Part 23. Ungkapan
~
"Kamu harapan kami satu-satunya, Andra."
Andra diam saja mendengar sang Mama. Cowok itu hanya menunduk, menatap lantai rumahnya. Orang tuanya kembali, baru sampai satu jam lalu. Dan sudah di pastikan, mereka mengetahui apa yang sudah Andra lakukan.
"Andra, dengar. Anak yang gadis itu kandung bukan anak kamu."
Andra tidak peduli bagaimana orang tuanya tau. Andra tidak pernah bebas, sejak dulu orang tuanya selalu mengawasi Andra dalam diam. Tidak akan bertindak apapun, 'membebaskan' anaknya padahal tidak.
Orang tuanya seakan bom waktu yang sewaktu-waktu meledak. Membuat Andra rasanya hampir mati karena tekanan orang tuanya.
"Dia tidak bisa memberikan kami seorang cucu, jadi kau yang harus memberikannya."
Vano yang ada di ruang makan, masih bisa mendengarnya. Ucapan sang Mama mertua jelas untuknya. Dia bukan laki-laki istimewa seperti Jemian. Tapi, Vano sudah terbiasa walaupun rasa sakitnya luar biasa.
"Ma--"
"Lebih baik kamu diam, Dika."
Dika langsung mengatupkan kedua bibirnya. Vano selalu tidak mau duduk di tempat yang sama dengan kedua mertuanya. Tapi Vano selalu memberikan yang terbaik untuk mereka. Setidaknya dia harus menjadi menantu yang baik.
"Dan kami tau, dia mengandung anak kamu."
Andra sekarang mendongak, menatap kedua orang tuanya. Tatapan mereka tidak bisa Andra artikan. Posisinya akan serba salah. Diam atau menjawab hanya akan membuat Andra terpojokkan.
"Bodoh." Mama menurunkan kaki kanannya yang tadi berada di atas kaki kirinya, "Kamu begitu bodoh karena melepaskannya."
Andra merasakan dirinya mulai tidak nyaman. Dia tau, orang tuanya adalah orang yang nekat. Mereka bisa melakukan apapun dengan kekuasaan mereka.
"Andra, dengar." Papanya mulai berbicara, "Ayahnya bukan orang sembarangan. Jadi, ambil tanpa sepengatahuan siapa pun."
Dika menatap orang tuanya tidak percaya. Andra sendiri langsung terdiam membeku. Apa maksudnya?
"Dia sudah bahagia dengan yang lain, tolong jangan mengusiknya." Dika tidak mau sahabatnya kembali merasa menderita. Apalagi Arthur dan Jemian terlihat sangat bahagia.
Ucapan Dika diabaikan begitu saja.
"Ambil anak kamu saja. Kami tidak peduli padanya. Setelah kamu dapet, kami akan menjodohkan kamu dengan wanita pilihan kami."
Ucapan Mamanya terdengar tanpa bantahan sama sekali. Andra sekarang benar-benar berada pada posisi yang benar-benar tidak mengenakan.
"Andra, kakak harap kamu gak ngehancurin hidup Jemian lagi." Dika bangkit, "Dan Mama Papa emang egois."
Dika berjalan menuju kamarnya yang langsung diikuti oleh Vano. Dia juga terkejut dengan apa yang kedua mertuanya bicarakan.
Bagaimana mungkin mereka bisa dengan santainya menyuruh Andra untuk merebut anak dari Ibunya?
"Dika."
"Bagaimana caranya aku memberitahu ke Arthur dan Jemian?" tanya Dika. Dia merasakan kepalanua begitu sakit dan pening.
Vano menutup pintu kamar. Dia berjalan semakin mendekat ke suaminya, "Kamu coba bicara dengan Arthur, nanti aku akan bicara dengan Jemi."
Dika menatap suami mungilnya itu, "Mama dan Papa orang yang nekat. Kamu lupa kalau kamu pernah jadi korban keegoisan mereka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME ✔
FanficJemian selalu yakin, bahagia itu di buat bukan di cari. HOMO! JOHNJAEM DOM! Johnny SUB! Jaemin 🔞 Mpreg!