Saat Juna sedang membantu Shania mengeringkan rambutnya, tiba-tiba saja terdengar suara ketukan dari arah pintu utama rumah mereka.
Aneh, jika itu adalah Samu dan Sean yang pulang, untuk apa mereka mengetuk pintu terlebih dahulu dan tidak langsung masuk padahal pintu tidak dikunci.
Karna merasa terdesak, Juna pergi menuju pintu utama dan membukakan pintu. Ternyata yang mengetuk adalah pak Edi. Pak Edi menjelaskan bahwa ada seorang tamu sembari menunjuk ke arah pos depan.
Disana sudah ada seorang anak laki-laki yang mengenakan jaket dan menggendong tas ransel dipunggungnya.
"Coba suruh masuk dulu pak." Juna memperhatikan anak itu dengan seksama. Ada keperluan apa anak itu hingga repot repot mengunjunginya di rumah.
Pak Edi kembali ke pos nya dan langsung mempersilakan anak itu untuk masuk. Juna yang masih berdiri di tempatnya pun melihat anak tersebut mendekatinya.
"Pak Arjuna Malaka?" tanya nya.
"Iya, saya sendiri. Ada perlu apa ya? Kamu teman Samu? Atau teman Sean?" anak itu terlihat seumuran dengan anak-anaknya. Juna pikir anak itu teman Samu atau Sean yang memang mengetahui namanya.
"Bukan, saya kesini ada perlu sama pak Arjuna."
Juna mengerutkan dahinya kebingungan. Tak lama setelahnya, mempersilakan anak itu masuk untuk melanjutkan percakapan mereka. Shania yang selesai dengan urusannya di kamar pun ikut keluar mencari tahu.
Shania yang belum melihat presensi tamu mereka pun bertanya pada Juna, "siapa mas?". Setelahnya, Juna hanya menjawab sambil menunjuk 'tamu' mereka dengan tangannya.
Shania terkejut melihat tamu mereka ternyata seorang anak yang terlihat seumuran dengan kedua putranya.
"Teman Sean? Atau..?" Shania menggantungkan pertanyaannya. Pertanyaan yang sama dengan yang ditanya Juna tadi. Juna menggeleng sebagai jawaban.
Anak itu duduk di sofa dengan tangan yang terlihat memilin ujung jaketnya. "Kamu mau minum apa? Biar tante buatin dulu ya." Tawar Shania.
"Apa aja tante." Singkatnya. Juna ikut duduk dihadapannya dan memulai konversasi, sementara Shania langsung menuju dapur untuk menyiapkan suguhan.
"Kamu kesini mau ketemu saya? Ada hal apa?" nada suaranya terdengar tenang berbanding terbalik dengan lawan konversasi dihadapannya.
Anak itu masih ragu untuk mengutarakan niatnya datang ke rumah ini. Ia hanya diam dengan sesekali melihat tepat pada sepasang manik kelam milik Juna. Dengan sabar, Juna menunggu jawabannya.
"Saya.. saya kesini mau ketemu papa."
Juna keheranan. Anak ini mencari ayahnya, namun mengapa ke rumah Juna?
"Kamu cari papa kamu kok disini. Kamu anaknya pak Edi?" jujur saja, Juna masih belum bisa mencerna perkataan lawan bicaranya. Kata-kata yang diutarakannya terdengar ambigu.
Anak dihadapannya kini mendesah pelan, lalu kembali menjelaskan "Mama saya Bethavia Riska. Beliau belum lama meninggal."
Juna yang semula menyunggingkan senyuman, perlahan menghapus kurva melengkung itu dari wajahnya. Juna merasa seperti tersambar petir di siang hari. Sudah lama ia tidak mendengar nama itu disebutkan dan terdengar dalam rungunya.
"Beberapa hari setelah mama meninggal, saya baca buku diary yang sering ditulis mama. Dalam buku itu tertulis kalo papa saya bernama Arjuna Malaka." Singkat, namun dapat membuat Juna tercekat.
'J-jadi, kamu hidup. Bukankah waktu itu Riska setuju untuk menggugurkannya?' batin Juna.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Kind Of
FanfictionSean tidak menyangka semuanya akan serumit ini. Ia kira keluarganya adalah keluarga yang akan dilimpahi kebahagian. Namun garis takdir tak semudah itu memperlihatkan benang merah yang entah dimana ujungnya. Dirumah itu, Samu juga merasa gagal menya...