Part 14. Obsesi
"Menurut gue, ini salah deh."
"Salah gimana? Tinggal lo bawa pergi terus nikahin."
"Itu sama aja kawin lari." Arthur mendengus, "Gak ada bedanya sama apa yang Genta bilang."
"Wong suaminya," Vano terkekeh pelan.
Keenan berdecak, "Gimana ya? Sehati soalnya."
"Najis. Alay lo, bucin lagi." Arthur mencibir.
"Lo jomblo diem aja ya." Keenan menatap Arthur tajam.
"Kayaknya cuman gue yang waras," Dika menggeleng. Dia menatap dua temannya dan Vano yang tengah berdebat. Dika memukul meja dua kali, "Ini jadi gak sih?"
"Gue butuh solusi. Dan kawin lari bukan solusi." Arthur menghela napas.
"Lo stress banget kayaknya." Dika menatapnya, "Bicarain coba pelan-pelan sama Jemi. Lo gak bisa ambil keputusan sendiri. Jemi juga harus ambil keputusan."
Arthur menatap meja di depannya, "Dia pasti bakalan nyuruh gue nurut sama orang tua." ucapnya, "Hah! Gue gak mudeng sama jalan pikirannya."
"Sepupu gue kok nurut banget, ya?" Keenan bergumam. Dia jadi ingat saat Keenan menikah dengan Genta, Jemian ini tidak datang. Sedangkan kedua orang tuannya serta Brianna datang. Keenan tidak bertanya karena tidak enak. "Tapi, Ar, lo tau gak kalo Ibunya Brianna itu bukan Ibu kandungnya Jemi?"
Arthur menatapnya, "Gue tau. Tapi kayaknya Jemi gak tau." Arthur menjawab, "Ayahnya nikah setelah dua minggu kematian, 'kan?"
"Serius?!" tanya Dika dan Vano bersamaan.
"Itu Tante Rika sebenarnya pembantu di rumah keluarganya Jemian," Keenan menjeda. "Pikiran jahat gue bilang kalau kematian Ibunya Jemi juga gara-gara tante Rika."
"Kenapa lo berpikiran kayak gitu?" tanya Dika.
"Gak tau. Ngerasa aja. Mata duitan gitu, mana hamil duluan lagi." Keenan menggerutu kesal, "Waktu itu, gue umur sepuluh tahun. Udah paham gimana kondisi keluarganya Jemian. Dan yah, si Tante Rika bilang kalau Brianna anaknya Om Alan."
"Beneran anaknya?" tanya Vano.
"Bukan lah. Om Alan sampe tes DNA karena dia gak percaya juga." jawabnya, "Terus Om Alan nyuruh Ibunya buat ngurus Jemian. Tante Rika ini emang orangnya cukup terobsesi sama duit."
"Gue kira terobsesi sama Ayahnya Jemi." gumam Vano, "Tapi mereka beneran nikah?"
"Nikah. Soalnya tante Rika beberin ke orang-orang kalau om Alan gak mau tanggung jawab. Terus bilang kalau dia mau celakain Jemi karena waktu itu, om Alan gak mau ngurus Jemi." jelas Keenan lagi, "Drama banget. Tapi seru."
"Gak mau ngurus Jemi?" beo Dika bingung.
"Ibu kandungnya lebih milih pertahanin Jemi, gak heran kalau Ayahnya gak mau ngurus. Di bilang benci, iya tapi gak bisa ngelakuin apapun." Arthur menjelaskan. Fakta yang tidak ia beritahu pada siapapun.
"Dan dari pada terjadi sesuatu yang gak diinginkan, makanya om Alan minta tolong Ibunya buat ngurus Jemi sampai kelas empat atau berapa. Gue denger gosipnya setengah-setengah." Keenan mengetuk jarinya di meja. Merasa gelisah tidak tau karena apa.
"Jadi, lo mau gimana Ar?" tanya Dika. Tangannya mengelus paha Vano. Modus dikit tidak apa.
"Kayaknya gue harus bicara dulu sama Jemi. Mak gue makin ngerepotin." Arthur mendengus. Di dalam hati meminta maaf kepada Mama.
"Anaknya masuk." Vano menunjuk ke pintu dengan dagunya.
Bukan hanya Arthur yang menoleh, tapi Dika dan Keenan juga ikut. Arthur langsung bangkit. Berjalan cepat ke arah Jemian. Menahan bahunya sebelum Jemian masuk ke dalam ruang barista.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME ✔
FanfictionJemian selalu yakin, bahagia itu di buat bukan di cari. HOMO! JOHNJAEM DOM! Johnny SUB! Jaemin 🔞 Mpreg!