“CEO Roxy Galaxy Group Diduga telah melakukan korupsi dan Penganiayaan pada Pegawainya.”
Headline news pagi itu seperti mimpi buruk yang menjelma menjadi nyata bagi Yume. Sekali seumur hidupnya ia mengalami mimpi buruk yang terasa begitu nyata ini.
Sayangnya, apa yang dialaminya pagi itu bukan sekedar mimpi buruk. Berita pagi yang ditayangkan di televisi, menghiasi headline surat kabar, juga berlalu-lalang di sosial media itu, menampilkan wajah yang sangat ia rindukan.
Sang Papa..
“Tidak.. Berita ini pasti salah! Tidak mungkin Papa seperti ini! Papa orang baik, Papa tidak mungkin menyakiti orang!” Yume menggeleng-geleng frustasi.
Berhari-hari ia tidak bisa menghubungi Sang Papa. Namun tiba-tiba saja kabar buruk datang. Tanpa pertanda, tanpa pemberitahuan, hidup Yume berubah drastis seratus delapan puluh derajat.
Yume melempar benda-benda apa pun di sekitarnya. Nina berusaha menenangkan gadis itu. Ia sebenarnya juga panik. Tidak menyangka kabar buruk datang bak petir yang menyambar rumahnya pagi ini.
Namun Nina harus tetap waras. Kalau ia juga rapuh seperti Yume, situasi akan semakin kacau. Nina mencoba mencari penerbangan tiket penerbangan paling awal ke Tokyo.
Di balik tangis dan kepedihan Yume, ada sosok yang tertawa bahagia menyaksikan berita penangkapan itu. Sosok pria berhidung runcing bersama remaja lelaki yang selalu setia berada di sampingnya.
Senyuman culas sama-sama tersuguh dari bibir keduanya. Ini belum seberapa. Mereka belum puas. Masih ada kejutan-kejutan lain yang menanti Yume.
Kejutan yang akan menorehkan luka dan kepedihan. Selama ini Yume hanya mengenal arti kebahagiaan, kan?
Ini saat yang tepat. Ini saat yang menyenangkan bagi keduanya. Melihat Keluarga Yume perlahan hancur dan mati.
***
Tak ada kesulitan selama penerbangan dari Osaka ke Tokyo. Yume sampai tepat waktu. Namun seharusnya Yume mengikuti apa kata Nina. Lebih baik mengunjungi kantor polisi besok atau lusa saja. Karena susananya masih kacau. Papanya masih menjalani pemeriksaan yang entah selesai berapa lama lagi.
Kini Yume hanya bisa menunggu. Ia dan Nina celingak-celinguk menatap polisi-polisi yang berlalu lalang di sana. Untung saja keduanya bisa lolos dari cercaan para wartawan yang menunggu di luar sana. Ada polisi baik hati yang melindungi keduanya saat hendak masuk ke kantor polisi.
“Sudah. Jangan terlalu dipikirkan. Papamu pasti akan bebas setelah terbukti tidak bersalah.” Nina tak sampai hati melihat Yume yang terus murung.
“Bagaimana kalau ternyata Papa bersalah?” tanya Yume putus asa.
“Kau tidak mempercayai Papamu sendiri?” Nina tak suka mendengar keraguan Yume.
Yume menggeleng lemah. “Bukan begitu. Tapi banyak orang di sekitarnya yang tidak bisa ku percayai. Papa pasti dijebak.”
Penjelasan Yume masuk logika. Nina juga tahu dalam dunia bisnis banyak pengkhianat bertopeng sahabat.
“Tapi Mama ke mana?”
Belum sempat Nina merespon pertanyaan Yume, Papanya muncul dari pintu di depannya bersama dua polisi di kanan kirinya. Air mata Yume nyaris tumpah. Tapi begitu melihat Papanya masih bisa tersenyum ketika berjalan mendekatinya, sudut bibir Yume juga membentuk lengkungan manis.
“Papa baik-baik saja? Papa sudah makan? Apa di dalam mereka menyiksamu? Menyakitimu?” tanya Yume sembari melirik sinis dua polisi di kanan kiri Papanya.
Rupanya satu di antara kedua polisi itu yang membantunya tadi lolos dari serbuan para wartawan. Yume bukannya lupa berterima kasih. Tapi di matanya sekarang, polisi-polisi itu tampak seperti monster jahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yume No Kiseki
Teen FictionYume Nagasaki dianugerahi sepasang mata sakti yang mampu menembus mimpi orang lain. Di saat orang-orang tertidur, mimpi-mimpi itu terputar jelas di atas kepala si pemilik mimpi. Bergerak dari satu adegan ke adegan lain layaknya sebuah film yang memi...