Part 1. Kecewa
00.00•-------------03.30
"Jemi, ini yang lo mau."
Jemian menatap Rasya dan Karel yang meletakkan amplop di depannya. Jemian mengambilnya. Membukanya dengan sembrono. Jujur saja, dia sudah sangat ingin tau.
"Gue harap, kali ini lo putusin Andra." ujar Rasya. Cowok bertubuh mungil itu mengusap jari telunjuknya di meja kelas.
Jemian menatap foto-foto yang sudah di cetak oleh kedua temannya. Rahangnya mengeras. Hatinya bergemuruh kesal. Namun, Jemian masih terlihat tenang sekarang. Hanya saja, mereka tidak tau bagaimana isi hati Jemian. Yang pasti, dia sudah mengucapkan sumpah serapah untuk kekasihnya.
"Lagian, buat apa pertahanin cowok kayak Andra? Modal tampang doang." Karel mencibir, "Dia juga--"
"Gue hamil."
Kedua temannya melotot mendengar ucapan Jemian yang terlihat sangat santai. Cowok tujuh belas tahun itu terlihat tidak panik sama sekali sekarang.
"Jemi, lo--astaga! Kenapa lo bisa kayak gini?!" tanya Rasya tidak habis pikir, "Lo masih sekolah! Gimana kalo keluarga lo tau?"
"Emang udah tau," Jemian meletakkan fotonya kembali ke dalam amplop. "Dan gue di usir."
"Apa yang--"
Karel berkedip cepat. Dia memukul meja dengan brutal, "Sekarang lo tinggal di mana? Kenapa baru ngomong sih, Jemi?!"
"Kalo lo bilang, kita juga bisa bantu." Rasya melanjutkan.
Jemian menggeleng, "Gak perlu. Gue juga udah ada tempat tinggal sekarang." Jemian menjawab, "Cuman, bantuin gue cari kerjaan. Gue gak mungkin makan angin."
"Tapi lo lagi hamil, Jemi. Kalo terjadi apa-apa sama baby lo gimana?" tanya Rasya, "Selama lo hamil, keperluannya biar gue aja yang tanggung."
"Iya, Jem, dari pada lo kenapa-napa. Mending lo pakai uang kita aja. Gue mau kok bantu lo." Karel setuju dengan ucapan Rasya.
Jemian menggeleng, "Enggak. Itu uang jajan kalian. Kalian juga gunain itu buat keperluan kalian. Gue gak papa kok. Kerja jadi pelayan café bakalan baik-baik aja."
"Tapi--"
"Tolong, kali ini aja. Gue gak mau ngerepotin kalian lagi." Jemian memotong ucapan Karel.
"Tapi kita gak papa kok, Jemi." Rasya menatapnya dalam. "Lo gak pernah ngerepotin sama sekali."
Jemian tersenyum, "Makasih karena gak anggap gue ngerepotin. Tapi kali ini aja, gue mau berjuang sendiri. Gue mau besarin anak gue. Dan tolong, jangan kasih tau ke Andra. Lebih baik dia gak perlu tau sekalian."
Kedua temannya terlihat tidak setuju.
"Tapi Andra ayahnya, Jemi."
Jemian menggeleng mendapati ucapan Karel, "Gue gak peduli. Dia udah berkali-kali buat gue kecewa. Jadi kali ini aja, dia gak usah tau. Biarin aja. Gue bisa besarin anak gue tanpa dia. Dan lagi, gue ini bisa jadi Ayah sekaligus Ibu." jelasnya panjang tidak lupa senyum yang membingkai wajahnya
Rasya dan Karel menghembuskan napas. Percuma juga menasehati cowok keras kepala seperti Jemian. Lebih baik menuruti apa yang cowok itu inginkan.
"Kalo ada apa-apa, langsung kasih tau kita." Rasya mengingatkan.
"Awas aja kalo kita tau keadaan lo dari orang lain." Karel menatapnya tajam, "Gue bakalan marah sama lo."
Jemian terkekeh kecil, "Nanti gue kasih tau perkembangannya kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME ✔
FanfictionJemian selalu yakin, bahagia itu di buat bukan di cari. HOMO! JOHNJAEM DOM! Johnny SUB! Jaemin 🔞 Mpreg!