Setelah Yora diantar Mamanya tepat didepan Gerbang Sekolah, Yora bergegas menuju kelasnya dengan berlari kecil. Tatapan Kaum Adam seakan ingin memiliki Yora saat ini juga.
Yora tak ambil pusing. Selama ia bersekolah disini, mereka ga Bosan ngeliat Yora dengan tatapan itu. Yora tau, pura-pura ga tau aja.
Tepat didepan pintu kelas, Yora berhenti berlari kecil. Napasnya terengah-engah, "Hari ini ulangan matematika peminatan ya?"
Billa dan Raja yang mendengar itu mengangguk Bersamaan.
"Lo kenapa sih kayak abis dikejar setan?" Tanya Billa.
"Apa jangan-jangan Lo yang lagi ngejar setannya?!" Tanya Billa lagi tapi dengan suara yang sedikit keras.
"Dongok! Kecilin dikit suara Lo! Ga liat orang pada belajar. Emangnya Lo yang ga pernah belajar?" Raja kini membuka suara.
"Suka-suka gue, sempak gajah" cibirnya.
"Gue jitak juga Lo lama-lama" ancam Raja, terkesan serius tapi bercanda.
"Oh berani sekarang? Awas aja Lo nyontek sama gue entar"
"Udah ah! Gue capek. Mau lanjutin belajar dulu." Yora meletakkan tasnya diatas meja.
Billa ikut duduk disamping Yora, sedangkan Raja kini berada disebelah Billa.
"Jauh-jauh sana Lo. Bau ketek!"
"Enak aja. Gue aja mandi tadi pagi pakek kembang tujuh rupa." Elaknya. Padahal Raja mah emang jarang mandi Pagi.
"Masa? Ga percaya gue."
"Oh ga percaya? Mau mandi bareng kah dedek Billa yang tergemoii?" Usil Raja.
Billa menepis lengan Raja sedikit kuat, membuat Raja meringis kesakitan.
"Jijik gue sama Lo. Mending Lo kekantin beliin kita Roti kek. Lo belum sarapan kan Yor?" Billa menengok kearah Yora yang tengah sibuk menghapal Rumus.
"Ga usah, Lo aja." Jawabnya singkat lalu kembali menghapal Rumus.
"Beli sendiri. Mager gue kekantin." Tolak Raja. Billa berdecak Kesal. Ia belum sarapan, mangkanya moodnya pagi ini sedikit hancur ygy gegara Lapar banget.
Bel masuk telah berbunyi tiga puluh menit yang lalu. Kini semuanya tengah sibuk mengerjakan soal ulangan yang terbilang rumit --tidak bagi Yora dan Billa-- karena masih dianggap biasa-biasa aja.
Raja sesekali menoleh kearah Billa memohon meminta jawaban. Billa pura-pura ga denger. Sengaja. Biar Raja cari sendiri. Mandiri, udah gede dek.
"Nomor satu sampe lima apa woy!" Bisiknya tapi Billa masih juga ga denger.
Dan akhirnya gerak-gerik mencurigakan dari Raja di Notice oleh Bu Kiki- pengampu pelajaran Matematika Peminatan.
"Raja? Ngapain kamu? Fokus sama soalnya. Kerjain yang bener" tatapan Bu Kiki makin mengintimidasi Raja.
Raja hanya menghela napas Kasar. Ia hanya menjawab dua soal, itupun belum tentu benar semua.
Yora yang berbaik hati, memberikan secarik kertas kecil kearah Raja dengan mengendap-endap agar tidak ketahuan. Raja menampakkan senyum manisnya itu--- emang manis banget sih ga ketulungan--- lalu ia berterima kasih.
"Hanya ini, awas ya kalo Lo gini lagi." Ancam Yora. Ia tak main-main.
"Siappp sayangg!" Hormatnya pada Yora. Yora tersenyum Tipis lalu kembali fokus mengerjakan ulangan.
"Oke waktu udah hampir habis, silahkan yang sudah selesai boleh Dikumpulkan, yang belum ibu tunggu lima menit lagi."
Semua murid bergegas mengumpulkan ulangannya. Yora dan Billa tersenyum bangga. Mereka menyelesaikan sepuluh soal dengan gampang.
