23,

57 19 18
                                    

Yume mengetuk-ngetukkan sepatunya ke lantai. Tidak..Ia tidak bisa hanya diam dan menunggu. Pasti ada yang bisa ia lakukan untuk menolong Hiro. Apalagi kini ia tidak bisa mengawasi situasi di ruangan Paman Hiro karena kamera pengintainya sudah dirusak. Yume jadi semakin khawatir dengan keadaan Hiro di sana.

Maka ia mencoba mengendap ke luar dari tempat persembunyian. Meski buta arah karena baru kali pertama ke gedung itu, Yume mencoba mengikuti feelingnya.

"Feeling perempuan selalu benar, kan?" Yume meyakinkan dirinya sendiri.

Ruang setelah gudang adalah dapur. Yume nyaris menyenggol perabotan di sana karena tak ada penerangan. Setelah berhasil menyusuri ruangan besar yang berisi bilik-bilik tempat pegawai bekerja, Yume dihadapkan dengan jalan bercabang.

Ada di kanan dan kiri yang tentu akan membawanya ke ruangan lain. Yume sungguh tidak tahu mana yang harus ia pilih. Sampai tiba-tiba di saat ia masih bergelut dengan keraguannya sendiri, seseorang menepuk pundaknya dari belakang.

Astaga!Tamat riwayatku!

Sementara di dalam ruang kerja Pamannya, Hiro masih berusaha terlihat tenang. Meski ia tahu setelah ia meminum teh dar cangkir Sang Paman, efek obat tidur itu akan segera bekerja.

"Aku tidak pernah mengkhianatimu.," ucap Hiro sembari mengangkat cangkir teh itu..

Nina meliriknya namun tidak mengatakan apa pun. Sementara Paman Hiro masih duduk di kursinya. Mengawasi gerak-gerik Sang keponakan yang sulit ditafsirkan.

Pembawaan Hiro yang selalu tenang dan dingin, membuat Goku Taniguchi seringkali terkecoh. Sebenarnya anak ini jujur atau tidak. Atau malah ia sedang merencanakan sesuatu untuk menghancurkanku?

"Kau bisa melihatnya sendiri. Tidak apa-apa, kan?" Hiro tersenyum skeptis.

Paman Hiro terdiam. Ia tidak tahu harus bereaksi apa karena memang tak ada bukti untuk menyalahkan keponakannya itu.

"Maaf, Tuan." Nina menyela. "Reaksi obat yang agak ringan biasanya memakan waktu paling cepat sepuluh menit. Kecuali racun-racun keras seperti sianida yang langsung membuat korbannya kehilangan nyawa."

Begitu mendengar penjelasan Nina, pria itu seketika tersenyum. Ia mendapat alasan untuk menahan Hiro di sana. "Kau tunggu di sini sampai aku memperbolehkan kau pergi keluar."

Dari ekspresinya yang terlihat tenang, Hiro sebenarnya berusaha menyembunyikan rasa cemasnya. Bukan karena takut efek obat tidur itu akan membuatnya tak sadar, tapi pikirannya kini terpusat pada Yume. Ia tahu Yume gadis yang nekad. Meski manja dan ceroboh tapi di saat-saat tertentu gadis itu memiliki keberanian yang besar.

Waktu bergerak sangat lambat. Menit-menit berlalu seperti menunggu pergantian hari.
Dan sekarang, hiro mulai merasakan serangan kantuk yang tak tertahankan. Matanya berair. Sebentar lagi pasti kesadarannya hilang.

"Sudah lewat sepuluh menit. Aku boleh pulang sekarang? Ada tugas sekolah yang aku selesaikan?"

Nina hendak mencegah. Tapi tak disangka Paman Hiro merespon santai, "baiklah. Kau bisa pulang sekarang."

Hiro merasa kakinya sangat lemah. Bahkan untuk bangkit dari sofa saja ia sampai gemetar. Namun ia berusaha memperlihatkan kondisi yang baik-baik saja agar kedua manusia yang sedang mengawasinya itu tidak curiga.

"Kenapa anda membebaskannya? Mungkin saja sebentar lagi efek obat itu akan bekerja. Dengan begitu kita bisa mengetahui obat apa yang dia campurkan ke minuman Anda. Karena dari gerak-geriknya, ia terlihat menyembunyikan sesuatu."

Pria itu menunjukkan seringai liciknya. "Tidak perlu. Jika memang ia mencampurkan sesuatu ke minumanku, kita akan segera menemukan mayatnya."
***

Yume No KisekiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang