10. Pertama
~
"Gak perlu dibantu, mereka bisa ngelakuinnya sendiri." Bunda menahan Jemian yang akan membantu Ayah, Arthur, Samuel dan Nazeea.
Keempat orang itu lagi memasak untuk merayakan ulang tahun Bunda. Dan sejak tadi, terdengar suara keributan di dapur. Entah teriakan Samuel atau Nazeea, Arthur yang mengomel karena kedua adiknya salah masukin bumbu dan Ayah yang terus nyebut kata Tuhan.
"Tapi kayaknya mereka butuh bantuan, Bun." Jemian gatal sekali ingin membantu mereka.
"Enggak, mereka gak butuh bantuan."
"Bunda!"
Jemian menatap Bunda yang masih santai saja, "Yakin, Bun? Kebakaran gimana?"
"Gak, gak akan. Percaya aja. Dapur gak akan kebakaran."
"Woah! Pastanya kebakar!"
Jemian mengusap lehernya. Dia menatap kearah dapur. Bunda sendiri tersenyum geli. Dia ikut menatap dapur.
"Bunda gak mau bantu. Tadi pagi kalian bilang gak butuh bantuan Bunda." ucap Bunda sedikit berteriak.
"Emang mereka gak bisa masak ya, Bun?" tanya Jemian. Dia menatap wanita di sebelahnya.
"Arthur bisa lah yang gampang, sisanya masak aer sama mie instan." jawab Bunda, dia mengambil ponselnya. "Kita pesen aja, pasti nanti banyak yang gagal. Kamu mau apa?"
Jemian berkedip, "Jemi...apapun. Gak pilih-pilih kok." jawabnya.
Bunda mengangguk. Dia memesan beberapa makanan dan minuman. Keduanya kembali mengobrol santai, tidak peduli pada keributan di dapur.
"Menurut kamu, Arthur kayak gimana?" tanya Bunda. Dia ingin tau, Arthur di mata Jemian ini seperti apa.
"Mas Arthur, ya?" Jemian bergumam, "Seminggu kenal, Jemi yakin mas Arthur orang baik. Orangnya gak suka bertele-tele, ngegas banget."
Bunda terkekeh mendengarnya.
"Waktu kemarin Jemi tanya kalau mas Arthur lagi deketin Jemi, besoknya malah langsung manis banget. Orangnya hati-hati banget," lanjut Jemian. "Untuk sekarang hanya itu. Jemi belum kenal luar dalem. Makanan kesukaan atau hobi aja Jemi belum tau."
"Pelan-pelan aja," Bunda tersenyum. "Makanan favoritenya itu makanan yang dibuat sama orang yang dia sayang. Dan hobinya, Bunda juga gak tau. Dia cobain banyak hal dari dulu."
"Banyak hal?" beo Jemian, "Apapun dia cobain?"
"Iya," Bunda mengangguk. "Dari mesin, terus kedai kopi yang dia punya, perusahaannya, kadang kalo lagi libur bisa buat lagu atau apapun. Cara nikmatin hidupnya itu produktif, rebahan aja dia bawa kerjaan."
Jemian menggaruk lehernya. Dia yang pemalas ini kenapa bertemu dengan Arthur yang aktif?
"Udah. Ayo ke dapur. Sepertinya sekarang mereka benar-benar butuh bantuan." Bunda bangkit yang langsung disusul oleh Jemian.
Dapur sudah kacau, banyak bahan masakan yang bercecerah. Tepung di atas meja, peralatan memasak yang berserakan di lantai.
"Beresin." suruh Bunda membuat tiga pria dan satu perempuan itu langsung menghentikkan kegiatan mereka. Membereskan kekacauan yang mereka buat.
Ngomong-ngomong tentang Samuel dan Nazeea, keduanya itu satu sekolah dengan Jemian. Mereka ada di kelas A. Jujur saja, Jemian tidak pernah melihat keduanya. Entah ini dia yang kurang bergaul atau memang keduanya yang rasanya tidak terlihat?
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME ✔
FanfictionJemian selalu yakin, bahagia itu di buat bukan di cari. HOMO! JOHNJAEM DOM! Johnny SUB! Jaemin 🔞 Mpreg!