Tapi- Raja menampakkan muka sebelnya, ia hanya menjawab 5 soal, itupun tiga soal dari Yora.
"Mangkanya belajar. Kalo Lo kaya gini terus kapan majunya?" Sindir Billa.
"Iya iya. Bawel lu anak kambing"
"Sembarangan kalo ngomong!" Mata Billa makin membesar.
"Mau keluar nih mata lu, perlu gue bawain mangkok ga dari kantin?"
Yora tertawa. Emang mereka berdua itu cocok banget kalo lagi berantem. Ga ada abisnya.
Istirahat tiba. Yora berlari menuju lapangan, menemui Vano. Benar saja, Vano baru selesai latihan Basket untuk pertandingan Lusa.
"Teddy Bear!" Panggil Yora dari pinggir Lapangan. Vano memutar kedua bola matanya malas.
Yora tak tinggal diam. Ia masuk ke area lapangan. Vano bergidik ngeri.
"Apaan?" Tanya Vano males.
"Ih dengerin dulu. Ada yang Yora mau omongin." Jawab Yora.
"Lo dari tadi udah ngomong" Vano ada benarnya.
"Kak Wita nyuruh kakak buat tampil fi acara musik sekolah."
Vano terdiam. Tampil acara Musik? Vano bukan anak Musik. Ia juga ga pengen tampil.
"Engga" singkat Vano lalu pergi meninggalkan Yora sendiri.
"Kakk!!" Yora mengejar Vano. Vano malah mempercepat jalannya.
Jalannya Vano sama kayak Yora berlari. Cepet banget.
"Pokoknya Lo harus Mau. Kalo engga-"
Vano diam. Yora malah menubruk punggung Vano.
Aduhh! Gumamnya.
Vano berbalik Badan, "kalo engga apa, hm?"
"Anu-- kalo engga--" Yora tampak berpikir. Ia mengancam tapi ga tau mau ancamin apa.
"Gue ga mau." Tolak Vano, kali ini ia berlari meninggalkan Yora. Yora tak bisa mengejar Vano.
"Pulang nanti awas aja Lo Teddy bear!"
---
Vano berjalan cepat kearah parkiran motor. Mau cepet-cepet pulang. Banyak tugas hari ini. Takutnya ga selesai kalo Vano mengundur-undur waktu.
Tapi ia malah sial. Tiada hari tanpa Yora semenjak Yora ada disekolahan ini.
Vano berdecih. Capek ngadepin Yora yang udah duduk di motor nya.
"Turun Lo." Pintah Vano dengan wajah yang tampak Galak.
"Gue ga mau." Tolak Yora.
Kini malah berbalik. Yora yang sekarang menolak Vano, kalo tadi siang Vano yang nolak perintah Yora.
"Kalo engga--"
"Cium dulu." Yora memanyunkan Bibirnya pada Vano. Seakan-akan ia benar benar ingin mencium Teddy Bearnya itu.
Vano malah terdiam.
"Kenapa? Kalo engga apa, hah?"
Yora turun dari Motor Vano. Tapi malah mendekat kearah Vano.
"Tampil di acar musik sekolah ga ada penolakan."
"Engga."
"Mau Lo apa sih kak? Apa susah ya tinggal tampil doang. Lo juga ga bayar kan. Lumayan kan gue bisa lebih dekat sama Lo."
Vano ngebug. Benar-benar sih Yora. Ia malah mengembangkan pipinya pada Vano. Degupan di Hati Vano tak terkontrol. Wajah Vano memerah karena menahan gemasnya itu.
"Teddy Bear kenapa? Sakit? Mau ke UKS? Yora anterin ya?" Yora tampak panik.
"Engga."
Yora menampakkan muka cemberut nya. Lalu menaiki Motor Vano lagi, "Pulang bareng, ya?"
Astaga tuhan! Apalagi ini!
-
TBC ...
KAMU SEDANG MEMBACA
甜 : IRISH COFFEE
Fiksi Remaja为了你 :"What's wrong with me loving him not loving me? doesn't it take long for hearts to move quickly?" Ketika Cinta bungkam, maka mulut ikut Diam. Ketika Hati tak berani mengungkapkan, maka dirimu tersiksa akan rasa yang Bertahan.