6. PENYELAMATAN

94 28 31
                                    

Nina membungkuk memegangi lututnya. Lelah bukan main. Ia menarik napas dalam-dalam demi mengumpulkan lagi sisa-sisa tenaganya. Tinggal beberapa meter lagi sampai tapi ponselnya tiba-tiba berdering. Perasaan tak enak seketika menyergap di dadanya.

Nomor tak dikenal.

“Hai. Nina-San koko desu. Benar ini saya, Nina.” Gadis itu merespon dengan suara bergetar. “Rumah Sakit?”

Tangan Nina yang memegang ponsel seketika melemas begitu mendapat kabar jika Yume berada di sana. Belum tahu bagaimana keadaannya karena pihak rumah sakit meminta Nina untuk segera datang.

Dalam perjalanannya ke rumah sakit, Nina mengurutkan kejadian-kejadian aneh yang menimpanya sore ini. Ada saja rintangan yang menghambat langkahnya. Apa ada sebuah konspirasi? Tapi siapa..?

Sambil berderap menuju halte bus terdekat, Nina teringat pertemuannya dengan Kyohei. Tak hanya itu, apa yang dikatakan Kyohei tentu membuat kecurigaan Nina semakin jelas.

Sementara di salah satu ruang rumah sakit,  sesosok gadis meringkuk di atas ranjang. Badannya gemetar. Ia sangat ketakutan. Sekali saja pandangannya terangkat, mimpi buruk pasien-pasien lain menjadi pemandangan mengerikan baginya.

“Aissh, semenjak bertemu Hiro di pesawat, penglihatanku menjadi berbeda. Biasanya aku hanya melihat mimpi-mimpi indah saja, sekarang aku malah dibayang-bayangi mimpi buruk orang-orang. Ini sungguh mengerikan..”

Yume memberanikan diri mengangkat kepalanya. Pasien di seberangnya tampak gelisah. Meski sedang tertidur, badan pria itu tak berhenti bergerak.

“Kecelakaan mobil. Anaknya tewas di tempat.”

Lalu yume beralih ke pasien di sebelahnya.

“Dipecat dengan tidak hormat dari kantor karena dituduh korupsi. Ia mencoba bunuh diri namun masih bisa tertolong.”

Kepala Yume berdenyut. Mimpi buruk tak selalu berarti kejadian yang sebenarnya. Bisa saja itu ketakutan besar atau semacam trauma yang terbawa sampai tidur.

Tapi melihat bagaimana kondisi pasien-pasien di sekelilingnya sekarang, Yume bisa menyimpulkan mimpi-mimpi buruk yang dilihatnya adalah kejadian sebenarnya yang mereka alami.

“Yume!”

Suara itu sontak membuat Yume sedikit bernapas lega. Sahabatnya datang. Bukan cuma sekedar asisten, keberadaan Nina sangat berarti untuknya.

“Aku mau pulang..”

Nina mengusap-usap pundak Yume. Sebenarnya  ia ingin bertanya bagaimana Yume bisa berakhir di rumah sakit seperti ini. Namun rasa penasarannya kembali dipendam. Mungkin nanti setelah sampai rumah, ia bisa menanyakannya pelan-pelan.

“Seumur hidup aku tidak mau kembali ke sini lagi.”

Nina memegang lembut lengan Yume. “Tapi ini bukan pertama kali kau ke rumah sakit, kan? Dua tahun lalu saat jatuh dari sepeda..”

“Saat itu mataku masih normal.” Yume memperjelas kalimatnya. “Maksudku, aku masih melihat mimpi-mimpi indah saja. Tapi tidak setelah bertemu Hiro di pesawat Termasuk sekarang ini..”

Yume bergidik. Pemandangan mengerikan itu tidak berakhir begitu saja setelah ia keluar ruang perawatan. Bahkan saat melintasi koridor rumah sakit dan melewati ruang-ruang lain, Yume sempat melihat mimpi-mimpi buruk pasien yang berada di sana.

Ia sudah berusaha memejam. Namun ternyata sulit mengendalikan dirinya sendiri. Terkadang Yume lupa lalu tanpa sengaja kembali membuka mata.

“Astaga!” Yume memegang erat-erat tangan Nina.

Yume No KisekiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang