Hari ini, Juna berangkat lebih awal karna akan pulang lebih cepat untuk menjemput Gara disekolahnya. Hari ini menjadi hari pertama Gara untuk mencoba tinggal bersama keluarga kecilnya. Jadi Juna berniat untuk menjemput Gara juga Samu dan Sean hari ini.
Mempertemukan mereka sedikit lebih awal mungkin bukan pilihan yang buruk. Anak-anaknya mungkin bisa memulai obrolan ringan dan membiasakan diri berada dalam ruangan yang sama. Dengan begitu, mereka bisa lebih cepat saling kenal bukan?
Maka dari itu setelah pekerjaannya dirasa sudah rampung, tepat pada pukul 3 sore Juna langsung meninggalkan kantor dan bergegas menuju sekolah Gara terlebih dahulu. Lokasi sekolahnya lebih dekat dari kantor dibanding sekolah Samu dan Sean.
Dua hari belakangan, Juna sibuk mencari tahu dan mulai mendekatkan diri dengan Gara. Karna bagaimanapun, ia adalah ayah biologisnya. Dan Gara adalah anak kandungnya. Ia harus membagi kasih sayang kepada Gara juga sekarang.
Selama akhir pekan ini, Juna selalu mampir ke rumah Gara sepulang kerja. Sekadar bertanya apa kegiatannya sehari itu, cerita singkat, dan membawakannya makan malam meski tidak dapat menemani.
Gara pun masih kaku dan terlihat menutup diri dengan Juna. Selama ini Gara hanya tinggal berdua dengan mamanya. Gara sudah biasa hidup tanpa sosok ayah. Jadi ia masih belum terbiasa dengan kehadiran Juna.
Kemarin, Gara bilang ia pulang jam 3.30 sore setiap hari Senin. Dan sekarang masih jam 3 lebih dua puluh menit. Tersisa 10 menit hingga waktu sekolah berakhir. Juna memilih untuk menunggu didalam mobil sembari mengetikkan pesan untuk sulungnya.
'Ayah yang jemput kalian hari ini ya, tunggu ayah didepan gerbang sekolah' pesannya.
Setelahnya, terdengar dengan jelas bel tanda pulang sekolah berbunyi. Para murid mulai berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Ada yang menuju parkiran, ada juga yang langsung menghampiri jemputannya.
Sudah hampir 15 menit Juna menunggu, ponsel yang sebelumnya ia letakkan dikursi samping kembali berdering menampilkan nama 'Segara' pada layarnya. Dengan segera Juna menerima panggilan tersebut.
"Ayah dideket halte sekolah ya nak. Hhmm, ayah tunggu." Selanjutnya, Juna keluar dari kendaraannya guna mencari keberadaan Gara.
Tak lama dari kejauhan dapat Juna lihat Gara berjalan menuju kearahnya. Juna melambaikan tangan guna memberikan tanda kepada Gara untuk melihat kearahnya.
Gara yang melihat lambaian tangan Juna pun membalas mengangkat tangan dan menambah kecepatan berjalannya.
Anak lelaki itupun menyalimi tangan Juna memberi salam. "Maaf telat, tadi aku bantu kumpulin buku tugas dulu ke ruang guru." Jelasnya. Juna hanya membalas senyum dan berkata, "Gapapa, ayo naik. Kita jemput kakak kakak kamu dulu. Mereka pasti udah nunggu."
Juna beralih menuju pintu kemudinya dan duduk dengan nyaman, sedangkan Gara masih diam ditempat sebelum akhirnya duduk dibelakang. "Kakak" Gara hampir lupa bahwa ia mempunyai kakak sekarang. Sungguh, kehidupannya sekarang terasa sangat berbeda dibanding sebelumnya.
"Gara, kamu gak mau duduk didepan?" Juna terlihat kebingungan saat melihat Gara membuka pintu belakang mobil. "Eh, gapapa. Aku disini aja, gak enak sama anak-anak a-ayah."
Gara masih terlihat belum terbiasa memanggil Juna dengan sebutan 'ayah'. Malah jika ia tidak sadar, Gara masih memanggil Juna dengan sebutan 'om' seperti saat pertama bertemu.
"Kamu juga anak ayah sekarang. Ayo duduk didepan, ayah bukan supir kamu." Gara tak bisa berkutik lagi dan memilih untuk pindah duduk disamping kemudi Juna. Ia jadi merasa tak enak sudah membuat Juna berpikir kalau dirinya menganggap Juna sebagai supir. "Maaf yah."
KAMU SEDANG MEMBACA
What Kind Of
Fiksi PenggemarSean tidak menyangka semuanya akan serumit ini. Ia kira keluarganya adalah keluarga yang akan dilimpahi kebahagian. Namun garis takdir tak semudah itu memperlihatkan benang merah yang entah dimana ujungnya. Dirumah itu, Samu juga merasa gagal menya...