Bonus + 🔞

3.1K 149 6
                                    

Siapa tau ada typo nama'(

~°•°~

Resepsi pernikahan.

Entah, ini iseng aja. Padahal pernikahan Jemian dan Arthur sudah lebih dari sembilan tahun. Arthur tiba-tiba inget kalau mereka belum melangsungkan acara resepsi.

Jadilah, hari ini, setelah menyelesaikan semua tetek-bengek, mereka melangsungkan acara resepsi. Sekalian merayakan ulang tahun Deva dan Devina. Devina Sierra Rayners.

Anak keduanya cewek, mix LA-Indo. Tapi mukanya Asia banget. Gak kayak Daddynya.

Jarak umur Deva dan Devi itu lima tahun. Jadi, Deva sekarang umur sembilan dan Devi empat tahun. Baru empat tahun tapi kalau ngomong udah cerewet banget. Udah bisa ngomong huruf R juga. Cuman gak bisa jongkok aja.

Tidak tau kenapa Devi gak bisa jongkok. Nanti kalau jongkok, itu anak bakalan jatuh ke belakang atau berakhir duduk. Padahal gak kenapa-napa juga anaknya.

"Papa, Devi cantik enggak?" tanya Devi yang memakai dress hitam. Rambutnya digerai indah dan bagian punggungnya terlihat. Ada pita di pinggang belakang yang menghiasanya.

"Jelek. Devi jelek."

Devi langsung menatap ke sumber suara. Itu kakaknya yang membalas. "Ih! Kakak apaan sih?! Devi ini lagi tanya Papa, bukan tanya kakak!"

"Kakak bantu jawab." Deva membalas, "Devi jelek."

"Devi cantik!" ujarnya kesal. Dia kembali menatap kearah Jemian, "Papa, kakak nyebelin! Devi nggak suka!"

"Jelek jelek! Devi jelek! Gak kayak Lila, cantik." Lila itu anaknya Rasya dan Dimas. Setelah berpikir panjang, mereka akhirnya mengadopsi gadis kecil berusia lima bulan dari panti asuhan.

Devi sudah ingin menangis mendengar ucapan sang kakak. Jemian menggeleng, dia berjongkok di depan putrinya. "Udah, kakak bohong. Devi cantik kok. Cantik banget."

Devina menatap Jemian, tatapannya yang tadi berkaca-kaca langsung menghilang. "Devi sayang Papa deh." ujarnya lalu mencium pipi Jemian berkali-kali, "I love you delapan ribu ribu."

"Kenapa cuman delapan ribu?"

"Iya. Soalnya yang seribu lima ratus buat Daddy dan lima ratusnya buat kakak."

"Ey! Gak adil!"

Devi langsung melirik sinis Deva, "Apa sih? Terserah Devi lah! Kakak nggak usah ikut-ikutan. Kakak tuh nggak di ajak."

Deva mencibir mendengarnya, "Dasar bocah tiktok."

Devi acuh. Dia kembali menatap sang Papa yang tersenyum geli melihat tingkat keduanya. Kedua anaknya memang selalu berdebat, hal apapun selalu mereka perdebatkan.

"Devi, main yuk."

Devi menatap Lila yang mengajaknya main. Gadis kecil itu sama hiperaktifnya dengan Devi.

Mau tau tidak? Ternyata, Andra hamil. Bisa hamil. Anaknya dengan Lyno itu cowok, namanya Alvaro. Usianya baru setahun setengah. Karel dan Rasya tentu saja menertawakan, ngeledek juga kalau Andra ini kena karma. Karma yang tidak menyakitkan sama sekali.

"Papa, Devi main dulu, ya. Nanti kalau mau makan, Papa panggil Devi."

"Iya. Hati-hati, ya, mainnya. Jangan nabrak orang."

"Okey!" Devi mencium pipi kanan Jemian, "Dadah Papa."

Jemian tersenyum. Dia menatap Devi yang berlari kearah Lila dan menggandeng tangannya. Lalu, tatapan Jemian beralih ke Deva yang tengah mengganggu Alle. Saat ini, Alle berusia tiga belas tahun. Keduanya sangat dekat, Deva sering menjahili Alle yang menurut anaknya itu menggemaskan.

HOME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang