Part 4. Mencoba
00.04--------------------------------03.30
"Apa nih?" Arthur mengambil foto yang Mama letakkan di meja tepat didepannya.
"Itu kanditat calon mantu Mama. Dan Mama gak mau kamu sama yang lain." jelas Mama terdengar tanpa bantahan.
Arthur mengernyit, "Aku gak mau." Arthur meletakkan fotonya kembali.
"Arthur," Mama menatapnya. "Ini demi kebaikan kamu."
"Enggak, Ma." Arthur menggeleng tegas, "Aku gak mau. Aku bakalan cari istri aku sendiri. Aku mau kenal dia sendiri karena dia yang bakalan hidup lama bersamaku."
"Arthur!" Mama menatapnya datar, "Mama gak pernah ngajarin kamu jadi anak yang gak nurut sama orang tua. Lagian kamu udah waktunya menikah, Mama pengen yang terbaik buat kamu."
Arthur tetap menggeleng, dia bangkit berdiri membuat kursi yang ia duduki terdorong ke belakang. "Aku akan tetap cari sendiri. Mama gak bisa ngatur aku."
Mama menatap Arthur yang berjalan cepat keluar kamarnya sendiri. Anak sulungnya itu terlihat sangat marah.
Jelas saja Arthur marah, dia sudah muak dijodohkan. Bukan sekali dua kali, tapi ini berkali-kali sejak usianya dua puluh lima. Mama terlalu kolot kalau menikah itu minimal usia dua puluh lima. Kalau udah lebih, udah terlalu tua katanya. Kasian anak-anaknya nanti.
Apa peduli Arthur? Kalau dia mengurus anaknya dengan baik, mereka akan baik-baik saja. Arthur akan menjaga mereka dengan baik. Tidak peduli kalau umurnya sudah tidak muda lagi.
"Bang Jeff!"
Arthur menoleh. Menatap adiknya yang berlari kearahnya. Karel tersenyum, "Abang bantuin temen Karel ya?"
"Hah?" Arthur menatapnya bingung, "Temen kamu banyak, cil. Yang mana? Rasya?"
Karel mendengus. Abangnya ini cuman tau temennya itu Rasya. Padahal Karel punya banyak temen. Lagian cuman Rasya yang pernah kesini. Temennya yang lain gak pernah. Jemian diajak ke rumah gak pernah mau.
"Jemian, bang." balas Karel kesal, "Abang bantuin dia, 'kan? Ngaku cepetan! Abang pasti tertarik sama Jemi karena ngasih piyama kesayangan abang itu. Iya sih, Jemi emang menarik banget. Karel kalo gak punya pacar, pasti Jemi tak pacarin. Tapi sayang banget, cowok sebaik Jemi dan semenarik itu bisa diselingkuhin sama cowok brengsek macem kutil kuda laut. Aish! Benci banget Karel. Padahal nih ya bang--"
"Udah! Udah ya, Rel. Kamu ngomong mulu." Arthur membekap mulut Karel agar diam, "Iya abang bantuin temen kamu itu. Dan lagi, abang gak tertarik sama Jemian. Gak sama sekali."
Karel menjauhkan tangan Arthur dari mulutnya. Menatap Arthur tidak percaya, "Bohong pasti! Gak mungkin abang gak tertarik sama Jemi!" ucapnya tidak percaya. Sangat-sangat tidak percaya. "Kalo gak tertarik, ngapain abang ngasih piyama ke Jemi? Dan lagi, abang bawa Jemi ke apartemen yang Karel atau Mama Papa bahkan gak boleh dateng."
Arthur menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. "Itu karena abang gak tau alamat kostnya Jemi."
"Kan bisa ke hotel, abang! Jarak rumah sakit sama hotel itu deket. Ngapain abang jauh-jauh ke apartemen?" tanya Karel yang sekarang membuat Arthur tidak bisa membalas apapun.
"Udahlah. Abang mau pergi." Arthur memilih kabur saja dari pada terus ditanyai oleh adiknya yang kelewat peka ini.
"Mau kemana? Karel ikut!" teriaknya sambil berlari mengejar langkah sang kakak yang berjalan keluar rumah.
"Gak perlu ikut. Kamu di rumah aja," Arthur menyentuh pintu mobilnya. "Abang kamu ke rumah Bunda."
"Eh?" Karel langsung terhenti, "Yaudah, abang hati-hati. Karel gak jadi ikut."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME ✔
FanfictionJemian selalu yakin, bahagia itu di buat bukan di cari. HOMO! JOHNJAEM DOM! Johnny SUB! Jaemin 🔞 Mpreg!