"K-Kak Vano?!" Yora hanya bisa menatap Lekat mata Vano
"Kenapa nungguin gue?" tanya Vano bingung.
"Why Not?!" sambar Yora. Vano menelan saliva nya dengan kasar. Ia sangat heran, sekarang Yora makin ganas.
"Minggir!"
Yora tak mau. Ia ingin sekali dekat dengan Vano. Seenggaknya yang Yora mau, Vano mempertimbangkan pertanyaan waktu itu 'mau ga jadi pacar gue?'
Alhasil Vano bungkam. Ia tak mau menjawab. Vano lebih memilih tak menjawab daripada menyakiti perasaan cewe yang selama ini ia pun tak tau suka atau tidak padanya.
Ada satu hal yang Yora harus hindarkan hari ini. Bertemu sama Wita. Karena ia ada Hutang lagu dengannya.
Tapi Yora tak ambil pusing. Ia malah lebih memilih ingin pulang bersama Vano ketimbang keruangan Musik Hari ini.
"Lo kenapa sih? Ngalangin jalan gue tau ga Lo. Gue mau pulang, minggir." Ujar Vano dengan decakan karena kesal dengan Yora.
"Bareng gue ya kak? Anterin calon pacarnya Pulang," Yora menampakkan Puppy Eyesnya.
Sejujurnya Vano gemas. Cuma ia tak mau lemah begitu saja. Yora itu Cantik dan Imut. Siapa sih Cowo yang ga suka sama nih Cewe. Tapi, Kelakuan Yora itu loh, Vano jadi males ngadepinnya.
"Engga! Lo bukan pacar gue dan ga akan Pernah jadi pacar gue." Sentak Vano.
"Ya teddy bear mangkanya Nerima cintanya Yora. Apa salahnya sih jawab 'iya' doang" Yora yang mulai kesal kini.
Pasalnya Vano sama sekali tak memberi jawaban. Yora harus mendengar Kata 'Iya' atas pertanyaan nya itu walaupun Yora tau kalo Vano bakal jawab 'Tidak'.
"Yoraaaa!!"
Teriakan itu mengejutkan Yora -Lebih tepatnya mereka berdua- karena sangat memekakkan telinga.
"Mampus Gue" Yora menepuk jidatnya dan bersembunyi dibalik badan kekar seorang Rivanno Leonard.
"Disini Lo rupanya Yaa! Dicariin malah ngilang, eh ga tau nya malah pacaran ga jelas!" Dumelnya sembari berjalan mendekati Yora dan Vano.
"Mana tugas Lo buat ngapalin 1 lagu yang gue suruh kemaren?!" Tanya Wita sambil menarik Yora untuk tidak bersembunyi di belakang Vano.
Yora meringis kesakitan saat Wita tak sengaja memegang begitu keras Tangan nya dan sedikit memelintir tangan yang jauh lebih kecil dari tangan Wita.
"Aduhh sakit Kakk."
Tampak seperti lebam merah di tangan kanannya itu. Vano melepaskan tangan Wita yang masih mencengkeram tangan Yora.
"Kasian anak orang." Dinginnya pada Wita.
"Ga usah ikut campur ya Lo." Sarkasnya.
"Lo yang keterlaluan." Vano tak mau kalah.
"Emangnya Lo siapa nya Yora? Pacar nya? Hah?!"
Vano diam. Wita tersenyum Miris. Yora yang melihat mereka bertengkar pun sedikit pusing.
"Dan Lo- keruangan Musik sekarang. Enak aja mau kabur ga jelas. Mangkanya jadi cewe jangan belagu. Cantik-cantik ko pemales nya minta ampun. Dan yang terpenting, Tugas Lo harus selesai hari ini terus bilang sama cowo lu ini nih-"
Perkataan Wita terpotong saat Vano memperkuat Rahang nya sembari menatap Tajam ke arah Wita.
"Ga usah ikut campur urusan ekskul kita deh." Lanjutnya.
Ia lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Yora melirik Vano lalu meninggalkan Vano sendiri di parkiran sekolah.
Sebenarnya apa yang Vano rasakan. Ia suka pada Yora tapi ia sama sekali tak niat ingin pacaran sama tuh cewe.
Tanpa Yora sadari, Vano mengikuti nya sampai ke ruangan Musik. Mungkin Vano ingin menemui Riska juga disana.
Setelah sampai di ruangan Musik, Yora langsung menghampiri Piano tua berkesan antik itu.
"Lo gakpapa, Yor?" Tiba-tiba saja Riska datang menghampiri Yora.
"Gak perlu dikasihanin. Gue gakpapa. Mending Lo lanjut latihan sana"
"Oh jadi ngusir nih? Yaudah gue lanjut lagi ya"
Aneh tuh cewe! Gumam Yora
Di sebrang sana, Vano mengurungkan niatnya buat ikut masuk ke ruang Ekskul Musik. Ia ingin mengiyakan tawaran Yora di parkiran tadi. Tapi mungkin terlambat. Ah sudahlah, Vano sebenarnya ada malesnya juga ngeladenin tuh cewe.
'kan Vano jadi ga ambil pusing soal pertanyaan Yora yang terkesan memaksa hari itu.
Vano menghelas napas kasar saat hendak menaiki Motornya. Hari ini sangat melelahkan dan membingungkan. Ia memasang Helm nya dengan Kasar,
"Kenapa Lo hadir di kehidupan gue sih, Yor. Gue yang tadinya bodo amat ama cewe, sekarang berubah gegara Lo!"
Ujarnya sebelum. Memutar gas motornya untuk pergi kerumah sahabatnya, Dipa.
✒Note
Hiatus hampir satu tahun. Maaf ya buat pembaca setia Irish Coffee hehe. Sampai bertemu di part selanjutnya. See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
甜 : IRISH COFFEE
Fiksi Remaja为了你 :"What's wrong with me loving him not loving me? doesn't it take long for hearts to move quickly?" Ketika Cinta bungkam, maka mulut ikut Diam. Ketika Hati tak berani mengungkapkan, maka dirimu tersiksa akan rasa yang Bertahan.