Part 21. Anak Kecil
"Jemi, kalau duduk yang bener."
"Udah bener kok."
Jemian tidak berbohong, dia duduknya udah bener. Cuman bathtubnya aja yang terlalu kecil, makanya terasa tidak nyaman. Apalagi Arthur yang tubuhnya besar. Terasa sangat sesak.
Arthur menghela napas pelan. Bukannya apa, sejak tadi suami kecilnya ini terus saja menyenggol miliknya. Kalau terus-terusan, akan bangun. Dan Arthur tidak mau melakukannya tanpa persetujuan Jemian.
Punggung telanjang Jemian menyentuh dada bidang Arthur langsung. Jemian terlihat sangat nyaman, apalagi sejak tadi Arthur memeluk perutnya dan kadang mengusapnya lembut.
"Berendamnya gak usah lama-lama." ucapan Arthur hanya dibalas deheman dari Jemian. Dia sibuk menikmati elusan tangan Arthur.
"Mas." Jemian menoleh, menatap suaminya. "Itunya mas keras."
Arthur memejamkan matanya singkat, dia menatap Jemian. "Gara-gara kamu," jawabnya. "Gak mau diem sih."
"Ya 'kan tadi nggak nyaman." Jemian mengerucutkan bibirnya, menggerakkan sedikit tubuhnya sampai milik Arthur tanpa sengaja berada di belahan pantat Jemian.
Wajah Jemian memerah, dia menunduk. Menatap air yang penuh busa sabun. Pekikan Jemian terdengar saat Arthur membalikkan tubuhnya agar menghadap dirinya.
"Mas!" Jemian menatapnya kesal.
Arthur terkekeh, "Lagian kamu nakal banget."
"Enggak kok!" bantah Jemian, berbanding dengan wajahnya yang memerah.
Arthur meletakkan kedua tangannya di pinggang ramping Jemian. Mengelusnya sensual membuat tubuh Jemian rasanya panas dingin dan meremang.
"Mas mau?" tanya Jemian. Tangan kirinya ia bawa ke perut Arthur yang terbentuk. Mengelusnya menggunakan jari telunjuk dan tengahnya.
Arthur menahan tangan Jemian agar tidak main-main, "Kamu mau gak?" tanya Arthur, "Kalau kamu terpaksa, kita gak usah ngelakuin. Mas gak mau kamu setuju tapi karena terpaksa."
Jemian menatap kedua mata Arthur. Kepala Jemian mendekat sampai bibir keduanya hanya berjarak beberapa senti saja. Jemian tersenyum, "Ayo. Jemi mau ngelakuin itu sama mas."
Arthur menatap kedua mata Jemian, kekasihnya ini terlihat tidak berbohong sama sekali. Arthur tersenyum, dia bangkit dengan Jemian yang ada di gendongannya. Berjalan keluar dari kamar mandi.
"Ma pernah ngelakuin dengan laki-laki?" tanya Jemian, kedua tangannya mengalung indah di leher Arthur.
"Tidak pernah. Ini pertama kalinya." Arthur membaringkan Jemian perlahan ke atas tempat tidur. Mengukungnya. Tangan kirinya menahan bobot tubuhnya agar tidak menindih Jemian.
"Jemi ngerti."
Kedua belah bibir mereka bertemu. Kedua mata saling memejam, menikmati pagutan bibir mereka. Saling mendominasi, melumat bibir atau lidah Arthur yang masuk. Lidah saling membelit. Desah napas tertahan Jemian terdengar, tidak peduli pada liur yang menetes ke dagu Jemian.
Jemian mendongak saat Arthur menurunkan ciumannya ke lehernya. Memberikan gigitan ringan atau menyesapnya sampai meninggalkan jejak kemerahan.
"Daddy hahh ..."
Arthur memejamkan matanya mendengar panggilan dari Jemian. Panggilan dari Jemian membuat Arthur semakin memanas. Miliknya memberikan reaksi cepat.
Kecupan Arthur menuju dadanya. Satu jilatan ia berikan, dan desahan Jemian semakin keras. Arthur memulutinya, menggerakkan lidahnya. Rambut belakangnya di remas gemas oleh Jemian. Melampiaskan perasaan nikmat yang Arthur berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME ✔
FanfictionJemian selalu yakin, bahagia itu di buat bukan di cari. HOMO! JOHNJAEM DOM! Johnny SUB! Jaemin 🔞 Mpreg!