13. MELAWAN

76 31 81
                                    


Tidak biasanya Yume berlama-lama di depan cermin. Ia bukan tipikal cewek yang suka berdandan. Malah sebaliknya, selama ini Mamanya yang berjasa menjadi stylish. Baik dari cara berpakaian Yume maupun model rambut dan make-upnya.

Dulu Yume menyukai itu. Style yang diciptakan Mamanya membuat image Yume terkesan imut, menggemaskan dan lucu. Tapi sekarang ia sangat membenci itu. Sangat-sangat membenci penampilannya.

Yume menatap pantulan dirinya di depan cermin. Tangannya menggenggam gunting. Sangat erat. Ia sudah bertekad.

Oh, tenang saja. Yume bukannya mau bunuh diri. Susah-susah keluar dari gudang penyekapan, mana mungkin ia mengakhiri hidupnya begitu saja? Lagipula masih ada takoyaki, sushi, ramen, dan banyak makanan enak lainnya yang sayang ditinggalkan.

“Oke. Mulai hari ini, Yume yang lembut, yang penurut dan patuh, akan berubah menjadi gadis yang pemberani!”

Maka Yume mengangkat guntingnya. Mengarahkan ke bagian poninya. Lalu kresss..

Helai-helai rambutnya jatuh ke lantai. Setelah menghilangkan poni yang selama ini berjasa membuat wajahnya terlihat manis, Yume membelah rambutnya menjadi dua bagian lantas mengepangnya. Kepangannya terlihat kecil dan kaku karena rambutnya memang pendek.

“Let's go!”

Sepertinya baru kemarin sore Yume dihadapkan dengan situasi di antara hidup dan mati. Namun pagi ini wajahnya sudah kembali cerah. Ia berjalan ringan keluar kamar, mengambil sepatunya di rak dengan bersenandung kecil, kemudian melompat riang memeluk Nina yang sedang menyirami tanaman.

“Kukira hari ini kau absen. Jadi aku belum membuat sarapan. Kau mau aku belikan apa? Tunggu di sini dulu,.” Nina langsung mematikan kran air yang ia gunakan untuk menyirami bunga-bunga di halaman rumah.

“Tidak perlu. Pagi ini aku belum lapar karena semalam makan sangat banyak. Nanti saja kalau lapar aku beli susu atau ronigiri di kantin.”
Nina menatapnya penuh kekhawatiran. “Kau yakin semua akan baik-baik saja? Bagaimana kalau..”

“Hiro tidak mungkin menyerangku di jam sekolah.” Yume menjawab dengan yakin. Namun sedetik kemudian, ia teringat kejadian di kolam renang. “Paling tidak, sampai jam pelajaran berakhir.”

Jika sudah bertekad, Nina tahu Yume tidak akan berubah pikiran. “Tapi kalau sesuatu terjadi...Astaga!” Nyaris saja Nina melempar kran air yang masih berada di tangannya. Ia terkejut saat menyadari model rambut Yume berubah. “Kau ini..”

Yume malah cengar-cengir. “Ingin terlihat lebih fresh saja. Tapi masih tetap cantik, kan?”

Nina mengangguk terpaksa. “Kecuali poni yang kau potong sembarangan ini,” tukasnya sembari menyentil dahi Yume.

“Yasudah, kalau begitu aku berangkat dulu! Sampai jumpa Nina!” Yume berjalan mundur sembari melambai-lambai pada NIna.

Dari tempatnya sekarang, Nina menatap kepergian gadis itu dengan perasaan aneh. Entah sebab apa ia mencium aroma-aroma kebohongan dari tingkah laku Yume pagi ini. Tak tahu soal apa. Tapi karena sudah mengenal Yume sejak lama,  Nina seolah bisa mendeteksi sesuatu yang  tidak biasa dari gadis itu. Sedikit saja ada yang berbeda, Nina tahu ada yang disembunyikan darinya.

***

Yume hampir lupa jika pelajaran pertama pagi ini olahraga. Untungnya baju ganti dan keperluan lainnya sudah disiapkan Nina dan tersimpan aman di ranselnya.

Yume terkejut usai mengganti baju, seseorang menggandeng lengannya.

“Ya, Ayumi! Untung saja aku tidak refleks membantingmu.” Yume bersungut pura-pura marah. “Lain kali jangan mengejutkanku seperti ini.”

Yume No KisekiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang