*ᴛʏᴘᴏ ʙᴇʀᴛᴇʙᴀʀᴀɴ..
🍀🍀🍀
_____________________
Setelah dari pemakaman kakek dan nenek Cindy, Baskara dan Yuda segera pulang ke rumah masing-masing, karena sudah terlalu lelah. Di pemakaman tadi, lagi-lagi Cindy menangis, apalagi saat kakek dan neneknya di kubur, dia menangis sesegukan sampai matanya pun menyipit tak karuan.
Baskara pulang ke kediamannya, jam menunjukkan pukul setengah enam sore. Baru sampai di ambang pintu, Baskara sudah di suguhkan oleh pemandangan yang membuat kepalanya pusing seketika.
"ABANG KAlAAAAA!! YUHUUUUU! " Teriak seorang anak perempuan yang mempunyai tubuh gempal, pipinya terlihat cubby, sangat imut, dengan setelan baju Sofia lengkap, dari atas sampai bawah.
Dia berlari mendekati Baskara, lalu meloncat kedalam pelukan laki-laki yang masih menggunakan seragam sekolah itu.
"BANG KAlA KEMANA AJA SIH! Kan aku capek nunggu di sini, mana sendiri lagih, huh! Kemana aja? " Tanya anak baru berusia tiga setengah tahun tersebut sambil memeluk leher Baskara.
Baskara terkekeh geli melihat wajah yang sangat itu. "Ulululu, gemes nya, capek ya nunggu? Abang baru pulang dari rumah temen yang lagi berduka, sayang." Jawabnya membawa balita tersebut duduk di lantai yang sudah berserakan dengan mainan-mainannya.
"Ohhhh, kok nggak ajak aku? " Tanya balita bernama Maumi tersebut polos.
Baskara mencium pipi gembul itu gemas, kemudian menjawab. "Kan orang meninggal, mauu, emang kamu mau abang ajak liat mayat? "
Maumi menggeleng lucu. "Engga ah, takut. "
Baskara menoleh kesana kemari mencari para penghuni rumah ini, dimana mereka semua? Apakah mereka meninggalkan balita lucu seperti Maumi ini sendiri di rumah?
"Mau disini sendiri? Yang lain kemana? " Tanya Baskara pada Maumi yang sudah kembali bermain.
"Hem, di taman, katanya mau nyaliin mau lambutan, " Jawab Maumi.
Tak lama kemudian, para orang tua tersebut masuk kedalam rumah dari pintu belakang. Di sana sudah ada Sagara, Aya, Marthin dan Caca. Ya, Maumi adalah anak dari Marthin dan Caca.
"Eh, bas, tumben pulang telat? Nggak sama bang Bagas sama Irfan? " Tanya Aya.
Baskara menggeleng. "Iya, ma, tadi ke rumah kakek dan neneknya temen Baskara yang meninggal, " Jawabnya.
"Innalillahi.. " Ucap mereka secara bersamaan.
"Temen yang mana, bas? " Tanya Marthin penasaran.
"Itu, temen perempuan nya Baskara, namanya Cindy. "
"Kayak nggak asing deh sama namanya, " Gumam Marthin sambil mengusap-usap dagunya.
"Om kenal? "
"Engga sih, cuma pernah denger aja namanya nggak lama ini, " Balas Marthin.
"Ohhh. "
"Eh, Gar? Lo inget kan sama temen kita dulu yang namanya Vino? " Tanya Marthin tiba-tiba.
Sagara pun mengangguk, tentu ia ingat. "Emang kenapa? "
"Eh Vino temen kelas aku dulu ya, thin? Emang dia kenapa? " Tanya Aya penasaran.
"Gue kemarin di telfon sama dia, katanya mau curhat sama gue, ya gue dengerin lah. Nah kabarnya, dia sama istrinya cerai, terus istrinya bawa pergi anak cowoknya dan ninggalin anak perempuannya. Waktu dia cerita tuh ya, dia nangiss karena merasa bersalah sama anak-anaknya, terutama anak perempuannya. Gue kasian anjirr, gue ikutan sedih, " Cerita Marthin.

KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US TOGETHER
Teen FictionIni kisah tentang remaja yang mempunyai dendam pada seseorang, yang telah membuat kehidupannya semakin hancur. Juga tentang remaja yang selalu ingin menjadi perisai bagi seseorang, sehingga lupa menjadi perisai untuk dirinya sendiri. Kevo? Bacaa