•DUAPULUHSEMBILAN•

3.5K 255 15
                                    









Di vote ya jangan di baca aja, biar makin semangat nih nulis sampai end😌☝️

Kalo vote nya nembus 100 gue up sampe end, serius nih gak bohong.

Dihimbau kepada seluruh Reader's WTA bahwa ini cerita cuman senang-senang dan gabut aja, jika ada kesalahan dalam cerita atau tata kepenulisan mohon di maklumi.

Dan semoga jari kalian bisa dengan ikhlas memencet vote.
Sekian terima mingyu 💅

Happy Reading 💞

Happy Reading 💞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*

   Auric terus mengguncang tubuh Vellina yang ada di pelukan nya, tangan nya menepuk-nepuk pelan pipi Vellina.

" Vellina?! Bangun hey?! "

" Ughh " auric menatap khawatir Vellina, tangan kirinya terulur memegang kepalanya sendiri yang terasa berdenyut-denyut, banyak memori yang bermunculan dengan warna abu-abu dan buram.

" Ada apa?! " Ujar Auric sambil memegang lembut lengan Vellina yang masih setia memegang kepalanya.

" S-sakit shhh " adu Vellina, memori itu berputar seolah kaset rusak, berdengung dan terulang. Suara-suara yang membuat sakit kepala.

" Tahan sebentar " Auric mengumpulkan kekuatan nya dan mengarahkan ke tubuh Vellina yang terasa sakit, beberapa menit kemudian Vellina terlihat lebih rileks.

" Bagaimana? Masih sakit? " Dengan mata sayu Vellina menatap auric, " tu-tutu " Auric menaikkan sebelah alis nya, tutu? Nama apa itu? Kue putu atau apa?

" A-arthur, tutu hikss " auric mendengus mendengar nama Arthur itu di sebut, ternya tutu adalah panggilan untuk Arthur, sial sekali, ia saja yang berstatus suaminya tidak di berikan panggilan khusus.

" Ughh, tu-tutu hikss jangan tinggalin a-atha hikss " auric menghapus jejak air mata Vellina kemudian mengangkatnya menuju kastil, ia akan cepat-cepat melakukan nya dan memiliki Vellina seutuhnya untuk dirinya sendiri.

Memikirkan itu auric tersenyum miring, akhirnya keinginan nya akan terkabul serta mendapatkan sesuatu yang menakjubkan.

***

" permisi " Kearin mengetuk-ngetuk pintu rumah keluarga Linclen serta memencet bell nya beberapa kali, tetapi sang pemilik rumah tak kunjung datang membuka pintu.

" kemana ya? " Tanya Kearin pada dua saudaranya itu, " mana ku tau, memangnya kami ini serumah dengan Vellyana " ujar Bella dengan ketus.

WHO THE ANTAGONIS? [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang