Kendaraan roda empat yang dikemudikan Januar akhirnya tiba ditempat tujuan. Cafe Harsa. Setelah memarkirkan kesayangannya, Januar menyusul kedua temannya yang sudah lebih dulu menunggu dipintu masuk.
Suara bel berbunyi nyaring saat pintu dibuka. Semerbak wangi kopi pun memanjakan indra penciuman siapapun yang memasuki tempat nongkrong tersebut. Sebenarnya, jadwal penampilan band diadakan adalah sore menjelang malam hari.
Tetapi jam masih menunjukkan pukul 10 pagi. Bahkan cafe tersebut belum kedatangan pelanggan satupun karna memang cafe baru saja hendak beroperasi. Sang pemilik yang masih mengenakan pakaian santainya keheranan dengan kedatangan trio anak band-nya.
"Kalian kesini pagi bener. Baru juga buka gue." Awalnya Harsa mengira yang datang adalah pelanggan. Jika benar, ia tidak akan mungkin mengusirnya begitu saja walau cafe baru saja buka.
Tak disangka, yang datang malah ketiga teman tampannya. "Latihan bentar bang. Sekolah libur soalnya." Jawab Argi mewakili kedua temannya. Dengan santai, Januar dan Samu duduk disalah satu bangku.
Sekedar basa basi, ketiganya memesan minuman langganan masing-masing untuk membangkitkan semangat sebelum mulai memainkan alat musik. Dikarenakan cafe baru saja mulai beroperasi, semua minuman yang mereka pesan membutuhkan waktu untuk dihidangkan.
Sembari menunggu, ketiga sekawan itu berbincang santai dengan sang pemilik cafe. Berbagi berbagai macam hal hingga cerita random ala anak muda. Umur mereka tak jauh berbeda, jadilah obrolan diantara mereka mengalir begitu saja.
Akhirnya, untuk mempersingkat waktu ketiganya menghampiri instrumen yang biasa mereka gunakan untuk latihan, dan mulai membawakan lagu yang sudah disepakati sebelumnya.
Seketika, alunan musik bergema diruangan cafe Harsa yang semi outdoor.
***
Hingga tak terasa, langit sudah mulai berwarna oranye. Sudah banyak pula anak sekolah yang masih berseragam mengendarai kendaraan mereka dijalanan. Waktu pun sudah menunjukkan pukul 3. Waktu mereka seharusnya pulang sekolah. Akan tetapi, sebuah ide gila terlintas dalam benak Samu.
Samu belum pernah mencobanya, dan terpikirkan untuk mencobanya sekali ini saja. Entah dari mana asalnya pikiran-pikiran nakal Samu hari ini. Yang pasti, Samu hari ini bukan Samu yang biasanya.
Dengan sedikit ragu, ia pun mengutarakan pertanyaannya pada Januar yang ia ketahui memang sudah terbiasa akan hal 'itu'.
"Jan, biasa lo sama bokap lo ketemuan bareng klien dimana?" tanya Samu yang sedang memainkan sedotan minuman yang sudah tersisa setengahnya itu. Januar mengernyit bingung dengan pertanyaan tiba-tiba Samu.
"Biasanya di private meeting lounge gitu sih. Soalnya bahasannya kan bisnis. Jadi bokap selalu reservasi ditempat langganannya yang emang mendukung pembahasan." Seakan ada sebuah lampu yang berada diatas kepala Januar, Januar langsung membelalakan kedua matanya. Januar terlampau mengerti maksud terselubung dari setiap pertanyaan yang Samu lontarkan.
"Lo jangan ngadi-ngadi ya Sam, kalo punya ide." Peringat Januar. Tidak mungkin Samu tiba-tiba terpikirkan untuk melakukannya 'kan. Disore hari yang tenang ini, Samu mendadak menjadi gila.
Dan karna otak encer Argi, ia pun mengerti kemana ranah pembicaraan itu. "Sam, gue tau. Gak ada yang salah dari lo coba minum, tapi gak sekarang Sam." Memang benar. Anak seusia mereka banyak yang sudah berani untuk meneguk minuman keras. Bahkan anak-anak disekolah mereka juga sudah bisa dibilang awam. Namun Samu bukan tipe anak yang seperti itu.
"Sekali-kali gitu Gi, Jan. Kalian aja 'kan udah biasa minum alkohol. Masa gue gak boleh sih." Enteng sekali Samu bercakap. Bukannya Argi dan Januar tidak mau mengikuti kemauan Samu. Tapi waktunya yang kurang pas.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Kind Of
Hayran KurguSean tidak menyangka semuanya akan serumit ini. Ia kira keluarganya adalah keluarga yang akan dilimpahi kebahagian. Namun garis takdir tak semudah itu memperlihatkan benang merah yang entah dimana ujungnya. Dirumah itu, Samu juga merasa gagal menya...