Kalau sudah bertekad, tidak ada yang bisa menghalangi langkah gadis itu. Lihat saja bagaimana Yume melesat cepat keluar kelas begitu bel istirahat berbunyi. Tujuannya ke perpustakaan. Tidak terlalu jauh dari kelasnya. Namun Yume yang pelupa dan ceroboh itu, malah membuat kegaduhan di toilet laki=laki. Namun sudah beberapa menit berlalu, Yume belum juga sampai. Ia malah berputar-putar melewati rute yang sama.
Yang lebih parah, Yume sempat membuat kegaduhan di toilet laki-laki. Karena tidak kuat menahan hasrat ingin buang air kecil, ia terburu-buru masuk ke salah satu bilik tanpa membaca tulisan di depan pintu.
“Sial, kenapa aku ceroboh sekali? Baru hari pertama menjadi murid di sini, aku sudah mempermalukan diriku sendiri. Berita memalukan ini pasti langsung menyebar.”
Yume menutupi wajahnya dengan sebelah tangan sepanjang perjalanan menyusuri koridor. Untungnya perpustakaan ada di depan mata. Ia buru-buru masuk lalu menenggelamkan wajahnya di balik salah satu buku yang diambil dari rak terdekat.
“Tenang Yume...Tenang... Kau harus tetap slay dan elegant.” Yume berdeham sekali. Ia beranjak dari kursi kemudian melangkah menuju komputer yang berada di sudut ruang perpustakaan.
Sebelum mengetik sesuatu, Yume celingak-celinguk menatap situasi di sekitarnya. Hanya ada dua siswa yang asik membaca buku di meja belakang. Serta seorang siswi yang sibuk mencatat sesuatu di buku tugasnya.
“Oke, aman.”
Jari-jemari Yume dengan lincah menari-nari di atas keyboard.
“Hiroshima Kiseki.” Yume mengeja nama lelaki yang menjadi musuh bebuyutannya di hari pertamanya menjadi murid di sana. “Begini, kan, tulisannya?”
Begitu telunjuk Yume menekan tombol enter, tampilan yang muncul malah random. Bukan itu yang ia cari. Wajah om-om berjenggot yang mirip sugar daddy, menghiasi layar komputernya saat ini.
Srek.
“Kau mau cari tahu soal apa? Di sini ada semua.”
Disusul suara buku yang dilempar, Yume mendengar suara lelaki yang mengusiknya dari pagi.
Gadis itu menoleh. Mengalihkan pandangannya sejenak dari komputer. Di sampingnya, Hiro berdiri dengan tangan terlipat sambil mengawasi gerak-geriknya dengan wajah dingin.
“Dan satu lagi..” Hiro menggeser buku yang tadi dilemparnya lalu mengetuk-ngetuk sampulnya. “Kau salah menulis huruf kanjinya. Benar-benar bodoh.”
Buku berisi biodata murid itu, hendak diserahkan Hiro ke petugas perpustakaan untuk keperluan berkas peserta olimpiade. Namun tanpa sengaja ia melihat Yume yang serius di depan salah satu komputer. Sekilas Hiro melihat namanya di layar komputer itu.
“Daripada menduga-duga sendiri, kenapa tidak kau tanyakan langsung kepadaku?”
Ini bukan tawaran, tapi ancaman. Lihat saja sorot mata Hiro yang menatap sengit Yume seolah menyimpan dendam. Tidak hanya itu, dengan ujung kakinya Hiro mendorong kasar kursi Yume. Hingga kursi beroda itu terdorong sampai membentur tembok.
Glek.
Jantung Yume berdegup kencang. Ini baru kursinya saja yang menghantam tembok. Bagaimana kalau ke depannya, giliran kepalanya yang jadi korban? Tipe lelaki seperti Hiro ini sepertinya sadis dan tidak berperasaan bahkan kepada wanita.
Sebelum Yume sempat bereaksi, Hiro tiba-tiba mengambil dua buku lalu menjatuhkannya secara sengaja.
“Suara apa itu?” tanya petugas perpustakaan dari meja kerjanya.
“Ah, anak baru, Bu. Tidak apa-apa, biar aku saja yang bereskan. Dia pasti belum hafal letak buku dan raknya,” jawab Hiro sok peduli.
Padahal di balik rak yang membatasi meja kerja petugas dan posisinya, lelaki itu kini menyeringai kecil. Sayangnya, hanya Yume yang melihat. Di depan Yume lelaki itu seolah menunjukkan jati dirinya yang asli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yume No Kiseki
Teen FictionYume Nagasaki dianugerahi sepasang mata sakti yang mampu menembus mimpi orang lain. Di saat orang-orang tertidur, mimpi-mimpi itu terputar jelas di atas kepala si pemilik mimpi. Bergerak dari satu adegan ke adegan lain layaknya sebuah film yang memi...