Cincin

2K 240 6
                                    

Part 17. Cincin

~

"Seriusan?! Lusa?!"

"Katanya dua hari lagi. Berarti lusa, 'kan?" tanya Jemian. Dia mengambil keripik kentangnya dan mencocolkannya ke coklat cair yang sengaja Jemian buat.

Sejak hari ini, eksperimen makanan Jemian jadi sangat beragam. Tapi ini lebih baik dari pada bakso dengan nutella.

"Lo ikhlas?" tanya Rasya, "Gue gak mau lo nikah karena kepaksa."

Jemian menggeleng, "Gue gak terpaksa." Jemian menatap isi wadah keripik kentangnya yang ternyata sudah habis, "Selama ini mas Arthur udah baik ke gue dan gak ada salahnya juga gue nikah sama dia. Dan Papa gue juga setuju."

"Beneran?! Papa lo?" tanya kedua temannya tidak percaya.

"Ayah gue gak sejahat itu," Jemian meletakkan snack kosong ke atas meja. Dia beralih membuka keripik pedas dan sudah di tebak, Jemian akan mencocolnya dengan coklat cairnya.

"Terus abis ini lo mau ngapain?"

"Ikut kelas online," jawab Jemian. "Mungkin home schooling. Seenggaknya gue harus punya ijazah SMA."

"Jadi, lo gak kuliah?" tanya Karel, "Katanya mau satu univ."

"Kalo gue kuliah, anak gue siapa yang ngurus?" Jemian berdecak, "Bohong kalo gue gak mau kuliah. Mungkin ini balasan buat kenakalan gue."

"Gak ada yang tau lo bisa hamil, Jemi." Rasya berucap tenang, "Ambil pelajaran yang baik aja. Gue yakin ada hal baik yang disembunyikan dan cuman lo atau kak Arthur yang bisa nemuin itu."

Jemian meliriknya, dia tertawa pelan. "Mungkin gue udah nemu," ujarnya. "Gue dapet rumah yang selama ini gue impikan. Walaupun tanpa Mama Papa, semuanya terasa lengkap. Hal buruk yang gue alami, atau hal yang menyakitkan, gue gak akan biarin anak gue ngerasain hal yang sama."

Karel dan Rasya tersenyum mendengarnya.

"Tetep Jemi yang sama. Gak pernah berubah," Rasya tersenyum geli. "Orang lain gak boleh ngerasain apa yang gue rasain."

"Gue kadang enek sama kebaikan lo," Karel membuang bungkus snacknya asal. "Langsung tonjok aja gitu. Biar puas, kalo cuman bicara berasa ada yang kurang."

"Leh! Lo selalu ngehalangin gue waktu mau nonjok Andra." sinis Rasya.

"Lagian orang kayak gitu udah gak mempan kalo cuman di tonjok." ujar Karel, "Eh iya! Tadi jam istirahat kedua, gue liat Andra sama Anna berantem."

"Di mana? Kok gue gak tau?"

"Deket gudang," jawab Karel. "Kayaknya tebakan lo bener. Anak yang di kandung Brianna bukan anaknya Andra."

"Kenapa bilang gitu?" tanya Jemian. Sedikitnya dia tertarik.

"Gue curi denger, terakhir mereka ena-ena itu sebelum Anna dateng bulan. Dan mereka gak nganu lagi, secara hubungan lo sama Andra mulai renggang, 'kan? Nah itu Andra gak ngelakuin lagi."

"Dia minta gue."

"Lo mau?"

"Enggak," jawab Jemian santai. "Jadi singkatnya, Brianna selingkuh?"

"Kayaknya sih. Tapi iya lah. Gak mungkin dia hamil sendiri tanpa ada bantuan." Karel menggerutu, "Bodo banget."

Pintu apartemen terbuka. Seseorang berlari masuk lalu menarik bahu Karel sampai cowok itu bangkit berdiri.

"Ap-hmph!"

"Weh! Weh! Adek gue jangan lo cium sembarangan!"

Karel menatap pelaku yang menciumnya kasar. Arkan. Bagaimana kekasih--maksudnya mantan kekasihnya ini sampai di sini? Bukannya masih di Canada?!

HOME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang