26. MEMPERJUANGKAN

55 19 23
                                    

Pukul lima pagi.

Yume terbangun dengan kondisi tubuh yang masih agak lemah. Namun ia tidak mau berlama-lama berada di rumah sakit. Ketika menoleh ke samping, ia mendapati Hiro sedang duduk sembari melipat tangan di depan dada. Matanya terjaga.

Benar ternyata. Semalaman lelaki itu sama sekali tidak tidur.

"Kau ini kelelawar atau apa? Bisa-bisanya tidak tidur semalaman."

"Masih lebih hebat aku. Kelelawar tetap tidur di siang hari," ceplos Hiro. "Malam tadi dokter sudah visit. Katanya kau baik-baik saja. Tak ada luka dalam yang serius."

"Jadi pagi ini aku boleh pulang?" tanya Yume bersemangat.

"Kalau masih lemah..."

Yume merubah posisinya menjadi duduk. Kedua tangannya diangkat. Seperti binaragawan yang sedang pamer otot.

"Lihat! Aku baik-baik saja! Pulang sekarang, ya?"

Sesaat Yume mengedarkan tatapan ke sekelilingnya. Ia benci rumah sakit. Mimpi buruk para pasien seolah menghantui hari-harinya. Spontan ia menunduk. Tangannya meremas sprei ranjang.

Hiro yang melihat itu langsung bangkit dari kursinya. "Yasudah. Ayo pulang."

Yume melompat turun dari ranjang. Secara refleks ia melingkarkan tangannya ke lengan Hiro untuk berpegangan. Awalnya lelaki itu terlihat kaget. Namun Hiro tidak menyingkir atau bergeser.

Jadi Yume menyimpulkan sendiri, Hiro sudah tidak alergi lagi padanya.

"Aku ke bagian administrasi dulu. Kau tunggu di sini." Hiro berpesan.

Sebelum meninggalkan Yume di kursi tunggu, ia sempat berbelok ke kantin. Memesan dua gelas teh hijau lalu memberikannya pada Yume.

"Masih panas." Hiro meletakkan dua cup minuman itu di kursi yang sama dengan tempat Yume duduk.

Yume mengangguk sambil tersenyum.Daripada bosan menunggu Hiro, gadis itu membuka ranselnya lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.

Kertas yang berisi sketsa wajah dari saksi mata peristiwa belasan tahun lalu. Sketsa itu dibuat oleh Hiro sebelum keduanya terpisah di Osaka.

"Dimana aku bisa menemukan orang ini?" Yume menatap sketsa di kertas itu dengan sorot penuh harap. "Aku harus cepat-cepat bertemu denganmu agar semuanya bisa terungkap."

Mendadak Yume merasa tenggorokannya kering. Ia mengangkat cup plastik berisi teh hijau yang masih agak panas. Sesekali Yume meniup-niupnya kemudian menyeruput pelan.

"Ehh."

Tanpa sengaja seorang bocah laki-laki berlari menyenggol lengannya.

"Maaf. Aku sungguh minta maaf."
Bocah lelaki itu membungkuk dalam-dalam. Lantas berlari meninggalkan Yume yang terlihat kesal karena tumpahan minuman itu mengenai kertas nya.

"Aisssh. Dasar ana nakal!"

Bahkan serbuk-serbuk teh dri minumannya sampai menempel ke kertas sketsa itu. Tepat ketika Yume hendak mengeringkan kertasnya, sebuah petunjuk datang. Keajaiban benar-benar menghampirinya.

Ia tahu siapa orang dalam sketsa itu!
Yume pernah bertemu! Di tempat ini..
Di tempat yang sekarang ia pijak.

"Hiro! Hiro!"

Mendengar Yume yang memanggilnya dengan panik, Hiro langsung berlari menghampiri gadis itu.

"Aku tahu! Aku tahu siapa dia!"

Yume mengguncang lengan Hiro. Kertas sketsa itu diletakkan di pangkuan. "Setelah serbuk-serbuk teh ini menempel di bagian dagunya, aku tahu siapa dia! Aku pernah melihatnya!"

Yume No KisekiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang