*ᴛʏᴘᴏ ʙᴇʀᴛᴇʙᴀʀᴀɴ..
🍀🍀🍀
_____________________
Baru kemarin hari minggu, sekarang sudah hari senin saja. Sepertinya khusus hari minggu, waktunya lebih singkat daripada hari lainnya. Sepertinya ada yang tidak beras, ah sudahlah, jangan terlalu dipikirkan, tidak penting.
Yah, seperti yang semuanya tahu, hari senin menjadi hari ter-mengesalkan bagi beberapa orang tentunya. Kebetulan Baskara menjadi salah satu dari beberapa orang itu. Si pembenci hari senin. Mungkin bukan benci, lebih ke kesal dan malas.
"Aaghh! Gue masih pengen rebahan di kasur empuk nan seksi ini! " Seru Baskara sambil menggeliat di atas kasur besar miliknya.
Menenggelamkan kepalanya pada tumpukan bantal yang bau iler."Baskara! Woi, bangun, yul, sekolah! " Teriak Bagas cempreng di luar kamar Baskara. Dia sudah siap dengan pakaian sekolahnya, rapih, anak rajin emang Abang Bagas.
Baskara tak menghiraukan, dia pura-pura tak mendengarkan. Memejamkan matanya kembali, walaupun sudah menggunakan seragam sekolah, anak itu tak peduli jika seragamnya akan kusut dan berakhir dimarahi oleh Mama tercintanya.
Bagas masuk ke dalam kamar itu dengan perasaan dongkol, ia masih sangat kesal dengan adiknya yang merusak puzzle yang ia susah payah buat. Ditambah lagi dengan kelakuan menjengkelkan anak itu di pagi buta seperti ini. Merusak senin pagi nya saja, dasar.
"Baskara, woi! Bangun, dek. Nanti telattttt! " Geram Bagas menarik-narik kaki Baskara tanpa belas kasihan. Sungguh Baskara yang malang.
Kepala Baskara terpaksa keluar dari tumpukan bantal tersebut. Dan dengan tertekan juga badannya harus merosot ke bawah kasur karena tarikan Abangnya.
"AAAAAAA." Teriak Baskara cempreng, tentunya terdengar sampai ke telinga orang tuanya.
Bagas melepaskan kedua kaki yang sudah di baluti kaus kaki bau milik Baskara, karena tak tahan dengan teriakkan nya yang membuat gendang telinganya seperti ingin pecah.
"Bisa nggak sih jangan teriak, Bas! Kuping abang sakit tau! " Protes Bagas kesal.
Dengan tampang tak berdosanya Baskara terkekek dan kembali berdiri tegak. "Siapa suruh, salah abang lah. "
Bagas berdecak sebal. "Cepet ambil tas kamu, kita berangkat. " Titahnya tak terbantahkan.
Baskara mengambil tasnya, kemudian membuntuti Bagas turun ke bawah. Berpamitan kepada kedua orang tua mereka untuk pergi sekolah.
"Mama.. Papa.. Babas berangkat sekolah, ya? Jangan kangen.. " Goda Baskara setelah mencium pipi mamanya sayang, kemudian mencium punggung tangan Papa nya.
"Alah, banyak omong, cepet jalan, telat nih! " Desak Bagas mendorong tubuh adiknya membuat bibir Baskara melengkung ke bawah karena kesal.
"Santai kali, ngga usah dorong-dorong. " Ujarnya pelan.
Aya dan Sagara geleng-geleng kepala. "Udah.. Masih pagi jangan ribut.. Sana berangkat, nanti beneran telat loh. " Aya berucap.
"Dia nih, Mah, masa dorong dorong. " Adu Baskara masih enggan keluar rumahnya.
"Astaghfirullah, ini anak, pake ngadu segala, udah sana berangkat, telat tau rasa. " Cetus Sagara ingin segera melihat anaknya itu meninggalkan dirinya dan sang istri di rumah berdua.
"Ck, sabarr. Yaudah, assalamu'alaikum. " Ucap Baskara dan Bagas bersamaan, lalu melenggang pergi.
"Waalaikumsalam, hati-hati! Jangan ngebut, ya!" Seru Aya melambaikan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US TOGETHER
Teen FictionIni kisah tentang remaja yang mempunyai dendam pada seseorang, yang telah membuat kehidupannya semakin hancur. Juga tentang remaja yang selalu ingin menjadi perisai bagi seseorang, sehingga lupa menjadi perisai untuk dirinya sendiri. Kevo? Bacaa