Nyaman

2.1K 254 10
                                    

Part 18. Nyaman

~

"Nah baiklah. Ayo cari kelas online."

Jemian membuka aplikasi pencarian di laptopnya. Mencari kelas online yang bisa ia ikuti. Entah kelas bahasa asing, menulis atau mungkin kelas mengurus anak dengan baik dan benar.

Itu iseng aja. Tapi tidak ada salahnya ikut, 'kan?

Ting!

Ting!

Jemian melirik ponselnya yang berbunyi. Dia mengernyit saat melihat pesan dari sang Papa. Jemian menjauhkan tangannya dari mouse untuk mengambil ponselnya.

Senyum Jemian terlihat saat melihat sang Papa mengirimkan sebuah form untuknya. Dari apa yang Papa tulis, itu seperti pendaftaran ke sekolah. Papa juga bilang kalau dia bisa melakukan home schooling.

Membalas pesan dengan ucapan terima kasih, Jemian keluar dari room chatnya dengan sang Papa. Nanti Jemian akan membahasnya dengan Arthur lebih dulu. Tapi Papa juga tidak akan memilihkan sekolah yang asal-asalan.

Terbukti pada sekolah lamanya yang sistem sekolahnya juga sangat baik.

"Minggu depan ya?" gumam Jemian, "Nanti tanya Papa buat penjelasannya."

Setidak pedulinya Papa, beliau tidak mau anaknya menderita. Ya walaupun selama hidup bersama, anaknya menderita.

Pintu apartemen di ketuk dua kali. Jemian melangkah menuju pintu. Dan saat membukanya, dia tersenyum.

"Silahkan masuk."

"Tidak perlu. Kami hanya akan mengantarkan semua pesanan anda." tolaknya ramah, "Ini mau taruh di mana?"

"Sini aja gak papa. Nanti saya yang bereskan." jawab Jemian.

Pria di depannya mengangguk. Dia berucap permisi lalu masuk, meletakkan kandang kecil di atas karpet dan tote bag berisi makanannya.

"Kalau begitu saya permisi. Terima kasih sudah mengadopsinya."

"Iya sama-sama." Jemian mengangguk, dia menutup pintu setelah pria itu keluar dan sedikit menjauh.

Jemian kembali ke karpet. Dia berjongkok, melihat kucing betina berusia tiga bulan dengan bulu sepenuhnya putih.

Pintu kandangnya ia lebar, tersenyum saat kucing itu menatapnya.

"Hey, ayo keluar." ucapnya sambil menepuk karpet dengan perlahan.

Kucing itu hanya diam, menoleh ke kanan dan kiri seolah menyesuaikan rumah barunya. Jemian ikut diam, menunggu dengan sabar sampai kucing betina itu melangkah keluar dengan perlahan dan tampak hati-hati.

Jemian tersenyum, kucingnya berlari saat Jemian menutup pintu kandangnya. Menjauhkannya lalu Jemian duduk kembali di tempatnya. Berkenalan dengan kucingnya harus pelan-pelan. Kucingnya sedikit penakut.

Tote bagnya ia seret mendekat. Melihat isinya yang hanya ada makanan dan tempatnya juga isi untuk litter box. Kalau tidak, kucingnya bisa pup sembarangan.

"Hey, mau tidak?" Jemian menunjukkan makanan kucing yang bungkusnya sudah ia buka. Lebih ke camilan sih, bukan makanan.

Kucing putih itu menatapnya. Dia bersembunyi di bawah meja kecil tempat vas dan lampu. Dia terlihat tertarik walaupun ragu untuk mendekat.

"Ayo," Jemian mendekatkan tangannya. "Ini hanya untukmu, aku tidak akan menambah peliharaan lagi."

Perlahan, kucing itu mendekat. Masih tampak ragu. Jemian pun perlahan menarik tangannya. Sampai terhenti di atas pahanya. Kucing kecilnya itu mulai mengendus makanannya. Jemian tersenyum.

HOME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang