Keempat remaja itu duduk bersebelahan di trotoar. Tak satu pun di antara mereka yang bersuara. Masing-masing sibuk menyelami pikirannya sendiri. Baru ketika ada pergerakan dari Hiro, tiga remaja di sampingnya kompak menoleh.
“Ah, kau pintar juga. Mau menggambar orang yang ciri-cirinya disebutkan Papa tadi, kan?” tanya Yume antusias.
Hiro tak menjawab. Sebagai gantinya ia mulai menorehkan pensilnya ke tab canggih yang dibawanya ke mana-mana. Namun baru tergambar bagian dahinya saja, suara Yume kembali membuyarkan konsentrasinya.
“Kau ini sedang menggambar dahi atau lapangan golf? Lebar sekali..” komentar Yume.
Satu lirikan tajam dari Hiro sukses membuatnya refleks menutup mulut.
“Tapi hidungnya kurang...”
Kali ini Kyohei menyikut lengan Yume sebelum Hiro yang mengambil tindakan.
Selama beberapa menit berlalu, Yume akhirnya bisa tenang. Ia sibuk memainkan ponsel. Membaca artikel-artikel dari line news yang muncul di beranda aplikasinya. Sungguh menjengkelkan. Berita hari itu dipenuhi oleh Taniguchi Goku. Pria kejam itu berhasil mendapat simpati dari masyarakat.
Kesal bercampur dongkol, Yume memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu kembali fokus menatap gambar Hiro. Namun baru sedetik melihat hasil gambar lelaki itu, Yume langsung tertawa kencang.
“Hahahaaa. Ini manusia atau alien?” Yume menunjuk-nunjuk gambar Hiro sembari menoleh ke arah Nina
“Beginilah hasilnya, alat canggih tidak didukung dengan bakat yang dimiliki!” Nina menimpali dan ikut menertawai.
“Kalau begitu, kau saja sana yang gambar,” tukas Hiro jengkel sembari melempar tabnya ke pangkuan Yume. Lelaki itu beringsut dari duduknya kemudian berjalan meninggalkan teman-temannya yang kebingungan tak mengerti Hiro hendak pergi ke mana.
“Ya, jangan kau masukkan ke hati,. Perempuan bisanya memang cuma mengomentari,” bisik Kyohei. Ia melompat merangkul Hiro. Kedua lelaki itu kini berjalan beriringan. Sementara Yume dan Nina tertinggal di belakang.
Karena Yume terlihat kesulitan membawa tab Hiro, gadis itu menyerahkannya pada Nina.
“Sebentar.. aku merasa tak asing dengan wajah ini.”
Ucapan Nina seketika membuat langkah ketiga temannya terhenti.
“Kau pernah melihatnya?” Kyohei mundur menyebelahinya.
Nina menatapnya serius lalu berkata, “ya, benar-benar mirip alien. Hahaha.”
Hiro mendengus kasar. Ketika hendak menoleh ke depan lagi, tanpa sengaja matanya menangkap wajah panik Yume. Gadis itu sedari tadi menunduk. Berjalan sambil melindungi pandangannya dari sesuatu.
Begitu menoleh ke samping, Hiro tahu apa penyebabnya. Di halte bus berjejer penumpang-penumpang yang sedang beristirahat. Ada dua remaja yang sedang tertidur. Yume pasti melihat sesuatu di mimpi mereka.
Pluk.
Yume celingak-celinguk. Pandangannya terhalangi topi lebar milik Hiro yang tentu kebesaran di kepalanya. Namun malah dengan begitu, pandangannya benar-benar terlindungi.
“Sekarang bagaimana? Kita mau ke mana?” tanya Kyohei ketika langkah mereka terhenti di persimpangan jalan.
Yume malah senyum-senyum. Belum bisa berkonsentrasi. Hatinya masih berbunga-bunga karena rupanya diam-diam Hiro memperhatikannya.
“Temanmu sepertinya mulai tidak waras,” bisik Kyohei menyenggol Nina.
“Kita akan mencoba mencarinya. Meski a kemungkinannya kecil, aku mau memastikannya sendiri jika orang itu benar-benar sudah tidak di sana.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Yume No Kiseki
Fiksi RemajaYume Nagasaki dianugerahi sepasang mata sakti yang mampu menembus mimpi orang lain. Di saat orang-orang tertidur, mimpi-mimpi itu terputar jelas di atas kepala si pemilik mimpi. Bergerak dari satu adegan ke adegan lain layaknya sebuah film yang memi...