Part 3. Malu
00.03---------------------------03.30
"Ayo saya antar."
"Eh?! Gak usah. Saya bisa pulang sendiri kok." Jemian menggeleng cepat. Kedua tangannya ikut ia gerakkan ke kanan dan kiri, "Saya biasa pulang sendiri. Tidak perlu sampai mengantar. Lagi pula, saya masih kuat buat berjalan."
Arthur menatap Jemian yang bangkit dari posisi duduknya. Baru akan berdiri, kedua kakinya terasa sangat lemas. Arthur dengan cepat menahan tubuh Jemian agar tidak jatuh mencium lantai. Tangan kanannya tepat berada di perut Jemian.
"Ini yang kamu bilang kuat?" tanya Arthur, "Berdiri aja kamu gak kuat."
Jemian menggigit bibir bawahnya. Kepalanya menunduk. Tanpa sadar mencengkram tangan Arthur.
"Ayo saya anter," ucap Arthur lagi. Dia sudah mau menggendong Jemian tapi Jemian menggeleng.
"Tidak! Tidak perlu digendong juga. Saya bisa jalan." ujar Jemian. Kalau digendong depan, akan sangat memalukan.
Arthur menatapnya. Dia memegangi kedua tangan Jemian lalu berjongkok di depan Jemian. "Ayo naik. Kamu juga harus cepet istirahat."
"Tapi.."
"Gak papa. Ayo naik, biar kamu cepat pulang dan istirahat."
Jemian menatap punggung Arthur. Dia tanpa bantahan, naik ke gendongan Arthur. Kedua tangan kurusnya melingkar di leher Arthur.
"Kamu ringan banget. Selama ini makan apa sih?" tanya Arthur. Dia menggunakan kedua tangannya untuk menahan bobot tubuh Jemian.
"Makan nasi lah," jawab Jemian.
Arthur menggeleng, "Kamu harus banyak makan makanan sehat sama susu. Vitamin dari Dokter juga diminum. Kalo kamu sehat, anak kamu juga bakalan sehat." jelas Arthur sedikit pelan.
Jemian menatap wajah Arthur dari samping, "Saya bakalan sehat kok." jawab Jemian pelan.
Entahlah. Jemian hanya merasa dia harus menurut dengan Arthur. Ucapan pria itu sangat benar. Dia harus menjaga kesehatannya agar bayinya juga sehat. Mau sebenci apapun Jemian dengan Ayah dari anak yang ia kandung, anaknya tidak salah.
Lagi pula, mereka melakukannya dengan sadar. Jemian juga tidak tau, kemungkinan sangat kecil itu bisa ia dapatkan. Siapa yang tau 'kan kalau dia bisa hamil?
Jemian menyandarkan kepalanya di lengan kirinya. Kedua matanya terpejam. Jemian ingin istirahat sebentar. Jujur saja, dia sangat lelah hari ini. Bukan karena fisiknya, tapi batinnya lelah sekali. Terlalu banyak hal yang dipendam membuat Jemian lelah sendiri.
Rasanya, Jemian ingin mengeluarkan semuanya. Tapi Jemian belum bisa. Terbiasa menyimpan semuanya sendiri sejak kecil, membuat Jemian kesulitan untuk menceritakan apa yang ia alami ke orang lain.
"Jemi? Jemian?" Arthur memanggil Jemian. Tidak ada sahutan, hanya dengkuran pelan dan lembut yang ia dengar. Arthur berkedip, menatap Jemian dari samping. "Kamu...capek banget ya?"
•~•
"Aku pulang ke apartemen. Browniesnya Mama pesen aja, nanti juga dikirim kok. Sudah ya, aku mau istirahat. Mama sama Papa juga istirahat. Jangan sampai sakit."
Arthur mematikan sambungan telponnya. Menatap Jemian yang tidur nyaman di atas ranjangnya. Karena Jemian tertidur, Arthur jadi tidak tau alamat rumah Jemian. Alhasil, dia membawa bocah SMA itu ke apartemennya. Tidak mungkin dia membawa Jemian ke rumahnya sendiri. Yang ada, dia langsung mendapatkan omelan dari Mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME ✔
FanfictionJemian selalu yakin, bahagia itu di buat bukan di cari. HOMO! JOHNJAEM DOM! Johnny SUB! Jaemin 🔞 Mpreg!