Bonus

1.9K 164 3
                                    

•~•

Andra menutup pintu kamar mandi dengan perlahan. Tatapan matanya jatuh ke Lyno yang duduk di kursi gamingnya. Biasa, hari ini Lyno libur makanya dia main game. Biasanya sih mabar sama Andra, tapi katanya, kekasihnya itu lagi malas.

"Kak."

Lyno bergeming. Dia tidak membalas apapun. Masih fokus dengan layar komputer di depannya.

Mendengus pelan, Andra memilih menarik kursi yang Lyno duduki sampai tertarik ke belakang. Lyno mengernyit, mencoba agar jarinya tidak menjauh dari keyboard.

"Andra, nanti dulu. Jangan ganggu."

Andra abai, cowok itu malah mendekat ke Lyno. Lalu sedikit merendahkan tubuhnya agar bisa melewati kedua tangan Lyno yang ada di atas meja. Tubuhnya ia dudukkan di kedua paha Lyno.

Kepala yang lebih tua miring ke kanan agar bisa menatap layar komputer. Sedikit heran dan tidak percaya kalau Andra akan bergerak lebih dulu. Biasanya mana mau Andra seperti ini. Dia 'kan malu-malu tapi mau.

Kalau kata Raisya sih, shy-shy cat.

"Kak," bisik Andra. Wajahnya dia sembunyikan di leher kanan Lyno.

Lyno berdehem, sedikit menarik kursinya agar tidak terlalu jauh dari meja. Dan karena itu, bagian pinggang Andra menempel di pinggiran meja.

"Kak, udahan dulu mainnya."

"Tanggung, Andra. Bentar lagi ini."

"Gak bisa bentar-bentar lagi." Andra menciumi leher Lyno, sesekali menggigitnya.

Lyno menghela napas. Dia dengan terpaksa menghentikan permainannya dan menatap wajah Andra. "Kamu mau apa?" tanyanya.

"Mau cuddle. Dari tadi kakak main game terus dih." Andra merengek, sebuah hal yang harus Lyno abadikan. Andra ini 'kan paling anti merengek.

Lyno mengusap punggung Andra lembut lalu menyentuh tengkuknya, "Kamu sakit ya?" tanya Lyno pelan.

Andra menggerakkan tubuhnya pelan, "Pusing." jawabnya pelan.

"Pusing banget?" tanya Lyno lagi.

Lyno bangkit dengan Andra yang ada di gendongannya. Berat jujur aja. Tapi Lyno kuat.

Tubuh Andra, Lyno baringkan di atas tempat tidur. "Badan kamu anget juga." lanjut Lyno, "Kamu demam."

"Gak tau. Pokoknya peluk." Andra merengek. Tubuhnya terasa tidak nyaman sejak pagi tadi. Tapi Andra memaksa dirinya untuk berangkat kuliah, lagi bimbingan juga.

Lyno melepaskan kaos yang ia kenakan, lalu dia membuka laci nakas. Mengambil plester penurun panas yang ia simpan. Andra tidak mampu menolak walaupun dengan sedikit gerutuan kesal. Dia udah gede heh, udah dewasa. Masa pakai plester penurun panas untuk anak-anak sih? Malu sama badan dia yang gede!

Tapi sudahlah. Apalagi plesternya udah tertempel di keningnya. Lyno berbaring di sebelahnya, memeluknya posesif.

"Mau minum obat?" tanya Lyno pelan.

"Gak mau." jawab Andra cepat.

"Nanti pusingnya gak sembuh-sembuh. Terus ini kamu juga panas loh. Udah malem juga, sekalian tidur."

"Gak mau. Mau peluk aja." jawab Andra pelan, dia mendusalkan wajahnya di dada telanjang Lyno.

Lyno menggeleng, "Emang susah banget kalo di suruh minum obat." gerutunya, "Besok kalau sakitnya tambah parah, jangan ngerengek."

"Aku tidak!" Andra mendengus, "Kakak kali yang suka ngerengek."

Lyno menggeleng, "Ya udah, pejemin matanya. Tidur cepet hari ini."

HOME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang