8

78 10 3
                                    

*ᴛʏᴘᴏ ʙᴇʀᴛᴇʙᴀʀᴀɴ..

🍀🍀🍀

_____________________

Di toilet, Zeline kini berada di toilet. Di sana dia mencoba menenangkan diri, mengambil napas dalam-dalam, dan mencuci wajahnya agar wajah itu tak terlalu panas dirasakan olehnya. Lantaran, sejak tadi, sejak bertemu dengan Devika, seluruh anggota badan Zeline terasa kaku dan memanas, termasuk wajahnya.

Dia menatap wajahnya sendiri pada pantulan kaca, lalu menggelengkan kepala. "Inget ze, lo nggak boleh takut, tujuan lo di sini buat bales dendam. Bukan nerima pembalasan dendam mereka. " Monolognya mencoba meyakinkan diri.

Zeline menutup mata sejenak, mengambil napas dalam. "Mereka nggak akan bisa berbuat apapun ke lo, inget ada satu orang yang bakalan buat mereka merasa terancam. Baskara, cowok yang bakalan gue jadiin perisai diri gue sendiri. "

Dan tak lama dari itu, Devika masuk ke dalam toilet. Dia tak berkata apapun, hanya saja menatap Zeline tajam. Dia mencuci tangan dan wajahnya di dekat Zeline.

"Masih inget sama gue, Zeline? " Ucap Devika pelan, sambil menatap Zeline dengan kepala sedikit tertunduk.

Awalnya raut wajah Zeline ketakutan, tapi seketika berubah drastis, matanya menatap Devika tajam, sudut bibirnya terangkat membentuk senyum jahat.

"Gue selalu inget sama lo, Devika. Gitu juga sama sepupu lo, Bagaskara. " Balasnya dengan nada remeh.

Devika terkekeh kecil, dia tak kaget dengan perubahan Zeline yang tiba-tiba itu, karena memang dari dulu, sifat iblis gadis itu masih melekat sempurna pada dirinya.

"Bagus kalo lo masih inget. Jangan karena gue dan Bagas pindah ke tempat yang jauh, itu berarti kita takut dan bisa ngelupain semua perbuatan jahat lo, Zeline. Enggak. " Sinis Devika.

"Kalian takut kan, kalo gue ngelakuin hal yang sama ke kalian berdua. Makanya waktu itu lo dan Bagas langsung pindah. "

"Gue nggak pernah takut sama cewek bau kencur kayak lo. "

"Bau kencur begini bisa buat--"

"Devika!! " Seru seseorang tiba-tiba mendobrak pintu toilet dengan keras. Mengalihkan atensi Devika dan Zeline.

Devika menatap jengah ke arah pintu tersebut, dimana, ada seorang perempuan yang sangat ia kenal di sana. Dia adalah Letta, teman atau sahabat Devika.

"Hehehe, sorry, ka. " Gadis bernama Letta tersebut cengengesan dan hanya bisa menatap takut Devika yang menahan marah.

"Letta.... Lo bener-benerrr ya... Gue bilang jangan gang-GU! " Devika berlari keluar mengejar Letta yang berlari terbirit-birit menghindari amukan Devika.

Menyusahkan Zeline seorang di dalam toilet tersebut. "Sifatnya nggak pernah berubah, dasar pemarah. "

***

Yuda terus saja menggerutu sejak tadi, lantaran kedua temannya tak hentinya mengejek dirinya karena kejadian bertatapan dengan Cindy. Hingga setelahnya, Mona datang menghampiri mereka, tujuannya bukan Baskara ataupun Irfan, melainkan Yuda.

"Ngapain lagi tuh cewek. " Gumam Baskara menatap tak suka ke arah Mona.

"Meneketehek. " Balas Irfan sambil menaik turunkan kedua bahunya.

ABOUT US TOGETHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang