Bahagia

2.1K 255 7
                                    

Part 16. Bahagia

~

"Ngh!"

Jemian memejamkan matanya erat-erat. Untuk pertama kalinya, Arthur menciumnya cukup menuntut. Jadi, awalnya sih biasa saja. Mereka beli kucing, ngurus beberapa hal lalu bersiap pulang.

Dan di mobil, Arthur malah bertanya apakah Jemian masih mau ciun atau tidak? Dan jawabannya tentu Jemian. Dia asal saja minta cium. Arthur bukannya anggap serius, dia juga percaya kalau Jemian tidak sengaja mengutarakan apa keinginannya.

Tapi, keduanya malah berakhir ciuman. Tidak tau siapa yang memulai, tapi sekarang punggung Jemian sudah menyentuh pintu. Arthur mengurung tubuhnya. Menciumnya sedikit menuntuk.

Arthur tidak munafik. Dia suka mencium Jemian. Dulu hanya sekedar menempel, ini Arthur sampai mengulum dan melumat bibirnya.

Tangan Jemian meremat pelan kemeja yang Arthur kenakan. Perasaannya campur aduk. Jemian bahkan tanpa sadar meneteskan air matanya. Dia sedih bahkan kecewa pada dirinya sendiri, merasa tidak bisa menepati janjinya kepada teman-teman sekolahnya. Dan lagi, Jemian merasa bersalah pada Arthur karena demi dirinya, Arthur melawan orang tuanya.

Arthur menjauh, dia menatap wajah Jemian yang basah karena air mata. Arthur mengusap air mata yang membasahi wajah Jemian.

"Ugh.." Jemian terisak. Dia tidak bisa menahan tangisnya yang sudah ia tahan sejak dua jam yang lalu.

"Maafkan saya." bisik Arthur, dia menarik tubuhnya menjauh.

Jemian menggeleng, "Enggak ...ini bukan salah mas Arthur. Sudah seharusnya saya keluar."

"Kamu gak harap di DO, 'kan?" tanya Arthur. Dia menatap Jemian, "Saya akan mencari sekolah yang bisa menggunakan sistem home schooling."

Jemian menggeleng, mengusap wajahnya yang basah air mata. "Saya gak mau ngerepotin mas Arthur lagi."

"Kapan kamu ngerepotin saya?" tanya Arthur cepat. "Kamu gak ngerepotin sama sekali."

"Saya ngerepotin," Jemian terisak pelan. "Saya ..."

"Jemi, dengar." Arthur memiringkan tubuhnya. "Sejujurnya saya gak tau mau bicara apa lagi biar kamu percaya."

"Mas ..."

"Saya mencintai kamu."

Jemian langsung terdiam. Dia menatap Arthur dengan mata memerah. Selama ini, dia sepertinya tidak pernah mendengar Arthur mengutarakan kata cinta. Lebih ke penjelasan.

"Kamu mau bukti lain?" tanya Arthur. Dia menyalakan mesin mobilnya. Melajukannya menuju ke suatu tempat.

"Mas, saya gak ..." Jemian bahkan tidak tau harus mengatakan apa. Otaknya blank dan lidahnya terasa kelu.

Mobil Arthur terus melaju. Jemian menatap jalanan yang mereka lewati. Hati Jemian resah sekarang. Ini bukannya jalan yang akan membawa Jemian ke rumahnya.

"Mas, mau apa?" tanya Jemian. Dia menatap Arthur, meminta penjelasan.

"Nanti kamu tau, Jemi."

Mobil Arthur memelan saat masuk area perumahan elite. Mobil Arthur berhenti di depan gerbang sebuah rumah dengan cat putih gading. Arthur mematikan mesin mobilnya, menatap Jemian yang tengah memperhatikan rumahnya yang terasa tidak hidup.

"Ayo keluar." ajak Arthur, dia keluar lebih dulu.

Jemian bukannya menurut, dia malah tetap duduk di kursinya. Arthur menggeleng, dia membuka pintu di sebelah Jemian. Sedikit menunduk agar bisa melihat wajah Jemian.

HOME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang