Arthur dan Masa Lalunya

1.8K 206 7
                                    

Part 25. Arthur dan Masa Lalunya

~

"Jemi gak terima. Pokoknya gak terima!"

"Terima aja apa adanya, Jemian."

"Gak! Pokoknya enggak." Jemian menggeleng keras. Dia menatap Arthur yang duduk di depannya. "Masa Mas Arthur kopi, Jemi susu sih?! Gak adil! 'Kan hujan-hujan gini enaknya minum kopi."

Arthur meletakkan gelas kopinya yang masih mengepul. Kepulan asap itu terasa mengundang Jemian untuk ikut meminumnya.

"Emang enak. Tapi susu buat kebaikan kamu, Jemian." Arthur tersenyum lembut. Walaupun sudah bersama dengan Jemian, nyatanya Arthur belum merasa tenang. Apalagi dengan pembicaraan bersama Dika dan Vano siang tadi. Arthur benar-benar dilanda ketakutan.

Ketakutan Arthur memang belum terbukti. Tapi tetap saja, Arthur takut kalau Andra berbuat nekat. Pun orang tuanya juga bisa melakukan hal yang sama. Arthur takut kalau mereka membuat Jemian bersedih dan kembali terpuruk. Arthur takut mereka membuat Jemian tidak percaya pada dirinya sendiri dan selalu merendahkan diri. Arthur tidak ingin Jemian seperti itu lagi.

"...Mas Arthur, kok gak dengerin Jemi sih?!"

Arthur mengerjap. Dia menatap Jemian lalu tersenyum. "Maaf, tapi kamu ngomong apa?"

Jemian berdecak. Dia meletakkan gelas susunya yang sudah tandas, "Mas Arthur kenapa sih? Kenapa ngelamun gitu? Mas Arthur ada masalah di kantor?"

Arthur menatap Jemian yang terlihat penasaran serta khawatir padanya. Arthur tidak ingin binar di mata Jemian lenyap dan digantikan dengan tatapan ketakutan. Arthur tidak ingin Jemian lepas kendali lagi.

"Kan ngelamun lagi. Mas Arthur kenapa sih? Kasih tau Jemi." Jemian mendekatkan tubuhnya, wajahnya condong ke arah Arthur. Menatapnya curiga.

Arthur terkekeh. Dia mengusap kepala Jemian, "Gak ada, Jemi. Mas baik-baik aja kok."

Dan ngomong-ngomong, cara bicara mereka yang berubah itu sejak kesepakatan setelah ucap janji. Kata Arthur, rasanya akan canggung. Padahal menurut Jemian tidak masalah sih, tapi Jemian iya-kan saja. Dan alih-alih menyebut kata aku, Jemian malah memanggil dirinya sendiri dengan nama. Katanya itu lebih cocok.

Dan karena itu, Karel dan Rasya semakin meledeknya karena Jemian makin mirip sugar babynya Arthur.

Ya iya sih, kedua temannya tidak salah. Jemian memang mirip sugar babynya Arthur. Penampilannya remaja banget, jauh dari celana bahan serta kemeja seperti yang Arthur kenakan sehari-hari.

Apalagi Jemian yang pendek dan mungil ini bersebelahan dengan Arthur yang gede, tinggi dan wajahnya bule. Ya makin buat orang yakin kalau Jemian sugar babynya Arthur. Padahal muka-muka Jemian gak kayak orang susah ya. Mukanya keliatan banget kok anak tunggal kaya raya.

"Mas, kalo ada apa-apa jangan disimpen sendiri. Jemi siap kok dengerin curhatan Mas Arthur." Jemian tersenyum sampai memperlihatkan giginya.

Arthur ikut tersenyum, dia menyangga kepalanya dengan tangan kanan. Ini kalau Nenek dari pihak Mamanya masih hidup, tangan Arthur pasti udah di tabok. Katanya gak baik nyangga kepala gitu. Ya kepercayaan orang dulu. Beda sama Arthur yang gak percayaan ini.

"Mas lagi pusing," aku Arthur membuat wajah Jemian khawatir.

"Mas pusing? Kok gak bilang? Biar Jemi ambilin—"

"Mas pusing soalnya kamu lari-lari terus ke kepala Mas."

Jemian yang akan bangkit langsung terhenti mendengar ucapan Arthur. Cowok itu menatap suaminya yang senyum lima jari.

HOME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang