh gitu aja. Nampak Vano kesakitan dan tersungkur.

Yora yang ngeliat itu langsung berlari menuju ke tengah Lapangan. "Kenapa Hey!"

"Cepet Bawa! Jangan diem aja! Bantu Vano jalan ke UKS. Gue sendiri ga kuat bawanya!" pintah Yora yang keliatan marah dan Panik banget. Pasalnya temannya cuma ngeliat doang.

Teman-teman Vano langsung membaringkan tubuh Vano diatas kasur kecil di UKS ini. Yora dengan sigap melepas sepatunya. Terlihat disana bengkak dan sedikit lecet didekat mata kakinya..

"Kenapa bisa jatoh sih." Ujarnya sambil mengambil obat merah serta minyak kayu putih didalam kotak P3K.

Vano yang ngeliat itu sempat tak percaya. Mulai dari Yora marah-marah sama temen-temennya, terus bantu Vano ke UKS, dan sekarang ngobatin Kakinya yang kesakitan itu.

"Tahan ya, agak perih soalnya." Yora dengan hati-hati menuangkan obat merah di area Luka Pake kapas.

"Mangkanya kalo latihan tuh jangan dibawa serius. Jadi gini kan. Hati-hati juga, biar ga keseleo. Gimana kalo kaki kak Vano tadi patah, atau tulangnya kegeser? Kan bahaya banget. Terus ga jadi ikut lomba buat Ngewakilin sekolah kita. entar sekolah kita ga jadi juara? Keras kepala sih, jadinya gini." Omel Yora.

Andai aja Yora tau, semua ini gegara dia. Dia yang buat Vano ga Fokus. dia yang buat Vano keseleo karena galfok.

Yora sesekali ngelirik Vano yang tanpa Yora sadari juga ngelirik dirinya. Yora hanya tersenyum sumringah.

"Gimana? Masih sakit kak?" Yora mulai membereskan obat-obat itu. Tak lupa ia mengoleskan minyak kayu putih di area kakinya yang terlihat memar.

Vano merubah posisinya dari baring ke Posisi Duduk. Mata mereka bertemu satu sama lain. Vano melihat ada ketulusan di mata ini, ada Cinta yang begitu mendalam pada mata ini. Serta senyum manis itu selalu Yora tampakkan untuk dirinya. Apakah Vano sejahat itu sampai-sampai mengabaikan nya selama ini? Vano tak ingin melepaskan tatapan selekat ini. Ia ingin lebih lama, tapi Vano sadar diri, ia belum paham sama hatinya. Jalan satu-satunya...

Cup! Satu ciuman melayang pada Pipi kanan Yora.

Vano segara turun dari kasur, dan berjalan keluar dengan hati-hati karena kakinya masih agak sakit.

Yora terdiam, sempat tak percaya dengan kejadian barusan. Ciuman itu benar dari Vano untuk Yora kan? Jangan sampe ini mimpi lagi ya Tuhan!

-
TBC...

甜 : IRISH COFFEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang