23' Hukuman Buat Yora

43 4 1
                                    

Suasana dikantin sedang riuh. Ada yang teriak-teriak gak jelas, ngerumpi, nge-bully, malakin anak orang, ngantri panjang sampe emosi, berkelahi, nyanyi-nyanyi, bahkan ada yang menangis karena curhatan, dan- ngegosip.

Itulah yang Yora lihat dikantin ini. Ia berdecak kesal, lalu melihat kesudut kantin. Matanya bersinar saat melihat teddy bear nya duduk bersama Dipa, makan dengan tenang disana.

Yora menghampiri mereka, sedangkan Raja dan Bila hanya geleng-geleng kepala melihat Yora sedang berjalan menuju meja teddy bearnya itu.

"Hai! Boleh gue duduk sini?"

Dipa dan teddy bear menatap satu sama lain. Setelah memikirkan cukup lama yang membuat Yora cemberut, Akhirnya Dipa mengangguk, Yora duduk ditengah-tengah mereka.

"Ngapain lo?" tanya Vano setelah merotasikan kedua bola matanya, lalu menatap Yora aneh.

"Aneh banget" lanjutnya.
"Nemenin pacar gue lah. Masa gak boleh?"

Dipa yang meminum jeruk, tersedak. Menatap mereka berdua penuh kebingungan. Melotot.

"Lo pacaran sama dia, Van?"

Vano segera pergi dari sana, meninggalkan mereka berdua. Dipa senyum-senyum, menyenggol lengan Yora. "Bagus! Lo udah bisa bikin Vano luluh sama lo."

"Berisik kak! Gue mau ngejar kak Vano. Kak Dipa jangan bilang siapa siapa"

Dipa mencungkan jempolnya. Lalu menyuruh Yora agar cepat-cepat menyusul Vano yang masih kelihatan dari sini.

Yora berlari, lalu berhenti tepat hadapan Vano. Vano mengerem kaki jenjangnya kejut, menatap gadis cantiik didepannya ini dengan tatapan tajam.

"Gue bukan Pacar Lo! Jadi lo gak usah ngaku-ngaku jadi pacar gue!"

Setelah membentak Yora, Vano pergi dari hadapan Yora. Yora tak tinggal diam. Dia tetap berlari mengejar Pujaan hatinya itu.
"Kak! Lo gak peka banget sih. Gue suka sama lo. Gue mau kita pacaran!"

"Harus berapa kali sih gue bilang sama lo? Lo bukan pacar gue. Lo siapa sih? Dateng ke kehidupan gue tiba-tiba, ngejar-ngejar gue. Mending lo minggir deh!"

"Yah gue tau, kak. Gue bukan siapa-siapa lo. Tapi, apa perasaan gue yang suka sama lo gak boleh? Gak peka banget!"

Vano memutar kedua matanya malas, lalu pergi ke kelas meninggalkan Yora sendirian ditempat.

Di sebrang sana, seseorang tengah menatap mereka tak suka. Seakan sangat benci pada- Yora.

"PR lo mana, Van? Kok belum dikumpulin sama buk harni?"

Seketika Vano yang tengah tidur dikelasnya terbangun. Mendapati sosok Dipa disebelahnya, membawa tumpukan Buku bahasa Inggris.

"Gak biasanya lo telat ngumpulin tugas buk Harni" lanjutnya setelah melihat Vano bangun.

Vano baru ingat karena dirinya ketiduran semalam. Vano mngehela napas kasar, lalu memainkan ponselnya.

Vano mengecek kontak di hp nya. Siapa sangka Vano menemukan nama Yora tertera disana.

Vano baru ingat, kalau dirinya yang menambahkan kontak Yora di ponselnya saat Yora kepergok mengintip dirinya sedang tidur di ruang osis.

"Kenapa lo?"

"Gakpapa"

Buk Harni datang, habis sudah Vano saat ini! Kalian tau? Vano tak mengerjakan tugasnya karena bermain gitar malam tadi. Vano menghela napas kasar. Buk Harni santai. Palingan, Vano disuruh beliin bakso dikantin buatnya....

Yora hanya senyum-senyum sendiri melihat pujaan hatinya bermain basket bersama teman-temannya.

Keringat yang bercucura, mata yang sedikit biru, wajah simetris, rambut acak acakan, postur tubuh tinggi, bibir tipis, berotot!

Wah! Nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan, ya ampun!

Dibelakang sana, Bila berteriak memanggil namanya.Yora terkejut bukan main.

"Duh apaan sih Bila! Ngagetin aja tau gak!"

"Lo kemana aja sih? Gue cariin gak dapet dapet" Bila menghela napas kasar.

"Gak malu diliatin banyak orang?!"
"Gue pakek baju, gak telanjang!"

"serah lo deh. Ngapain nyariin gue sih Bil? Gak liat gue lagi nonton pacar gue main basket?"

Mata Bila melotot. Menutup mulutnya yang menganga dengan tangannya.

"Lo punya pacar? Siapa?"

"Teddy bear lah. Siapa lagi, Bil????"

"Halu parah lo, Yor" Bila berdecak malas. "Lo dicariin kak Wita noh, hari ini lo telat latihan musiknya."

Yora segera berlari menuju ruang musik setelah memukul lengan Bila akibat kaget.

Yora memasuki ruang musik. Melangkah dengan takut.

Habis Yora sekarang. Kak wita sudah menatap Yora tajam, seakan marah bessar padanya.

Yoa yang tadinya menunduk, kini mendongakkan kepalanya. Melihat Wita teramat seram, sama seperti nenek lampir yang bernama Reza waktu itu.
"Kamuu!!" wita membentak Yora. Semua yang berada diruangan musik itu menghentikan kegiatan mereka bermain alat musik, diam setelah mendengar teriakan menyeramkan itu.

Mati gue. Gimana kalo gue dihukum bersihin toilet,terus ketemu kecoa?!

Wita menghampiri Yora yang berdiri di dekat pintu masu. Matanya sangat menyeramkan. Apakah semarah itu?

"Maaf kak, gue-"

"maaf maaf! Darimana lo?" Yora hanya diam ditempat, tak berani menjawab.

"Gue bilang jawab gue!"

Gadis keturunan Bali ini menepis lengan Yora kuat. Membuat Yora meringis kesakitan.

"Apa lo gak mau lagi gabung jadi anggota ekstrakulikuler Musik?"

Yora hanya menggeleng. Pikirannya berantakan sekarang. Apa yang harus Yora perbuat sekarang?

"Lo harus hapalin 1 lagu. Gue tunggu sampe besok. Kalo lo gak hapal 1 lagu pakek piano tua itu, gue bakal hukum lo lebih berat lagi"

Terlihat diujung ruangan musik, Riska menatap Yora kasihan.

"udah sana lo. Yang lain lanjutin latihannya. Sebentar lagi acara disekolah ini bakal dimulai"

Yora menghampiri piano tua di ruangan musik ini. Menghela napas pelan. Menghapal 1 lagu dalam satu hari?

Kak wita gila apa? Gue sama sekali gak bisa main piano 2 minggu ini. Masa disuruh apalin lagu?!

✒Note

Gara-gara liat teddy bear, jadi kena kan Lo! Jangan nyerah yah, Yor! Semangat teruss sampaii mampuss :)

甜 : IRISH COFFEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang