Typo bertebaran..
***
Pertanyaan tentang siapa perempuan yang di maksud oleh Cindy terus menguasai isi pikirannya, bukan apa-apa, Baskara hanya takut jika benar ada orang lain di sana, dan Baskara tak bisa menyelamatkannya dari kegilaan Jeyke.
Setelah membuat Cindy mengingatnya tadi Baskara bukannya menjadi tenang, ia malah menjadi gelisah seperti ini. Bagaimana jika perempuan itu tidak berhasil kabur dari Jeyke dan berakhir mengenaskan? Sungguh Baskara takut, ia merasa gagal.
Di samping Baskara yang kegelisahan, ada Irfan yang sejak tadi mengeluh bahwa kepalanya sedang pusing akibat terkena rintikan hujan tadi. Laki-laki itu paling tak bisa terkena hujan, pasti langsung sakit.
"Bas, coba lo pijitin kepala gue, sakit banget Bas," adu Irfan lemas. Dengan paksa ia membawa tangan Baskara untuk memegang kepalanya, agar dengan cepat memijat kepalanya yang pusing itu.
Baskara mendengus kesal. Namun tangannya tetap melaksanakan permintaan Irfan, memijat kepalanya dengan lembut hingga sahabatnya itu berhenti mengeluh sakit kepala. Dan di sebelah meja mereka, sudah ada Yuda yang sibuk sendiri dengan buku bacaannya. Entah dari kpan laki-laki itu gemar membaca buku selain komik.
Bukan hanya itu, Yuda juga sekarang menjadi sering mengunjungi perpustakaan, entah kesambet hantu apa. Baskara tak peduli. Tapi kalau soal mood temannya yang sedang tak baik, Baskara akan sangat peduli. Contohnya seperti saat ini, setelah melihat wajah Yuda yang sudah cemberut seperti ingin memakan semua orang.
Baskara mencolek lengan laki-laki itu dari kursinya, tanpa menghentikan pijatannya dari kepala Irfan. Kemudia laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya. "Kenapa lo?"
Walaupun tadi ia sempat kesal pada Yuda karena permasalahan Cindy, ia tak bisa diam saja jika sahabatnya dalam keadaan mood buruk, sebisa mungkin ia akan bertanya apa yang sedang sahabatnya alami, walaupun masalahnya sepele.
Yuda menoleh, lalu menggelengkan kepala. Baskara tak percaya.
"Cerita aja anjir. Lupain masalah yang tadi," kata Baskara.
Yuda tampak menimang-nimang. Namun selanjutnya ia tetap bercerita pada Baskara.
"Menurut lo, omongan gue tadi nyakitin hati Cindy nggak?" tanya nya dengan wajah tampak menyesal atas perkataannya tadi.
Baskara sedikit terkejut mendengar itu, namun dengan cepat ia merubah raut kebingungannya menjadi biasa saja. "Emang kenapa? Kok lo nanya begituan?"
Yuda menghembuskan napas berat. "Jawab aja njir," kesalnya.
Baskara diam sejenak, kemudin kembali membuka suara, menjawab pertanyaan Yuda. "Kalo lo tanya sakit atau engganya, ya jelas sakit lah, Yud. Secara Cindy suka banget sama lo, dan dia ngerasa perlakuan lo yang semakin hari semakin perhatian sama dia itu adalah balasan dari perasaan dia selama ini. Dia ngerasa kalo lo juga suka dia balik."
"Jadi, setelah denger alasan lo tadi, hati dia hancur. Dia ngerasa kalo dirinya itu menyedihkan, padahal enggak sama sekali. Karena bukan tanpa alasan dia ngerasa kaya gitu. Maka dari itu, Yud, lo harus bisa ngehargain perasaan suka dia ke lo, dan nggak lo manfaain supaya dia maafin kelakuan cewe lo," sambung Baskara panjang lebar.
Mendengar itu Yuda seketika menundukkan kepala menyesal, sungguh, ia tak berfikir bahwa caranya akan menghancurkan hati Cindy yang jelas-jelas mencintai dirinya. Ia merasa sangat bersalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US TOGETHER
Teen FictionIni kisah tentang remaja yang mempunyai dendam pada seseorang, yang telah membuat kehidupannya semakin hancur. Juga tentang remaja yang selalu ingin menjadi perisai bagi seseorang, sehingga lupa menjadi perisai untuk dirinya sendiri. Kevo? Bacaa