Part 26. Jemian
~
"Gimana caranya biar Mas Arthur buka mulut? Ini udah lebih dari seminggu." Jemian mengacak rambut hitamnya. Terlihat sedikit frustasi karena dia sudah melakukan berbagai macam cara agar Arthur mau membuka mulutnya dari pembicaraan singkat yang Jemian curi dengar.
Di hari pertama, Jemian mencoba menggunakan cara dewasa. Alias bercinta. Tapi Arthur menolak dengan alasan Jemian lagi tes akhir semester. Jemian tidak bisa membantah, dan dia berakhir menurut.
Hari berikutnya, Jemian mencoba memancingnya dengan pelan-pelan membahas malam itu. Tapi Arthur katanya lupa dan Jemian tidak bisa memaksa. Saat sebelum tidur, Jemian juga membahasnya. Tapi Arthur tetap menggeleng dengan alasan lupa. Begitu terus dan hasil yang Jemian dapatkan juga sama.
Sampai kemarin malam, Jemian memberikan segelas wine--bloody mary, ke Arthur berharap kalau suaminya ini akan mabuk dibawah pengaruh vodka. Tapi tetap saja, Arthur itu tidak mudah mabuk. Bahkan setelah menghabiskan tiga gelas, Arthur tetap seratus persen sadar.
Kalau itu Jemian, mungkin dia udah hangover parah. Alhasil sampai sekarang pengumuman libur sekolah datang, Jemian belum mendapatkan jawabannya. Bahkan saat Arthur mengajaknya pergi ke Bali untuk liburan.
Dokter Lyno bilang tidak apa pergi naik pesawat, lagian tidak jauh juga. Kalau jauh, harus dipikirkan ulang tentang kondisi Jemian.
"Kenapa mukanya cemberut gitu?" tanya Arthur. Dia sedikit merendahkan tubuhnya. Menyamai tinggi badannya dengan Jemian.
Jemian menatap Arthur yang berdiri di depannya, "Tau. Males sama Mas Arthur." Jemian melipat kedua tangannya di depan dada, wajahnya dia buang ke samping. Dengan sangat terpaksa dia pura-pura tidak mau melihat wajah tampan suaminya.
"Baiklah, baby bunny."
Ganti lagi. Jemian bingung, sebenarnya Arthur ingin memanggilnya dengan sebutan apa? Kadang baby bear, sayang, Mian, Papa Jemi, sekarang baby bunny. Arthur juga pernah memanggilnya dengan sebutan 'Dek Jemi' yang saat itu sukses membuat Jemian diam seribu bahasa.
Serius, baru kali ini Jemian dipanggil Dek. Biasanya kak, itu pun sama adik kelasnya. Dulu kakak kelasnya tidak ada yang manggil Dek, langsung nama gitu aja. Makanya Jemian agak kaget.
"Ngambeknya udah, nanti lucunya ilang."
"Gak papa. Yang penting Jemi ganteng."
Arthur terkekeh mendengarnya. Dia mengusak rambut Jemian gemas. Jemian mencebik lucu. Menjauhkan tangan Arthur dari rambutnya yanh udah berantakan jadi makin berantakan.
"Puas-puasin main di Bali, ya? Mas cuman cuti tiga hari."
"Lagian Mas cuti mulu. Kasian kak Genta kerjaannya jadi nambah dua kali lipat."
Arthur terkekeh, "Gak papa. Mas juga bisa handle dari Bali kok. Ya walaupun untuk tanda tangan gak bisa, tapi untuk meeting bisa lewat zoom atau google meet."
"Ya baiklah, terserah Mas Arthur aja. Jemi ngikut."
Arthur mengangguk mengerti, "Jadi, mau berangkat sekarang."
"Sekarang lah, Mas Arthur." Jemian menggerutu. "Tapi Mas, Jemi khawatir sama anak gadis kita."
"Gak papa. Alle pasti bisa ngurusnya."
"Bukan gitu. Jemi malah khawatir ke Allenya."
"Emang kenapa?"
"Sassy 'kan galak sama orang baru."
Arthur berkedip, benar juga. Kucing betina itu begitu sensitif kalau ada orang baru yang datang ke rumah. Apalagi kalau mau menyentuhnya. Walaupun Alle pernah bermain bersama dengan Sassy, tapi kucing kecil itu sepertinya belum berteman betul dengan Alle.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME ✔
FanfictionJemian selalu yakin, bahagia itu di buat bukan di cari. HOMO! JOHNJAEM DOM! Johnny SUB! Jaemin 🔞 Mpreg!