Bicara

1.6K 175 13
                                    

⚠ TIME SKIP!

Part 28. Bicara

~

Enam bulan terlewat begitu saja. Banyak hal yang Jemian dan Arthur lewati. Dari acara ngidam Jemian yang bisa dikatakan normal. Normal-normal saja, paling hanya meminta makanan aneh di jam sembilan malam.

Pernah Jemian makan pisang sama saus tomat. Arthur yang melihatnya malah rasanya ingin memuntahkan isi perutnya. Kalau sudah digoreng jadi kripik bukan masalah, ini pisang matang terus cocol saus.

Lalu pernah Jemian makan oreo tapi krimnya suruh di ambil semua, dan Jemian menggantinya dengan nuttela.

Apa terserah Jemian saja deh.

Dan hari ini, Jemian dan Arthur akan cek kandungan lebih dulu sebelum keduanya memutuskan pergi ke sekolah lama Jemian untuk menepati janji. Usia kandungannya yang tujuh bulan sudah sangat terlihat dan Jemian rasanya semakin berisi saja.

"Jadi jenis kelaminnya apa?"

"Pertanyaan bodoh. Gak guna banget tanya gitu."

"Kan gue mau tau!"

"Tapi ada pertanyaan yang lebih penting! Kayak posisi kepala sudah di bawah apa belum. Jenis kelamin itu belakangan!"

Jemian terkekeh pelan, menepuk paha Arthur pelan. "Kan semalem Jemi bilang. Gak perlu tanya jenis kelamin. Di sembur, 'kan?"

Arthur menghela napas, "Ya baiklah. Maaf."

Lyno berdecih mendengarnya, lalu saat menatap Jemian tatapannya melembut kembali. Arthur berdecak melihatnya. Lyno menjelaskan semua keadaan calon anak Jemian dan Arthur kalau semuanya sehat, semuanya sudah sempurna juga, tidak ada yang kurang sama sekali.

"Tetep persiapkan diri walaupun nanti operasi, ya."

Jemian mengangguk mengerti. Setelah semuanya selesai, keduanya pergi dengan ucapan terima kasih tidak ikhlas dari Arthur.

Sepertinya Arthur masih tidak terima karena dimarahi oleh Lyno tadi.

Penampilan Jemian tidak terlihat seperti orang hamil. Perutnya tertutup sempurna karena hoodie milik Arthur yang kebesaran di tubuhnya. Jemian serasa tenggelam.

"Mau kesana sekarang?" tanya Arthur. Orang tua Karel tidak bisa datang, alhasil Arthur yang mewakili. Sedangkan perpisahan di sekolah baru Jemian sudah dilakukan tiga hari lalu. Dan Jemian berhasil mendapatkan nilai tertinggi saat ujian.

Ujian berbasis komputer itu di lakukan di sekolah. Jemian melakukannya di ruang guru, tidak bersama dengan murid lain. Dan fakta lainnya, Devon benar-benar pindah ke sekolah lama Jemian. Jemian meminta teman-teman sekelasnya untuk menerima Devon di kelas unggulan.

Ya walaupun awalnya berdebat, tapi Devon akhirnya masuk juga. Tesnya berhasil membawa Devon masuk ke kelas unggulan.

"Mas udah kasih tau kalau kita datengnya telat?" tanya Jemian saat mobil Arthur berhenti di parkiran sekolah.

"Udah kok. Dia iya-iya aja." Arthur mengangguk.

Keduanya keluar bersamaan. Jemian membenahi penampilannya setelah menutup pintu. Beberapa anak kelas sebelas dan sepuluh memperhatikan keduanya. Mungkin anak kelas sebelas tau tentang dirinya, tapi tidak dengan anak kelas sepuluh.

"Di halaman belakang, ya?" tanya Arthur dan Jemian mengangguk.

Keduanya melangkah melewati koridor yang akan langsung membawa mereka ke lapangan belakang. Ada banyak anak kecil dan orang tua yang berseliweran. Mungkin baru datang atau mungkin akan pulang.

HOME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang