1

582 24 0
                                    

  ♧♧♧


Selamat datang.. And happy reading.

*ᴛʏᴘᴏ ʙᴇʀᴛᴇʙᴀʀᴀɴ..

***

Di kediaman Sagara, terdapat dua remaja yang terduduk lemas di kursi meja makan, memandang tak minat makanan yang sudah di sediakan di atas meja. Sungguh, pagi yang sangat buruk, harus mendapat siraman rohani dari sang mama karena terlambat bangun pagi.

"Maaa, ini apaaa. " Lirih remaja itu, masih dengan wajah bantalnya, bertanya kepada sang mama yang terduduk di seberangnya sambil mengoles roti dengan selai.

Wanita cantik berkepala empat itu melirik ke makanan yang di tunjuk oleh sang anak. "Itu udang kesukaan kamu. "

"Kalo ini ma. "

"Makan aja, sayangg, semuanya enak kok. " Ucap wanita bernama Aya tersebut, mencoba bersabar menghadapi anak keduanya ini.

"Maa, masih ngantuk.. " Rengek nya lagi dengan manja. Padahal usia nya sudah tujuh belas tahun.

"Lagian siapa suruh tidur jam dua, udah tau mau sekolah. " Omel Aya memberikan roti yang sudah jadi pada anak pertamanya.

Bagaskara Adyatma Putra, nama anak pertama dari Aya dan Sagara. Biasa di panggil Bagas, ia adalah anak yang menuruni sifat sang papa, sebelas dua belas dengan Sagara.

Berbeda lagi dengan adiknya yang bernama Baskara Adhinata Putra. Ia tidak menuruni sifat papanya, melainkan sang mama, yaitu Aya. Baskara yang di kenal sebagai anak yang ceria, lemah lembut dan sopan, persis seperti mamanya.

"Bas, cepet makan sarapannya, abang nggak mau kena hukum lagi gara-gara kamu ya. "Kata bagas membuat baskara mendesah sebal lalu dengan tak santai memakan sarapannya.

Melihat itu Sagara hanya bisa geleng-geleng kepala. "Makan yang bener baskara. " Tegur Sagara. Baskara pun memperbaiki cara duduknya dan makan dengan baik.

"Bagas, kemarin papa denger-denger dari temen kamu, kamu berantem lagi, bener hm? " Tanya Sagara dengan raut wajah intimidasi nya. Walaupun sudah berkepala empat, ketampanannya tak pernah berkurang, malahan saat ini wibawanya semakin terlihat karena sudah berumur.

Bagas menoleh ke arah sang papa sebentar. "Iya. Maaf. " Ujarnya menunduk menatap sarapannya.

"Alasannya? "

"Bagas nggak bisa bilang alasannya sama papa sekarang. " Balas bagas mendapat anggukan mengerti dari papanya.

Laki-laki paruh baya itu melirik ke arah putra keduanya. "Babas tau kalo abang berantem lagi? " Baskara menggeleng. "Enggak, kan babas nggak satu kelas sama abang. "

Lalu hening sebentar.

"Ma, bagas mau bawa bekal ke sekolah. " Pinta bagas kepada mamanya yang tengah sibuk memotong sayuran.

"Tumben. Yaudah mama siapin dulu. "

"Abang nggak salah kan? Sejak kapan mau bawa bekal ke sekolah. "

"Sejak tadi, emang kenapa? Salah ya? "

"Enggak, kan baskara cuma nanya doang. "

ABOUT US TOGETHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang