***
Di bawah lampu bohlam yang penerangannya sangat minim, Cindy menangis ketakukan, dirinya di ikat bersama dengan kursi kayu yang ia duduki saat ini. Sejak tadi pagi hingga siang ini, ia memberontak sekuat tenaga, berusaha keras agar ikatan di tangannya lekas terlepas.
Ia tak tahu sedang berada di mana saat ini, yang ia tahu hanya dirinya yang dikurung di sebuah gudang berukuran sepetak, yang hanya mengandalkan bohlam sebagai penerangannya, itupun sudah hampir mati.
Tak tahu sampai kapan Cindy akan berada di tempat ini, tempat yang lembab, kotor, bau, begitu banyak sarang laba-laba dan yang paling tak mengenakkan adalah seseorang yang sejak tadi menyiksanya dengan memukulnya secara membabi buta, duduk di sebrangnya, memandangnya tanpa henti.
"Tolong.., lepasin saya..," mohon Cindy dengan nada lemah, tenaganya sudah habis karena terlalu banyak di siksa hingga melakukan pemberontakan.
Seketika orang yang duduk tak terlalu jauh dari Cindy pun terkekeh remeh, namun ia tak mengatakan apapun setelahnya. Yang dilakukannya hanya memandang Cindy tanpa henti, seolah ingin menerkam gadis itu dalam waktu dekat.
Cindy merasa risih jika harus di pandang sangat lama seperti itu. Berulang kali ia menyumpahi laki-laki di hadapannya itu, karena ia sangat tak suka di tatap oleh nya. Walau pada akhirnya ia harus mendapat sebuah pukulan dan tamparan di pipinya karena telah berani membuat laki-laki itu marah.
"Kapan saya bakalan di bebasin? daritadi selalu dapet siksaan dari kamu. Sebernarnya kamu siapa? dan mau apa dari saya?" tanya Cindy, karena ia penasaran dengan siapa orang ini dan motifnya. "Kamu mau uang? percuma kamu nyulik saya, karena orang tua saya bukan orang kaya."
Laki-laki itu hanya menggelengkan kepalanya. Membuat Cindy muak karena sedari tadi ia bertanya tak juga mendapat respon yang memuaskan.
"NGOMONG SIALAN! " bentak Cindy dengan napas memburu.
"DIAM! Saya paling nggak suka di bentak! Apalagi sama gadis kaya kamu," balas orang tersebut pada akhirnya mengeluarkan suara. Ia bangun untuk mendekati Cindy.
Laki-laki itu perlahan merendahkan posisi badannya, mengikis jarak dengan Cindy yang mulai ketakutan. Deru napas laki-laki itu menerpa wajah Cindy yang sudah banyak lebam. Cindy merasa tubuhnya membeku, napasnya tercekat, ia bisa melihat wajah tampan nan sangar dari jarak beberapa senti itu.
"Bisa aja saya langsung lahap bibir ranum kamu dari jarak yang tinggal beberapa senti ini," ujar laki-laki itu seraya mengusap ujung bibir Cindy yang sedikit mengeluarkan darah. Matanya tak pernah lepas dari bibir gadis yang kini ketakutan setengah mati.
Ingin rasanya Cindy berteriak, namun ia tak cukup keberanian. Ia pun hanya bisa mengeluarkan air matanya, ia amat sangat ketakutan, wajah pria di hadapannya ini sangat menakutkan walaupun tampan.
Perlahan kepala laki-laki itu semakin dekat dengan Cindy, hingga bibir keduanya hampir bersentuhan, namun sebelum benar-benar bersentuhan, Cindy dengan keberanian penuh membenturkan kepalanya dengan kepala laki-laki itu dengan keras. Tak sampai di situ, gadis itu juga meludahinya, merasa jijik.
"Brengsek lo jadi cowok!!"
Perbuatan Cindy membuat amarah si pria memucak, wajahnya memerah menahan amarah, tangan kekarnya mengepal kuat. Ia mengusap wajahnya dengan kekehan kecil, kemudian kembali mendekati Cindy. Dan...
Bugh!
Satu bogeman keras berhasil mendarat di wajah cantik milik Cindy, sudut bibirnya kembali mengeluarkan darah, kali ini darahnya lebih banyak dari yang awal.

KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US TOGETHER
Fiksi RemajaIni kisah tentang remaja yang mempunyai dendam pada seseorang, yang telah membuat kehidupannya semakin hancur. Juga tentang remaja yang selalu ingin menjadi perisai bagi seseorang, sehingga lupa menjadi perisai untuk dirinya sendiri. Kevo? Bacaa