Fakta

2.2K 247 10
                                    

Part 12. Fakta

~

"Udah gak pusing? Mual?" tanya Arthur.

"Masih, cuman gak separah pagi tadi." jawab Jemian. Sejak pagi dia terus berada di ranjang Arthur. Bangkit hanya ke kamar mandi. Selebihnya dia di tempat tidur, menonton televisi atau film rekomendasi dari Genta.

"Serius?" tanya Arthur tidak percaya. Dia menyentuh kening Jemian. "Iya sih, udah gak sepanas pagi tadi."

Jemian mengangguk, "Biasanya emang cuman sehari. Kalau pusingnya pagi, nanti jam tujuh malem juga udah enggak. Tapi kalo mulai pusing pas jam duaan, bisa sampai besok." jelas Jemian.

"Ada kayak gitu?" tanya Arthur bingung.

"Ada. Saya contohnya." Jemian nyengir.

Arthur menggeleng, "Ya udah, kamu mau makan apa? Pesan antar aja ya? Saya belum belanja."

"Apapun. Nanti saya makan kok," jawabnya. Dia menatap Arthur, terlihat ingin mengatakan sesuatu.

"Kamu mau apa?" tanya Arthur.

"Enggak, gak ada." Jemian menggeleng singkat. Memilin selimut yang membungkus kakinya.

"Kamu mau sesuatu, 'kan? Bilang aja, nanti saya cari."

"Ehm.." Jemian berkedip, "Saya mau seblak." jawabnya pelan.

Arthur menatapnya, "Gak ada. Kamu lagi sakit." Arthur berjalan menuju pintu kamarnya.

"Tapi bukan saya yang pengen." balas Jemian sedikit berteriak.

Arthur menghentikkan langkahnya, dia menoleh. Menatap Jemian. Kepalanya menggeleng lalu melanjutkan langkahnya. Tadi dia mendengar pintu apartemennya diketuk.

Jemian mendengus. Ini dia beneran mau seblak! Yang pedes gitu, minumnya sama es. 'Kan enak.

Memikirkannya membuat Jemian jadi amat sangat menginginkannya.

Jemian menyingkap selimut yang membungkus kakinya. Cuman mual sama pusing, Jemian bisa menghadapinya. Dia sudah sering merasakannya juga. Cuman tidak tau kenapa, tadi pagi dia manja banget sama Arthur.

"Jemi!"

Kepala bermahkota helai hitam itu langsung menoleh cepat. Dia membulat saat melihat Karel dan Rasya yang datang.

"Gue tanya Brian, lo sakit ya?" tanya Karel khawatir.

"Gue cuman kecapean," jawab Jemian. Kemarin dia pergi seharian sama Arthur. Padahal kalau sedang tidak hamil, dia pasti kuat. Tapi malah berakhir sakit.

Ya, dia terlalu lelah. Bukan karena baper gara-gara Arthur dia sakit.

"Beneran? Udah periksa Dokter?" tanya Rasya yang di angguki oleh Jemian.

"Lo kalo ada apa-apa bilang dong. Mentang-mentang udah ada bang Jeff, lo lupain kita." Karel menggerutu kesal.

Jemian menggaruk pipinya yang tidak gatal, "Gue gak boleh pegang hp sama sekali." elaknya jujur, "Ini juga masih pusing sama lemes sebenarnya."

"Terus? Kenapa keluar? Kata abangnya Karel, tadi lo di kamar."

"Gue," Jemian melirik ke ruang tamu. Ini Arthur pergi ke mana?

"Cari bang Jeff?" tanya Karel.

"Iya. Pergi ke mana?" tanya Jemian.

"Keluar katanya. Tapi gak tau ke mana," jawab Karel. Dia menarik Jemian untuk duduk di sofa. "Jadi, lo udah tinggal di sini?"

HOME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang