Bonus++

2.5K 113 5
                                    

~°•°~

Udara terasa sejuk, apalagi matahari juga tidak terlalu terik. Hari yang cocok untuk bermalas-malasan.

Termasuk Arthur. Jemian, Deva dan Devi hari ini keluar. Arthur tidak ikut karena Devi melarangnya. Gadis berusia empat tahun itu sepertinya masih kesal dengan Daddynya karena tidak diperbolehkan memelihara anjing.

Tentu saja Arthur tidak memperbolehkan. Di rumah, mereka masih ada Sassy yang beranak empat. Lalu anak gadis satu-satunya yang Sassy lahirnya punya dua anak. Mereka punya tujuh ekor kucing. Dan Deva melarang keras agar kucing-kucing mereka itu tidak diadopsi oleh orang lain.

Ya gimana, Deva sejak kecil sudah bersama dengan Sassy. Teman bermain Deva sebelum ada Devi.

"Sassy." Arthur berbaring di sofa. Dia menepuk perutnya sendiri. "Sini."

Sassy mengeong. Dia melompat naik ke atas sofa lalu berbaring nyaman di perut Arthur. Walaupun Sassy lebih suka Jemian, tapi dia ini bisa dibilang takut dengan Arthur.

Arthur mengusap leher Sassy pelan. Membiarkan kucing betina itu berbaring di perutnya dengan nyaman. Membiarkan 'nenek-nenek' itu tidur.

Tangan besar Arthur beralih mengusap perut berisi Sassy. Mengusapnya lembut. Merasakan bulu halus binatang perliharaannya itu.

"Tobi cs udah pada tidur belum?" Arthur memejamkan matanya.

Sassy mengeong. Seolah menjawab kalau anak-anaknya itu sudah tidur. Atau mungkin belum. Tapi yang pasti, mereka semua ada di lantai dua. Di catroom. Arthur bahkan sampai membuat catroom agar kucing-kucing itu tidak selalu berkeliaran di dalam rumah.

Kedua mata Arthur terpejam. Tangannya masih mengusap sisi tubuh Sassy. Sassy pun merasa nyaman. Kepalanya berbaring di dada Arthur.

Ternyata bukan hanya Jemian yang bisa berbaring di dada bidang pria hot itu.

"Ayo kita tidur siang."

Sementara itu, Jemian tengah pulang. Dia mengemudi dengan tenang. Sesekali memperhatikan kedua anaknya yang duduk dibelakang. Deva menjaga adiknya dengan baik.

Jemian baru menghentikkan mobilnya di depan rumah. "Turunnya pelan-pelan Devi."

"Iyaa." Devi membuka pintu di sebelahnya sambil membawa sesuatu di tangannya.

Deva menyusul dan terakhir Jemian baru turun. Dia hanya membawa plastik berisi belanjaan untuk dapur. Setelah memastikan mobil terkunci, Jemian menyusul kedua anaknya.

Di rumah, dia melihat suaminya tengah tidur dengan Sassy di atasnya. Kedua anaknya juga tampak tidak peduli. Mereka malah membongkar apa yang keduanya beli. Deva nanti saja, di kamar biar Devi tidak merecokinya.

Jemian langsung menuju dapur. Meletakkan plastiknya begitu saja di atas meja baru kembali mendekat ke ruang tamu. Dia menghembuskan napasnya pelan lalu berbaring di karpet. Selurus dengan dada Arthur.

"Devi, kamu beli mainan itu untuk apa?" tanya Jemian. Dia bingung untuk apa Devi membeli mainan yang kegunaannya juga tidak jelas.

Devi menatapnya, "Gak tau. Devi cuman mau beli."

Jemian tersenyum tipis. Gak papa. Daddynya kaya. Gak papa juga soalnya Arthur cari duit buat anak-anaknya. Jaemin menoleh ke sisi kirinya saat melihat Sassy melompat turun dan berjalan kearah Deva.

"Bisa-bisanya langsung ngedeprok gitu." Jemian bergumam.

Sassy langsung berbaring di sisi Deva, bergerak pelan dan menunjukkan perutnya. Mau dimanja sama Deva.

"Jemi."

Jemian melirik kearah tangan Arthur yang melingkari pundaknya. Lalu menoleh, menatap wajah suaminya yang dekat dengan telinganya.

HOME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang